Last Updated on 26 August 2018 by Herman Tan Manado
Setelah mendengar si mahasiswi itu sampai rumahnya, saya menduga ceritanya selesai. Ternyata saya salah total.
Di pagi hari saat saya sedang di kamar asrama, sedang menunggu kelas jam 10, tiba-tiba satu teman berlari masuk ke kamar sambil berteriak “Kabar buruk! Kabar buruk …”
Ternyata semalam si mahasiswi itu sudah kembali ke asrama. Tapi pagi ini dia melompat masuk ke dalam sumur!
Dia langsung tewas di tempat. Bahkan katanya ketika melompat ke sumur, badannya sepertinya menghantam sesuatu, sehingga perut kirinya sobek dan usus terburai keluar, sama seperti kondisi mayat kucing itu …
Saya yang mendengar cerita itu bagai siang bolong disambar geledek. Pikiran saya kosong seketika. Teman saya yang paham Tao itu pun terkejut. Tidak baik, tidak baik katanya. Sarannya kita harus melayat ke mahasiswi ini. Dan juga pas malamnya harus berdoa di sebelah Aula Daren.
Belakangan dia memberikan kami jimat yang entah dia dapatkan dari mana. Kami diwajibkan untuk membawanya selama 49 hari. Apalagi kalau sedang melewati samping Aula Daren, wajib dibawa!
Hari-hari setelah kejadian itu, saya terus membawa jimatnya setiap hari, takut terjadi sesuatu yang tidak baik. Tetapi lewat sebulan dikarenakan memang tidak terjadi apa-apa, saya sudah tidak begitu mempedulikannya lagi.
Sampai suatu hari ada kejadian. Pada saat itu kami sedang main basket sampai jam setengah 10 malam hari. Jadi kejadiannya bola menghantam ring basket dan terpantul keluar lapangan. Mau tidak mau saya berlari untuk memungut bola basketnya. Bolanya menggelinding ke arah Aula Daren.
Bolanya menggelinding terus, semakin lama semakin jauh. Karena ingin mengambil bolanya, saya pun berlari lebih cepat lagi.
Tiba-tiba dari semak-semak sisi kanan muncul seekor kucing. Dia berjalan menuju gerbang yang di depan Aula Daren situ. Anehnya saya entah kenapa merasa tertarik pada kucing itu, dan lupa untuk memungut bola basketnya. Padahal gerbang yang dekat Aula Daren itu tidak ada orang ataupun sesuatu, tidak ada apa-apa sama sekali!
Pada saat itulah saya teringat insiden sebulan lalu. Tiba-tiba merasa bulu kuduk merinding. Apalagi jimatnya tidak sedang saya bawa. Jadi segera kembali untuk memungut bola.
Saya menyusuri jalan terus mencari-cari bolanya. Kira-kira di tempat lokasi kucing ditabrak dulu, mata saya sendiri melihat sebuah pemandangan horror. Mahasiswi yang bunuh diri itu, berjongkok dengan wajah menunduk. Tangannya sedang menekan seekor kucing. Kucing itu terus-menerus mengeong tanpa bisa apa-apa. Saat itu seluruh tubuh saya lemah dan kaki saya hampir tidak bisa menopang lagi.
Perempuan yang ada di hadapan saya itu kemudian pelan-pelan berdiri. Tubuh saya seluruhnya terpaku tidak bisa bergerak. Saya sudah ketakutan setengah mati. Perempuan yang berdiri di hadapan saya betul-betul mirip dengan mahasiswi yang bunuh diri itu. Lalu apa yang terjadi kemudian?
Bersambung ke part 08