Setelah membaca artikel Legenda Pan Gu (PanGu), Pencipta Alam Semesta, Langit dan Bumi, cerita kemudian berlanjut ke bumi dan segala isinya, termasuk bagaimana golongan manusia pertama tercipta.
Dalam Kitab Suci Thay Shang Lao Jun (太上老君) halaman 5 baris 5, ada tertulis :
Kera besar (Antropoid Apes) kuno kebetulan ada yang pandai luar biasa,
Lama mencari jalan dapat petunjuk Dewa-Dewa,
Muncullah manusia pertama menjalani TAO sesama,
Berevolusi terus hingga jaman terakhir mengikuti langkah-langkah.
“Kera Besar” (Antropoid Apes) kuno, yang kebetulan diantara mereka terdapat yang pandai luar biasa, lama mencari jalan hingga kemudian mendapat petunjuk Dewa”. Hal ini menyangkut awal mula dari (penguasa) semua makluk yang ada di dunia.
Konon di jagat raya ini, banyak terdapat bintang2. Bumi ini hanyalah salah satu dari bintang2 tersebut. Pada saat dunia ini baru terbentuk, keadaannya sunyi senyap sekali, karena tidak ada suatu apapun yang bernyawa.
Entah sudah lewat beberapa ribu tahun, pada suatu waktu Dewa-Dewi di Langit datang turun untuk melihat2 isi dunia ini. Diantara mereka, terdapat satu Dewa yang agak senang bergurau. Sewaktu Ia melihat air bah yang keruh, Ia menjelma menjadi sesosok raksasa, dan dengan tangan raksasanya pula Ia mengaduk2 air tersebut sehingga menimbulkan riak2, lalu pergi.
Tak disangka, karena mengaduk2 inilah menimbulkan peristiwa. Karena Ia kurang hati2, sehingga meninggalkan sedikit rontokan kulit di dalam air tersebut.
Setelah lewat beberapa ribu tahun, rontokan2 itu kemudian berubah menjadi sel-sel hidup yang pertama, dan mulai bervolusi pecah menjadi 2 bagian besar, yaitu golongan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Yang hewan, dari air ke amfibi, terus naik ke darat, dan seterusnya terus berevolusi.
Entah sudah lewat beberapa ribu tahun lagi, barulah muncul golongan KERA BESAR. Ini adalah makluk tertinggi derajatnya, dan sudah mempunyai sedikit kepandaian.
Waktu itu, kebetulan Dewa-Dewi datang turun lagi ke bumi. Mereka berjalan2 dengan tubuh yang nampak (kasat mata), hingga kera2 tersebut terheran2 dan senang sekali melihat wajah2 para Dewa tersebut, dan membuntuti mereka.
Diantara Dewa-Dewi tersebut, terdapat satu Dewa kecil. Ia merasa agak jengkel, hingga menggunakan kekuatan magic-Nya untuk menyadarkan mereka, “bahwa harus Siu Lian barulah dapat merubah wajah2 menjadi tampan”, lantas kemudian pergi. Beberapa dari kera2 itu pun sangat gembira, dan mencoba Siu Lian dengan menggunakan otaknya.
Lalu lewat beberapa ribu tahun lagi lamanya, hingga meninggal dan menitis lagi, meninggal dan menitis lagi berulang2, terus berputar dalam kelompok kera yang pandai tersebut, lama kelamaan kelompok tersebut menjadi sangat menonjol, hingga muncullah Yen Se Ren.
Yen Se Ren inilah yang merupakan kelompok manusia pertama, dan sudah agak berbeda dengan kelompok kera2 lainnya.
Daya pikir mereka pun sudah agak menonjol, dan perlahan2 sudah dapat menggunakan tangan, kaki, dan pikiran untuk bekerja, hingga jadilah Cen Ren (manusia).
Kelompok yang cerdas ini sudah berevolusi menjadi manusia seutuhnya, sedangkan kelompok yang lainnya tetap menjadi kera, karena mereka masih bodoh, sementara jaman sudah menginjak pada persaingan.
Menurut kodrat alam, yang cerdas akan naik, dan yang bodoh akan tenggelam. Semua menurut hukum alam, dan berkembang biak menurut arahnya masing2.
Menurut pengertian Charles Darwin (1809-1882), ilmu Evolusi menunjukkan bahwa semua makhluk berasal dari 1 sumber. Karena manusia juga tak lepas dari evolusi, maka tak luput dari sifat2 kebinatangan.
Tetapi di lain sisi, karena manusia sudah mempunyai kecerdasan yang tinggi, yang dipengaruhi oleh pendidikan, keagamaan, dan sebagainya, maka manusia juga mempunyai sifat2 kemanusiaan (kebajikan).
Oleh karena itu sudah berbeda dan dianggap sudah keluar dari golongan2 binatang, jadi berlainan spesies sama sekali. (referensi : 修道寶鑑 2014 ver.)
Baca juga : Legenda Pan Gu (PanGu), Pencipta Alam Semesta, Langit dan Bumi
Hanya saja, di jaman yang sudah modern ini, ternyata masih banyak manusia yang masih BERMENTAL GOLONGAN KERA. Contohnya di masa Covid-19 (virus Corona) ini merebak, menurut survei 1 lembaga independen, di Indonesia sendiri terdapat 17% masyarakat yang TIDAK PERCAYA adanya Covid-19, dan 27% masyarakat Sulawesi Utara (termasuk Manado) yang TIDAK PERCAYA (masuk 5 besar propinsi yang masyarakatnya tidak menyakini adanya virus Covid-19).
Menurut data per hari ini (26 Oktober 20200, jumlah korban yang sudah terpapar virus ini sebanyak 45 juta, dimana yang meninggal sebanyak 1,2 juta. Itu data yang tercatat, sementara yang tidak tercatat, jumlahnya diperkirakan 2x lipat dari angka2 tersebut. Dan mengingat vaksin dari virus ini belum ditemukan, mungkin jumlahnya akan membengkak 5x lipat di masa depan.
Mungkin menurut mereka (orang2 yang tidak percaya adanya Covid-19), jumlah korban tersebut terlihat mengada2. Mungkin menurut mereka, korban2nya hanya pura2 mati untuk menakut2ti masyarakat. Karena itulah, mereka berani tampil di publik, bekerja normal, berinteraksi normal, mengadakan acara2 ulang tahun, PERNIKAHAN (Kalau sudah ngebet, yg hasrat sexualnya sudah tidak bisa ditahan, tidak mengapai sih, cuma ngapain mesti pake acara RESEPSI segala?) jalan2 nge-mall bareng teman2 tanpa tujuan yg jelas, dan acara2 lain yang sifatnya mengumpulkan massa.
Bahkan, adapula yg berani membawa pulang jenazah yg sudah 100% positif Covid-19 dari RS, mengkafaninya (bagi yg muslim), memandikannya, menggantikannya baju, mendandaninya, bahkan menciumnya (ini terjadi di banyak daerah!)
Mungkin di dalam tubuh mereka, masih tersisa GEN2 B0DAT, a.k.a monyet, atau orang utan. Dimana sudah pada sekolah, sudah mengecap pendidikan (SMA, bahkan ada masyarakat yg sarjana S1), tapi enggan menggunakan otaknya, akal sehatnya, untuk mencerna masalah yang terjadi saat ini. Mereka inilah yang termasuk kelompok manusia yang GAGAL BEREVOLUSI menjadi manusia seutuhnya.
Lantas kemana mereka setelah meninggal nanti? Hampir bisa dipastikan, akan nitis lagi…