Last Updated on 9 September 2021 by Herman Tan Manado
Patung Dewa Kwan Kong (关公) yang terletak di TITD Kwan Sing Bio Tuban, RUNTUH pada hari kamis, 16 April 2020, atau tanggal 24 bulan 3 Imlek 2571. Runtuhnya patung setinggi ±30,4 meter itu diperkirakan terjadi pukul 10.15 WIB. Dari foto2 yang beredar, terlihat patung sudah tidak berbentuk, tinggal menyisakan kerangka besi dan fondasinya saja.
Kejadian ini terjadi, tepat sehari setelah hari kebesaran Dewi Tian Shang Sheng Mu, tanggal 23 bulan 3 Imlek. Ini juga tepat 4 bulan (ada bulan lun, bulan ke-4) sebelum hari kebesaran Dewa Kwan Kong, yang akan jatuh pada tanggal 24 bulan 6 Imlek mendatang.
Tampak foto2 Patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen di Tuban, yang runtuh hanya menyisakan pedang dan rangka betonnya saja, sedangkan baju Kongco yang didominasi warna merah dan hijau semuanya runtuh :
Penyebab Patung Setinggi 30 Meter di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban Runtuh Masih Misterius
Saat ini lokasi masuk ke dalam kelenteng ditutup. Menurut keterangan dari pihak keamanan yang berjaga, penutupan ini atas perintah pengurus kelenteng. Bahkan hingga siang ini, petugas polisi yang datang ke lokasi pun belum diperkenankan masuk untuk melakukan penyelidikan.
“Pintu masuk kelenteng ditutup, ini perintah atasan,” ucap petugas keamanan kelenteng yang tak menyebut namanya.
Warga yang berada di sekitar patung terbesar se-Asia Tenggara ini juga awalnya tampak panik, karena pada saat runtuh suaranya diawali dengan angin kencang, kemudian disusul suara gemuruh. Seorang saksi mata di sekitar lokasi di jalan RE Martadinata 01, Karangsari, Tuban, mengatakan bahwa tidak ada tanda2 apapun sebelum reruntuhan terjadi.
“Tidak ada tanda2 apapun, termasuk malam sebelumnya,” terang saksi mata di sekitar lokasi.
Beruntung patung tersebut runtuh ke bawah, jika runtuh ke arah selatan, bisa dipastikan akan menimpa rumah2 warga yang ada di belakang klenteng.
Hingga sekitar pukul 11.00 WIB, aparat kepolisian dan TNI, termasuk awak media belum diijinkan masuk ke dalam kelenteng Kwan Sing Bio, yang menghadap ke arah pantai utara ini. Pihak kelenteng sendiri belum ada tanda2 akan menggelar jumpa pers atas bencana runtuhnya patung yang menelan dana sebesar 2,5 miliar rupiah ini.
Belum ada pengumuman apa alasan patung Kwan Kong ini runtuh. Namun alasan yang paling masuk akal, adalah dikarenakan konstruksi bangunannya yang kurang bagus sewaktu pengerjaan. Adapun alasan lainnya, sebagian orang Tionghoa sendiri meyakini hal ini sebagai bentuk mujizat yang dibuat Kongco untuk melawan penyebaran virus Covid-19.
Adapun sebelumnya pada Oktober 2019, terjadi konflik internal kepengurusan TITD Kwan Sing Bio Tuban, dimana proses pemilihan pengurus baru dianggap menyalahi aturan AD/ART. Pemilihan yang dihadiri oleh puluhan umat itu juga sempat dihentikan oleh pihak kepolisian, lantaran sempat terjadi keributan (beritanya disini).
Diketahui kepengurusan Klenteng KSB Tuban yang terpilih sejak tahun 2013 hingga saat ini belum dilantik, karena adanya permasalahan internal dalam kepengurusan. Kondisi tersebut menimbulkan polemik berkepanjangan, hingga harus dimediasi oleh pihak Polres Tuban (beritanya disini).
Sebelum runtuh, lokasi di sekitar patung Kongco Kwan Kong tersebut sering menjadi tempat tujuan wisata oleh turis lokal maupun asing. Patung tertinggi se-Asia Tenggara (±30 meter) itu banyak digunakan orang sebagai latar untuk berswafoto. Adapun lokasi kelenteng ini berada tepat di pinggir jalan raya pantura, yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta menghadap ke Laut Jawa.
Meski berstatus sebagai tempat ibadah, tapi setiap masa liburan, maupun akhir pekan, kelenteng yang menghadap ke arah laut ini selalu dipadati pengunjung. Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban sendiri merupakan tempat peribadatan Tridharma yang telah berusia ratusan tahun. Diperkirakan, kelenteng ini dibangun sejak abad ke-18.
Baca juga : Ke Jawa Timur? Jangan Lupa Mampir ke 8 Objek Wisata Bernuansa Tiongkok Ini!
Tahukah pembaca, bahwa :
♦ Tinggi patung Kwan Kong ini sekitar ±30 meter.
♦ Merupakan patung Dewa Kwan Kong tertinggi se-Asia Tenggara, dan masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia – MURI.
♦ Mulai dibangun pada September 2015, dan diresmikan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan pada 17 Juli 2017, dimana bertepatan hari Sejid/Kebesaran Dewa Kwan Kong yang ke-1855.
♦ Pembangunan patung yang terletak dalam kompleks Klenteng Kwan Sing Bio Tuban ini diperkirakan menghabiskan dana sekitar ±2,5 miliar rupiah.
♦ Patung Dewa Kwan Kong ini merupakan salah satu objek wisata dan tempat berswafoto di Jawa Timur.
♦ Sebulan setelah diresmikan, patung ini didemo oleh massa sentimen anti cina, dengan alasan : mendirikan patung “Jenderal Asing” dianggap sebagai bentuk penghianatan terhadap NKRI.
Baca juga : Inilah Realita Toleransi di Indonesia : Patung Dewa Kwan Kong di Kwan Sing Bio Tuban Ditutup KAIN PUTIH!
Untuk meredam isu SARA yang mulai memanas di masyarakat dan media sosial, patung ini sempat “dikafani” oleh pemerintah (atas inisiatif dan permintaan pihak klenteng sendiri) usai di demo pada awal Agustus 2017, namun tidak berselang lama akhirnya dibuka kembali. Berita ini sempat meluas hingga ke TV luar negeri Hongkong, Taiwan, dan media koran online The New York Times.
Update Kamis malam, 17 April 2020 :
Pihak Kelenteng Sebut Patung Dewa Perang Seharga Rp2,5 Miliar Roboh karena Faktor Alam.
Berselang sekitar 5 jam setelah patung Kwan Sing Tee Koen di kompleks area kelenteng runtuh, ketua umum TITD Kelenteng Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan akhirnya buka suara. Gunawan menyebut, penyebab robohnya patung itu karena faktor alam (seperti angin, cuaca panas, dan hujan, sehingga membuat material patung rontok).
“Penyebab runtuhnya murni karena faktor alam, bukan penyebab yang lainnya,” ujar Gunawan.
Gunawan menyampaikan, pihaknya juga sudah dihubungi oleh pihak kementerian (pemerintah) agar kooperatif jika ditanya oleh awak media terkait robohnya patung, agar tidak ada yang mengambil keuntungan atas kejadian ini.
“Saya diberikan masukan dari kementerian, agar dijawab apa adanya, kalau sebab runtuhnya (patung) karena faktor alam,” tuturnya.
Sebelumnya pihak kelenteng sendiri sulit untuk dikonfirmasi. Bahkan aparat kepolisian yang terjun di lapangan, hanya bisa berjaga di luar pagar, karena tidak diperkenankan masuk ke dalam area kelenteng. Namun berslang sekitar 5 jam, pihaknya baru bisa memberikan sedikit keterangan, serta memperkenankan pihak kepolisian untuk melakukan olah TKP lebih lanjut.