Last Updated on 20 February 2018 by Herman Tan Manado
Mengentaskan propinsi Xinjiang dari kemiskinan menjadi salah satu cara Presiden Xi Jinping untuk “menjinakkan” wilayah tersebut. Selama 2 dekade terakhir, daerah otonomi Xinjiang Uighur memang sering bergolak. Jika dibandingkan dengan daerah-daerah Tiongkok lainnya, konflik paling sering pecah di wilayah mayoritas muslim ini.
Sejak tahun 2014, bersamaan dengan lahirnya ISIS di timur tengah, Xinjiang memang menjadi sasaran utama razia pemerintah Tiongkok. Sebab disana ada banyak kelompok radikal yang menuntut merdeka dari Beijing.
Sebagai info, saat ini jumlah penduduk Xinjiang 23,6 juta jiwa; 46% diantaranya adalah beretnis Uygur, dan 58% beragama Islam.
Karena mayoritas penduduknya muslim, pergolakan di Xinjiang sering dikaitkan dengan ISIS. ’’Kabarnya, ada banyak pejuang ISIS asal Xinjiang di Irak dan Siria yang siap menyerang Tiongkok,’’ tulis Al Jazeeraa, Senin (19/2).
Laporan itu jelas membuat Xi Jinping dan para pejabatnya khawatir. Mereka tidak mau etnis Uighur yang membentuk lebih dari 46% populasi Xinjiang bakal lebih rajin menggelorakan separatisme jika terus-menerus merasa diabaikan.
Maka dari itu, pemimpin 64 tahun itu berusaha untuk merangkul mereka lewat program pengentasan kemiskinan. Dia berharap program tersebut bisa mencegah kelompok-kelompok separatis Uighur menjadi Islam radikal.
RADIKAL BERASAL DARI = KEMISKINAN + PENDIDIKAN RENDAH + KESEHATAN TIDAK TERJAMIN
Pada tahun 2017 lalu, pemerintah Tiongkok mengalirkan sejumlah besar bantuian finansial ke propinsi Xinjiang. Dari total dana pengentasan kemiskinan nasional sebesar USD 960 juta atau sekitar Rp 13 triliun, 80% diantaranya atau sekitar Rp 10 triliun mengalir ke sana.
Tepatnya ke 4 kota termiskin di propinsi tersebut. Yakni, Kashgar, Hotan, Kizilsu, dan Aksu. ’’Kali ini, pemerintah menyasar 22 kota di Xinjiang,’’ terang seorang pejabat Beijing kepada Xinhua.
Sayangnya, pejabat yang merahasiakan namanya itu tidak bersedia membocorkan berapa banyak dana yang kali ini pemerintah sediakan untuk mengentaskan propinsi Xinjiang dari kemiskinan. Namun dipastikan dananya akan lebih besar dibanding tahun lalu, mengingat jumlah kota tahun ini meningkat 5,5x lebih banyak.
Senin kemarin (19/2), dalam edisi online-nya, South China Morning Post melaporkan bahwa program tersebut bakal berlangsung selama 3 tahun, atau hingga tahun 2020.
Perwakilan pemerintahan Xi Jinping menyatakan bahwa program 3 tahun itu bakal dicapai secara bertahap. ’’Tahun ini, target utama pemerintah adalah membebaskan 400.000 warga dan 94.000 rumah tangga Xinjiang dari kemiskinan,’’ katanya.
Pemerintah Tiongkok berharap dengan peningkatan taraf hidup itu akan meredam gejolak sektarian di wilayah yang sebagian besar penduduknya adalah muslim tersebut.
Selain bantuan finansial, Beijing bakal menempatkan sejumlah pejabat pusat di 192 lokasi. Mereka akan membantu pemerintah Xinjiang dalam mengelola dana pengentasan kemiskinan tersebut.
Baca juga : Inilah 6 Hal Muslim Tiongkok Yang Perlu Anda Ketahui; Yang Nomor 5 nya Mencengangkan!
Para pejabat itu akan bertugas hingga tahun 2020. ’’Tujuan akhir kami adalah meningkatkan pendapatan tahunan tiap penduduk Xinjiang sampai di atas USD 362 (sekitar Rp 4,8 juta).’’ Demikian bunyi keterangan resmi pemerintah Tiongkok.
Xinjiang yang berbatasan langsung dengan Negara Mongolia, Afghanistan, Pakistan, dan India itu memiliki total 99 kota/kabupaten. Dalam program pengentasan kemiskinan Nasional 3 tahun tersebut, Xi fokus pada 22 kota yang sebagian besar terletak di bagian selatan Xinjiang.
”4 kota yang sejak tahun lalu menjadi sasaran program pengentasan kemiskinan akan tetap diprioritaskan,” terang seorang jubir pemerintah Xinjiang. Dengan program ini, pemerintah Tiongkok berharap agar warga negara minoritasnya (Uygur) dapat hidup sejahtera, dan tidak berubah menjadi radikal (sumber berita : msn.com).