Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Awal mula Seni Kaligrafi Tiongkok Shufa (书法) tidak dapat lepas dari sejarah penemuan tinta, kertas dan kuas (毛笔; Maobi) untuk yang pertama kali di dunia di temukan oleh bangsa Tiongkok, bangsa tertua di dunia. Tercatat dalam sejarah, adalah peradaban Tiongkok yang menyumbangkan kertas bagi Dunia.
Cai Lun atau Tsai Lun (蔡伦; 50-121 M) adalah orang pertama yang menemukan kertas dari bahan bambu, yang mudah didapat di seantero negeri Tiongkok pada tahun 101 M.
Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea, seiring menyebarnya perantau bangsa Tiongkok ke wilayah timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu, meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
A. Seni Menulis Aksara Tiongkok (Hanzi)
Shufa (书法) atau Kaligrafi ala Tiongkok, merupakan teknik menulis indah karakter Hanzi (Aksara Tionghoa) dengan menggunakan tinta yang dituangkan dalam media tulis.
Kuas, tinta, kertas, dan bak tinta diperlukan untuk dapat melakukan seni lukis indah ini. Kaligrafi Tiongkok adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Tiongkok, dan merupakan salah satu jenis kaligrafi yang tertua dalam sejarah peradaban manusia.
Kata dan kalimat yang terkandung dalam seni kaligrafi Tiongkok ini sarat akan filosofi, doa, maupun cerita rakyat. Kaligrafi Tiongkok tidak sama sekali mengandung representasi budaya atau agama tertentu.
Kaligrafi sama seperti lukisan, yang menjadi sarana untuk menuangkan perasaan, pendapat, dan pandangan orang yang membuatnya. Pendapat tersebut yakni merupakan pandangan terhadap kehidupan, alam, sosial, dan masyarakat.
Orang yang dapat menuliskan kaligrafi, adalah orang memiliki rasa keindahan dan keseimbangan. Seni kaligrafi Tiongkok mengizinkan orang2 untuk menunjukkan kebebasan imajinasi dan kemampuan artistik, yang tergambar pada setiap goresan kuas diatas kertas.
Kaligrafi Tiongkok pertama kali muncul pada masa Dinasti Shang (1600 – 1046 SM) Namun baru berkembang pada Dinasti Han (206 SM – 220 M). Pada akhir Dinasti Han, karakter Hanzi memulai era baru, yakni penulisan karakter sebagai sebuah seni. Kaligrafi sangat diperlukan sebagai bagian penting dari kekayaan intelektual di Tiongkok.
Pada era Konfusius (479 – 551 SM) kaligrafi merupakan satu bagian penting dari intelektual. Aksara Tiongkok pertama kali diciptakan pada jaman Kaisar Kuning (黄帝, Huangdi) (reign 2698 – 2598 SM) oleh tokoh yang bernama Cang Jie.
Pada masa perkembangannya, sebelum ada kertas, tulisan kaligrafi Tiongkok dituliskan diatas kain sutra, potongan bilah bambu, ukiran batu, di cangkang kura-kura, atau potongan tulang yang dikenal sebagai piktograf.
B. Perkembangan Seni Kaligrafi Tiongkok – Shu Fa (书法)
Rakyat Dinasti Shang (1600 – 1100 SM) sudah menggunakan tinta untuk menulis di cangkang kemudian diletakkan diatas api.
Legenda menyebutkan bahwa batang tinta pertama dibuat oleh seorang yang bernama Xing Yi pada masa dinasti Zhou Barat (1100 – 770 SM). Dimana pada masa itu batang tinta dibuat dari arang pinus yang ditumbuk halus, kemudian dijadikan bubur dan dibuat menjadi batangan.
Untuk menggunakannya, batangan tinta digosokkan pada batu tinta yang dicampur sedikit air untuk mendapatkan tinta cair.
Dalam perkembangannya, tinta batangan terbuat dari arang pinus, kemudian dari arang damar dan pernis, dan untuk kepraktisannya, dibuatlah tinta cair yang dibotolkan.
Seiring dengan perkembangan tinta, di masa yang sama, Dinasti Zhou Barat (1100 – 770 SM) kuas sudah digunakan untuk melukis ukiran gerabah dan tulisan pada cangkang dan tulang. Selama masa dinasti Zhou Timur (770 – 256 SM), orang sudah biasa menulis pada bilah bambu dengan menggunakan kuas (毛笔;Maobi).
Kuas terdiri dari ujung yang berbulu terbuat dari bulu-bulu hewan, seperti kelinci, ayam, kuda dll serta batang kuas yang terbuat dari bambu, gading, tanduk, giok dll.
Awalnya penemuan kertas pada zaman dulu dimaksudkan untuk membuat pakaian musim dingin. Orang memasak kepompong ulat sutra dalam air, setelah itu direndam dalam air dan digulingkan di tikar bambu. Ini akan mengubah kepompong menjadi gumpalan sutra untuk pembuatan kain.
Gumpalan sutra akan meninggalkan lapisan tipis berupa serat kain pada tikar bambu dan menjadi bahan untuk media tulis.
Pada masa Dinasti Han Timur (25 – 220 M) seorang pejabat bernama Cai Lun mencampur kulit batang pohon, rami, fragmen kain dan jaring ikan menjadi satu untuk menghasilkan kertas yang bermutu tinggi, kertas ini putih dan dibuat untuk menulis lebih mudah.
Dan setelah itu, kertas Tionghoa mulai menyebar ke tempat2 lain di seluruh penjuru dunia :
• Korea dan Vietnam pada abad ke 4
• Jepang dan Arab pada abad ke 7
• Mesir pada abad ke 10
• Maroko pada abad ke 11
• Eropa dan Afrika pada abad ke 12 sampai 16
• Benua Amerika pada abad ke 17
C. Cai Lun, Penemu Kertas Asal Tiongkok
Cai Lun, Tsai Lun (蔡倫), atau Jingzhong (敬仲) atau adalah seorang penemu kertas pada jaman Dinasti Han (206 SM – 220 M). Beliau Lahir di Leiyang, Guiyang (sekarang wilayah provinsi Hunan) yang hidup pada kurun waktu 50-121 M.
Beliau membuat kertas dari kulit kayu pohon murbei. Bagian dalamnya direndam di air, lalu dipukul2 hingga serat kayunya terlepas. Kulit kayu ikut direndam bersama bahan2 lain, seperti limbah rami, kain bekas, dan jaring ikan. Setelah menjadi bubur, bahan2 ini ditekan hingga tipis, lalu dijemur dibawah terik matahari selama beberapa hari.
Setelah itu jadilah kertas, yang mutunya masih belum sebagus sekarang.
Cai Lun juga adalah orang kasim istana kekaisaran. Pada tahun 105 M, setelah menyempurnakan proses pembuatan kertas, Beliau mempersembahkan contoh kertas pada Kaisar Han Hedi (漢和帝; memerintah 88-106 M).
Konon waktu itu Kaisar (yang masih muda, naik tahta pada usia 9 th) sangat senang atas penemuan Cai Lun, karena selama itu, catatan2 penting hanya ditulis pada bilah2 kayu. Cai Lun pun naik pangkat, mendapat gelar kebangsawanannya dalam kekaisaran dan menjadi tenar di seantero negeri.
Setelah itu, Ia bertanggung jawab atas produksi dan standardisasi pembuatan kertas, dengan menambahkan bahan2 baru yang penting ke dalam komposisinya. Catatan tentang penemuan kertas ini terdapat dalam penulisan sejarah resmi Dinasti Han.
Baca juga : Cai Lun, Penemu Kertas Asal Tiongkok
D. Penemuan Tinta dan Batu Tinta
Sejarah tinta Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke abad ke-12 SM, dengan pemanfaatan tanaman alami (pewarna tanaman), hewan, dan tinta mineral berdasarkan materi seperti grafit yang tanah dengan air dan diaplikasikan dengan kuas tinta.
Bukti untuk tinta Tiongkok paling awal, mirip dengan inksticks modern, adalah sekitar 256 SM. Batu tinta pertama kali digunakan bersamaan dengan kuas dan tinta.
Pada sebuah mausoleum (bangunan monumen makam, dapat dianggap sebagai salah satu jenis makam) yang berumur 5.000 tahun lebih, arkeolog menemukan batu tinta terletak di sebelah seorang manusia primitif, bahkan ada tutup batu dan penumbuk batu di lubang batu tinta.
Selain itu juga ditemukan beberapa batang tinta dan lima cangkir keramik. Barang2 ini berbentuk satu set keramik lengkap.
E. Jenis-Jenis Gaya Tulisan Shu Fa; Seni Lukis Huruf Tionghoa
Ada beberapa standardisasi umum dari berbagai gaya kaligrafi Tiongkok. Jenis2 gaya pada penulisan Shufa yang utama, diantaranya adalah gaya Segel, gaya berlari, reguler, pejabat dan berjalan. Setiap gaya memiliki ciri2 yang unik.
Kaligrafi dianggap sebagai salah satu dari 4 teman terbaik sastrawan Tiongkok kuno, bersama dengan alat musik gesek, melukis, dan permainan catur Weiqi (围棋). Kaligrafi Tiongkok berfokus tidak hanya pada metode penulisan, tetapi juga pada pengembangan karakter seseorang (人品; Ren Pin).
“Kaligrafi Tiongkok dianggap sebagai seni kata, suatu bentuk tarian garis, musik tanpa suara, dan gambar tanpa warna, maka kaligrafi juga disebut tarian tinta”
1. Gaya Zhuanshu 篆書 atau Seal script (Gaya Segel) : Bentuk huruf panjang, bundar dan menunjukkan keindahan guratan melengkung.
Zhuanshu adalah gaya terkuno dari penulisan karakter Hanzi, yang umum digunakan sepanjang abad ke-1 SM. Gaya ini berkembang secara organik dari naskah2 yang ditulis selama Dinasti Zhou (1600 – 1046 SM).
Gaya penulisan segel ini akhirnya menjadi standar, dan diadopsi sebagai skrip formal di daratan Tiongkok, pada masa Dinasti Qin (221 – 206 SM).
2. Gaya Xingshu 行书 atau Semi-cursive script (Gaya Berjalan) : Merupakan salah satu gaya kuno dan sangat artistik dari penulisan karakter Hanzi.
Gaya penulisan Xingshu sebenarnya merupakan perpaduan antara gaya penulisan Kaishu dan gaya Caoshu (lihat dibawah). Tulisan karya Wang Xizhi 王羲之 dan Wang Xianzhi 王獻之 dari Dinasti Jin (226 – 420) dianggap sebagai wakil tipikal penulisan ini.
Gaya Xingshu juga merupakan gaya semi-kursif (ditulis dengan karakter bergabung, atau huruf sambungnya karakter hanzi) dari karakter Hanzi. Kebanyakan orang yang dapat membaca Gaya Reguler (Kaishu) setidaknya dapat membaca gaya penulisan semi-kursif.
3. Gaya Kaishu 楷书 atau Regular Script (Gaya Reguler) : Gaya paling umum dilihat dalam seni kaligrafi Tiongkok, dimana huruf2nya persegi dan teratur, serta guratannya penuh dan indah. Gaya penulisan ini disebut juga Zhenshu (真書) atau Zhengshu (正書).
Gaya ini mencapai kejayaannya selama masa Dinasti Tang (618 – 907), dimana 3 orang ahli penulis kaligrafi kaishu hidup, yakni Yan Zhengqing 顏眞卿 , Liu Gongquan 柳公權, Ouyang Xun 557–641. Diketahui, Kaisar Tang Taizong 唐太宗 (a.k.a Lishimin; 599-649) juga diketahui seorang penggemar kaligrafi Tiongkok.
Gaya Kaishu adalah gaya penulisan terbaru (paling umum dipakai pada masa kini) dalam gaya penulisan aksara Tiongkok.
Naskah2 reguler yang menggunakan gaya ini sebenarnya sudah muncul antara masa dinasti Han (206 SM – 220 M) dan Cao Wei (220-226; jaman 3 Kerajaan), namun tidak begitu populer. Penggunaan Gaya Reguler baru menjadi populer di masyarakat Tiongkok sekitar abad ke-7.
Sebagai catatan, wilayah Taiwan dan Hong Kong menggunakan karakter Hanzi tradisional dalam penulisan resmi, sementara Tiongkok sendiri menggunakan aksara Hanzi yang disederhanakan dalam penulisan resminya.
4. Gaya Lishu 隶书 atau Clerical script (Gaya Pejabat, Gaya Administrasi) : Gaya Lishu adalah salah satu gaya terkuno dalam seni kaligrafi Tiongkok.
Gaya Lishu pertama kali digunakan selama Dinasti Han (206 SM – 220 M), dan penggunaannya masih berlangsung hingga saat ini. Gaya penulisan ini dianggap sebagai bentuk aksara modern, meskipun digantikan oleh Gaya Reguler (Kaishu).
Ini terjadi karena bentuk goresan yang ditulis dalam skrip, mirip dengan apa yang ditulis dalam skrip reguler (gaya kaishu diatas). Naskah2 yang menggunakan gaya ini masih digunakan hingga kini, selain untuk memberikan cita rasa artistik, juga karena memiliki tingkat keterbacaannya yang tinggi.
Hurufnya berciri khas datar, dan menampilkan keindahan garis persegi.
5. Gaya Caoshu 草书 atau Cursive Script (Gaya Berlari) : Menampilkan keindahan garis, berupa garis2 yang terlihat “menari” yang penuh gairah kehidupan dan semangat.
Gaya penulisan Caoshu adalah gaya terbaik untuk pengungkapan perasaan dan kepribadian sang ahli kaligrafi. Zhang Xu dan Huai Su dari Dinasti Tang sangat terkenal untuk gaya penulisan ini.
Gaya Caoshu diperkirakan berasal Dinasti Jin (266 – 420). Gaya Caoshu, atau diterjemahkan sebagai Naskah Rumput (grass script, cao 草 = rumput) ditulis dengan kursif (ditulis dengan karakter bergabung, atau huruf sambungnya karakter hanzi) memang lebih cepat digunakan untuk menulis daripada gaya2 penulisan yang lain.
Tetapi penulisan ini sulit untuk dibaca bagi orang2 yang tidak terbiasa dengannya. Gaya kursif mungkin berfungsi terutama seperti semacam singkatan dalam naskah, atau gaya kaligrafi. Orang2 yang hanya menguasai/membaca bentuk standar (reguler script) dari huruf Hanzi, mungkin tidak dapat memahami skrip ini.
Daftar Pustaka :
* Common Knowledge About Chinese Culture, The Office of Chinese Language Council International. Higher Education Press, 2006.
* Taobali.org
* Wikipedia – Chinese Calligraphy
tinta yang digunakan (di sini disebut sebagai “tinta bak” atau “tinta Cina”) dibuat dari arang pinus ato cemara. warna yang dihasilkan hitam pekat. klo mau hitamnya pudar, tinggal ditambahi air aja. kadar air menentukan kehitaman, makin banyak air = makin pudar warnanya.
kuas Cina, disebut juga moabi, bentuknya beda dengan kuas lukis. umumnya gagang kuas terbuat dari bambu. bulu kuas terbuat dari bulu (ehm, rambut) binatang liar, seperti musang, kelinci, kuda, dan serigala. bulu kuas yang paling bagus adl yang terbuat dari bulu serigala. era modern spti sekarang, ada yang terbuat dari bahan sintetis.
untuk membuat huruf ada aturan ‘stroke order’ ato urutan garis. bahkan untuk memegang kuas pun ada tekniknya. menulis kaligrafi ini hanya menggunakan jari. jd jari yang mengarahkan kuas, bukan tangan secara keseluruhan. yang paling menarik dari seni kaligrafi ini ialah karya sekali gores, tidak boleh salah. demikian halnya dg lukisan tradisional Cina 🙂
note:
serigala Cina (Tibetan Wolf) warnanya coklat kemerahan. tapi klo musim dingin dia ganti bulu jd putih abu. bukan hitam /abu gelap spti di film-film Barat, itu sih beda jenis serigala. bagian tubuh serigala dimana bulu kuas diambil juga mempengaruhi kuas lho. misal bulu punggung, ekor, dsb.
Terima kasih Inaba sudah menambahkan infonya lewat komentar 🙂
Semoga semakin menambah info pengetahuan pembaca tentang Asal Usul Seni Kaligrafi ini.