Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Barongsai dikenal bukan hanya sekadar tarian tradisional yang berasal dari negeri China, tetapi juga bisa menyatukan budaya dan olahraga serta membangkitkan semangat.

Tarian barongsai bukan hanya dapat menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani bagi para pemainnya; tapi juga sekaligus mendatangkan kegembiraan bagi yang menyaksikan liukan tarian tradisonal asal China ini.

Selain itu, tarian ‘macan’ ini mengandung nilai-nilai yang dapat mempererat persatuan bangsa di tengah mulai lunturnya nilai-nilai sosial. Barongsai tidak dapat dipisahkan antara seni dan olahraga. Karena itu pagelaran barongsai dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan ke depannya.

Selain itu, penyebaran dan perkembangan olahraga barongsai di tanah air juga cukup pesat, ditandai dengan banyaknya klub-klub barongsai baru yang berdiri, dimana sebagian anggota/pemainnya merupakan masyarakat pribumi.

Dengar kabar ternyata sudah sejak lama kalau olahraga barongsai akan SEGERA dipertandingkan di pentas-pentas olahraga Internasional, minimal dimulai dari kejuaraan-kejuaraan kawasan Regional; seperti SEA GAMES dan kejuaraan Asian Timur. Kenapa Regional SEA GAMES ?

Karena di ASEAN hampir semua negara telah mengenal olahraga barongsai (dan naga) ini. Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Thailand, Vietnam dan Myanmar sudah punya tim-tim barongsai yang cukup mapan.

Artinya kuota 2/3 dikenal publik (sudah me-masyarakat) dalam region ASEAN sebagai syarat minimal sebuah olahraga untuk dipertandingkan sudah terpenuhi.

Apalagi kejuaraan barongsai ini sebelumnya sudah sangat sering diperlombakan di tingkat Internasional (sudah tidak asing), salah satu yang paling bergengsi adalah kejuaraan Genting World Lion Dance Championship di Malaysia yang dilaksanakan setiap 2 tahun.

Bahkan negara-negara asing seperti USA, Australia, dan Prancis juga sudah punya organisasi barongsai di negaranya.

Kemungkinan besar di SEA GAMES Singapore 2015 nanti cabang barongsai sudah akan diturunkan, minimal sebagai laga ‘eksebisi’. Artinya belum resmi, hanya sebagai perkenalan saja, dan tidak diperhitungkan dalam perolehan pedali.

Tapi ini adalah sebuah langkah awal yang sangat baik untuk selanjutnya dimasukkan menjadi salah satu cabang olahraga resmi yang dipertandingkan. Apalagi jika ternyata animo/reaksi penonton bagus dan mendukung untuk olahraga barongsai ini, sudah pasti tidak akan ada masalah.

Jika benar ‘direstui’ pada SEA GAMES berikutnya, maka kemungkinan nomor-nomor yang akan dipertandingkan dalam olahraga barongsai akan mengacu pada International Dragon and Lion Dance Federation (IDLDF); antara lain nomor Nan Shi (Barongsai), Bei Shi (Peking Sai) dan Wu Long (Naga).

Masing-masing nomor akan dibagi 5 kategori, yakni Traditional (tradisional), Compulsory (wajib), Optional (opsional), Speed (kecepatan), dan Obstacle (rintangan); dengan total 15 medali. Jumlah ini bisa disesuaikan kedepan-nya apabila dianggap terlalu banyak.

Alasan lain yang menguatkan adalah karena di Indonesia telah berdiri FOBI (Federasi Olahraga Barongsai Indonesia) sebagai wadah dari olahraga barongsai yang berada di Indonesia dan sudah RESMI MASUK di bawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Tapi anehnya masih banyak pihak-pihak yang tidak setuju dengan masuknya jenis olahraga barongsai ini ke KONI, diantaranya Plt Ketua Umum KONI Riau, Yuherman Yusuf dan Icuk Sugiarto, Wakil Ketua KONI DKI Jakarta. Menurut mereka, barongsai dinilai tidak memenuhi kriteria sebuah olahraga dan jelas bukan sebuah olahraga prestasi.

Menurut mereka pula, olahraga barongsai lebih pas dikelompokkan dalam olahraga rekreasi, karena mengacu berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, dimana salah satu pasalnya menjelaskan bahwa olahraga rekreasi merupakan olahraga yang bertujuan menjaga kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan.

“Dilihat dari logikanya saja, darimana sisi keolahragaan Barongsai” kata Yuherman.

Saya tidak tahu, apa yang dilihat dari kedua orang ini hanyalah aksi-aksi yang sering dipertunjukan di mall-mall atau di jalan-jalan dalam acara perayaan Cap Go Meh?

Mereka mungkin belum melihat bagaimana aksi yang dipertunjukkan di pertandingan Genting World Lion Dance Championship Malaysia, dimana untuk SETIAP PENILAIAN dari juri nya sangat jelas.

Ini mirip dengan penilaian Wushu (nomor taolu), dimana setiap gerakan/jurus dikategorikan menjadi 3, yakni mudah, menengah dan sulit, dimana setiap pemilihan jurus/gerakannya akan mempengaruhi poin penilaian, juga kelalaian dalam gerakan/error, kostum, musik, dsb.

Yang paling penting dari sebuah olahraga, adalah sikap sportif. Lihat kejadian yang terjadi di olahraga Badminton di Olimpiade 2012 kemarin?

Gara-gara skandal penampilan ogah-ogahan untuk bermain melawan musuh (mirip sepak bola gajah), cabor ini hampir saja dikeluarkan dari Olimpiade 2016. Atau bandingkan dengan olahraga catur, dimana pemainnya hanya duduk saja, yang nyaris tidak mengeluarkan keringat suar?

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?