Shufa (书法) atau Kaligrafi ala Tiongkok merupakan teknik menulis indah karakter Hanzi (Aksara Tionghoa), dengan menggunakan tinta yang dituangkan dalam media tulis.
Kuas, tinta, kertas, dan bak tinta diperlukan untuk dapat melakukan seni lukis indah ini. Kaligrafi Tiongkok adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Tiongkok, dan merupakan salah satu jenis kaligrafi yang tertua dalam sejarah peradaban manusia.
Kata dan kalimat yang terkandung dalam seni kaligrafi Tiongkok ini sarat akan filosofi, doa, maupun cerita rakyat. Kaligrafi Tiongkok tidak sama sekali mengandung representasi budaya atau agama tertentu.
Kaligrafi sama seperti lukisan, yang menjadi sarana untuk menuangkan perasaan, pendapat, dan pandangan orang yang membuatnya. Pendapat tersebut yakni merupakan pandangan terhadap kehidupan, alam, sosial, dan masyarakat.
Dalam seni kaligrafi Tiongkok atau Shufa (书法), karakter Hanzi dapat ditulis dengan 5 gaya utama. Gaya2 ini secara intrinsik terkait dengan sejarah evolusi karakter huruf Hanzi sendiri.
Orang yang dapat menuliskan kaligrafi, adalah orang memiliki rasa keindahan dan keseimbangan. Seni kaligrafi Tiongkok mengizinkan orang2 untuk menunjukkan kebebasan imajinasi dan kemampuan artistik, yang tergambar pada setiap goresan kuas diatas kertas.
Kaligrafi Tiongkok pertama kali muncul pada masa Dinasti Shang (1600 – 1046 SM) Namun baru berkembang pada Dinasti Han (206 SM – 220 M). Pada akhir Dinasti Han, karakter Hanzi memulai era baru, yakni penulisan karakter sebagai sebuah seni. Kaligrafi sangat diperlukan sebagai bagian penting dari kekayaan intelektual di Tiongkok.
Pada era Konfusius (479 – 551 SM) kaligrafi merupakan satu bagian penting dari intelektual.
Aksara Tiongkok pertama kali diciptakan pada jaman Kaisar Kuning (黄帝, Huangdi) (reign 2698 – 2598 SM) oleh tokoh yang bernama Cang Jie. Pada masa perkembangannya, sebelum ada kertas, tulisan kaligrafi Tiongkok dituliskan diatas kain sutra, potongan bilah bambu, ukiran batu, di cangkang kura-kura, atau potongan tulang yang dikenal sebagai piktograf.
Dalam seni kaligrafi Tiongkok atau Shufa (书法), karakter Hanzi dapat ditulis dengan 5 gaya utama, yakni :
1. Zhuanshu (Inggris : Seal script/Small seal; Hanzi tradisional : 篆書, Hanzi sederhana : 篆书, Pinyin : Zhuànshū)
2. Lishu (Inggris : Clerical script/Official script; Hanzi tradisional : 隸書, Hanzi sederhana : 隶书, Pinyin : Lìshū)
3. Xingshu (Inggris : Semi-cursive script/Running script; Hanzi tradisional 行書, Hanzi sederhana 行书, Pinyin : Xíngshū)
4. Caoshu ((Inggris : Cursive script/Sloppy script; Hanzi tradisional : 草書, Hanzi sederhana 草书, : Pinyin : Cǎoshū)
5. Kaishu (Inggris : Regular script/Standard script; Hanzi tradisional : 楷書, Hanzi sederhana 楷书 : Pinyin : Kǎishū)
Baca juga : Shufa (书法) : Asal Usul Seni Kaligrafi Tiongkok (Chinese Calligraphy)
Ada beberapa standardisasi umum dari berbagai gaya kaligrafi Tiongkok. Jenis2 gaya pada penulisan Shufa yang utama, diantaranya adalah gaya Segel, gaya berlari, reguler, pejabat dan berjalan. Setiap gaya memiliki ciri2 yang unik.
Kaligrafi dianggap sebagai salah satu dari 4 teman terbaik sastrawan Tiongkok kuno, bersama dengan alat musik gesek, melukis, dan permainan catur Weiqi (围棋). Kaligrafi Tiongkok berfokus tidak hanya pada metode penulisan, tetapi juga pada pengembangan karakter seseorang (人品; Ren Pin).
“Kaligrafi Tiongkok dianggap sebagai seni kata, suatu bentuk tarian garis, musik tanpa suara, dan gambar tanpa warna, maka kaligrafi juga disebut tarian tinta”
1. Gaya Zhuanshu 篆書 atau Seal script (Gaya Segel)
Ciri khas dari gaya Zhuanshu yang utama adalah bentuk huruf yang panjang, bundar, dan menunjukkan keindahan guratan yang melengkung. Zhuanshu adalah gaya terkuno dari penulisan karakter Hanzi, yang umum digunakan sepanjang abad ke-1 SM. Gaya ini berkembang secara organik dari naskah2 yang ditulis selama Dinasti Zhou (1600 – 1046 SM).
Gaya penulisan segel ini akhirnya menjadi standar, dan diadopsi sebagai skrip formal di daratan Tiongkok, pada masa Dinasti Qin (221 – 206 SM).
2. Gaya Xingshu 行书 atau Semi-cursive script (Gaya Berjalan)
Merupakan salah satu gaya kuno dan sangat artistik dari penulisan karakter Hanzi. Gaya penulisan Xingshu sebenarnya merupakan perpaduan antara gaya penulisan Kaishu dan gaya Caoshu (lihat dibawah). Tulisan karya Wang Xizhi 王羲之 dan Wang Xianzhi 王獻之 dari Dinasti Jin (226 – 420) dianggap sebagai wakil tipikal penulisan ini.
Gaya Xingshu juga merupakan gaya semi-kursif (ditulis dengan karakter bergabung, atau huruf sambungnya karakter hanzi) dari karakter Hanzi. Kebanyakan orang yang dapat membaca Gaya Reguler (Kaishu) setidaknya dapat membaca gaya penulisan semi-kursif.
3. Gaya Kaishu 楷书 atau Regular Script (Gaya Reguler)
Kaishu merupakan gaya yang paling umum dilihat dalam seni kaligrafi Tiongkok, dimana huruf2nya persegi dan teratur, serta guratannya penuh dan indah. Gaya penulisan ini disebut juga Zhenshu (真書) atau Zhengshu (正書).
Gaya ini mencapai kejayaannya selama masa Dinasti Tang (618 – 907), dimana 3 orang ahli penulis kaligrafi kaishu hidup, yakni Yan Zhengqing 顏眞卿 , Liu Gongquan 柳公權, Ouyang Xun 557–641. Diketahui, Kaisar Tang Taizong 唐太宗 (a.k.a Lishimin; 599-649) juga diketahui seorang penggemar kaligrafi Tiongkok.
Gaya Kaishu adalah gaya penulisan terbaru (paling umum dipakai pada masa kini) dalam gaya penulisan aksara Tiongkok. Naskah2 reguler yang menggunakan gaya ini sebenarnya sudah muncul antara masa dinasti Han (206 SM – 220 M) dan Cao Wei (220-226; jaman 3 Kerajaan), namun tidak begitu populer. Penggunaan Gaya Reguler baru menjadi populer di masyarakat Tiongkok sekitar abad ke-7.
Sebagai catatan, wilayah Taiwan dan Hong Kong menggunakan karakter Hanzi tradisional dalam penulisan resmi, sementara Tiongkok sendiri menggunakan aksara Hanzi yang disederhanakan dalam penulisan resminya.
4. Gaya Lishu 隶书 atau Clerical script (Gaya Pejabat/Administrasi)
Gaya Lishu adalah salah satu gaya terkuno dalam seni kaligrafi Tiongkok. Gaya Lishu pertama kali digunakan selama Dinasti Han (206 SM – 220 M), dan penggunaannya masih berlangsung hingga saat ini. Gaya penulisan ini dianggap sebagai bentuk aksara modern, meskipun digantikan oleh Gaya Reguler (Kaishu).
Ini terjadi karena bentuk goresan yang ditulis dalam skrip, mirip dengan apa yang ditulis dalam skrip reguler (gaya kaishu diatas). Naskah2 yang menggunakan gaya ini masih digunakan hingga kini, selain untuk memberikan cita rasa artistik, juga karena memiliki tingkat keterbacaannya yang tinggi. Hurufnya berciri khas datar, dan menampilkan keindahan garis persegi.
5. Gaya Caoshu 草书 atau Cursive Script (Gaya Berlari)
Ciri khas dari gaya Chaoshu adalah menampilkan keindahan garis, berupa garis2 yang terlihat “menari”, yang penuh gairah kehidupan dan semangat. Gaya penulisan Caoshu adalah gaya terbaik untuk pengungkapan perasaan dan kepribadian sang ahli kaligrafi. Zhang Xu dan Huai Su dari Dinasti Tang sangat terkenal untuk gaya penulisan ini.
Gaya Caoshu diperkirakan berasal Dinasti Jin (266 – 420). Gaya Caoshu, atau diterjemahkan sebagai Naskah Rumput (grass script, cao 草 = rumput) ditulis dengan kursif (ditulis dengan karakter bergabung, atau huruf sambungnya karakter hanzi) memang lebih cepat digunakan untuk menulis daripada gaya2 penulisan yang lain, tetapi penulisan ini sulit untuk dibaca bagi orang2 yang tidak terbiasa dengannya.
Gaya kursif mungkin berfungsi terutama seperti semacam singkatan dalam naskah, atau gaya kaligrafi. Orang2 yang hanya menguasai/membaca bentuk standar (reguler script) dari huruf Hanzi, mungkin tidak dapat memahami skrip ini.
Baca juga : Shufa (书法) : Asal Usul Seni Kaligrafi Tiongkok (Chinese Calligraphy)