Batas Air (水浒传; Shuǐhǔ zhuàn), atau Water Margin, adalah novel yang menceritakan tentang pemberontakan rakyat jelata. Penulisnya bernama Shi Nai’an (施耐庵), yang hidup pada akhir dinasti Yuan dan awal dinasti Ming (lahir 1296; meninggal 1372 M).

Shi menulis novel ini berdasarkan kisah-kisah yang populer tentang pemberontakan petani yang dipimpin oleh seorang bernama Song Jiang pada akhir masa dinasti Song.

Novel yang dicetak pertama kali pada tahun 1589 M ini menceritakan bagaimana jatuh bangunnya pemberontakan yang dilakukan oleh para petani di wilayah pegunungan Liangshan, di propinsi Shandong, yang dimulai pada tahun 1211 M (masa2 dinasti Song berkuasa).

Novel ini merefleksikan realita sosial mengenai pemberontakan rakyat sipil, yang didorong oleh perlakuan tidak adil dari para pejabat pemerintah.

Novel ini menggambarkan / mengisahkan tentang perjuangan 108 orang pemberontak; yang kemudian dikenal dengan sebutan “108 Pendekar dari Pegunungan Liangshan“.

Beberapa chapter/bab yang terkenal seperti “Wu Song Membunuh Harimau”, dan “Lu Zhishen Mencabut Pohon Willow” masih diadopsi hingga kini.

Menurut dugaan banyak orang, Shi Nai’an menulis 70 bab pertama dari Novel, sementara Luo Guanzhong menyelesaikan 30 bab sisanya. Namun juga ada dugaan bahwa tidak ada orang bernama Shi Nai’an, karena Shi Nai’an sendiri konon merupakan nama samaran dari Luo Guanzhong sendiri.

Review : 

Para pendekar gunung Liang penuh dengan sifat2 kepahlawanan. Dalam pandangan orang Tiongkok, menjalankan keadilan berarti melakukan apa yang semestinya dilakukan. Ini tampak jelas dalam paruh pertama Shui Hu Zhuan, terutama dalam kisah Lu Zhishen, yang tanpa segan selalu menolong mereka yang ditimpa ketidakadilan.

Musuh utama dari keadilan adalah uang dan nafsu. Novel Shui Hu Zhuan melukiskan godaan, yang merupakan ancaman dari kecantikan wanita. Ini tentunya berhubungan dengan prinsip nilai sang penulis novel. Namun dalam budaya tradisional Tiongkok, sifat ksatria yang sejati pada dasarnya memang anti terpikat oleh wanita.

Kesimpulannya, novel ini merefleksikan sisi ksatria orang2 Tiongkok.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?