Dikenal dengan julukannya sebagai negeri Tirai Bambu, China memang tersohor akan sistem pendidikannya yang sangat ketat. Nilai tinggi bisa menjadi segalanya bari para siswa disana, dan hal ini tentu membawa tekanan besar dalam kehidupannya. Semakin tingginya nilai yang ingin di dapat, semakin marak juga kasus kecurangan yang terjadi.
Namun, budaya baru yang dihadirkan rupanya menjadi nafas segar bagi para siswa. Untuk menghindari kegagalan2 pada saat hasil ujian di berikan, SMA 1 Nanjing di China membuat terobosan baru, yakni membuat “Bank’ nilai” dan meminjamkannya kepada para siswa.
Pendidikan di China dan Tekanan Besar Bagi Pelajar Disana
Satu hal yang tak kalah penting untuk di bahas adalah bagaimana pemerintah China mementingkan pendidikan layaknya sebuah investasi. Yup, bagi mereka, pendidikan dan pelatihan adalah investasi yang menguntungkan untuk membangun dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Kualitas SDM inilah yang akan menciptakan tenaga2 kerja yang unggul, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan dan ekonomi negara mereka.
Karena itulah China akhirnya mampu bersaing dengan negara super power lainnya, laiknya Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, Jepang, dan negara2 maju lainnya.
Baca juga : Beragam Beasiswa Tiongkok Untuk Non-Chinese Citizen
Gak Cuma itu, dalam perjalanannya, pemerintah China juga terus mengupayakan yang terbaik bagi pendidikan di negaranya. Contohnya saja program transentralisasi. Dapat di simpulkan bahwa pendidikan sudah meluas dan merata, mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten kota, hingga ke wilayah2 otonom di barat.
Seperti Indonesia, sistem pendidikan di China menekankan pada penggalian potensi yang dimiliki siswa. Pendidikan di mulai dari basic education (pendidikan dasar), technical and vactional education (pendidikan teknik dan kejuruan), higher education (pendidikan tinggi), dan adult education (pendidikan orang dewasa).
Mengenai jam belajar, kalau di Indonesia waktu belajar para siswa kurang lebih 8 jam. Sementara di China, para siswa bisa belajar lebih dari 8 jam!
Biasanya mereka mulai sekolah pada pukul 07:30 – 08:00 pagi, kemudian pulang pada jam 04 – 05 sore. Setelah itu para siswa akan lanjut belajar atau mengerjakan tugas sekolah hingga jam 08 – 10 malam.
Seperti yang udah di mention di atas, saking kompetitifnya pelajar di China, sebagian besar orang tua akan memasukkan anak2nya ke berbagai tempat les/privat. Hal itu dikarenakan performa akademik adalah hal yang di junjung tinggi, dan akan menentukan apakah kamu bisa masuk ke universitas2 top atau tidak.
Sejak di sekolah dasar, ketika rata2 anak berumur 6 tahun, para pelajar di China memang sudah terbiasa untuk menghabiskan banyak waktunya di sekolah.
Ketika mereka berada di sekolah menengah, persaingannya akan semakin sulit. Hal itu dikarenakan semakin meningkatnya persaingan mereka untuk masuk ke sekolah menengah atas, yang dianggap sebagai batu loncatan untuk masuk ke universitas yang terkenal.
Nah, persaingan nilai yang ketat ini justru menghadirkan 2 kemungkinan; para siswa akan semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik, atau justru para siswa akan semakin merasa terbebani dan mengalami kegagalan saat ujian tiba.
Baca juga : Inilah 5 Universitas Kampus di Tiongkok (China) dengan Mahasiswa/i Asal Indonesia Terbanyak
“Bank Nilai” sebagai Solusi dan Kesempatan Ke-2
Sebagai upaya untuk mengurangi tekanan hebat yang dialami para siswanya dalam sistem ujian yang keras di China, sebuah sekolah di Nanjing, yakni SMA 1 Nanjing, membuat terobosan baru yang unik!
Mereka menciptakan sebuah bank, yang dikenal dengan nama “Bank nilai“. Sistem ini membuat para siswa dapat meminjam nilai di “Bank nilai’ untuk mendongkrak nilainya agar melewati batas kelulusan. Dengan sistem ini, kesuksesan siswa dalam menghadapi ujian2 yang diberikan tentu lebih terjamin.
Baca juga : Inilah 8 Universitas Jurusan Sastra Mandarin (S1) Terbaik di Indonesia
Seperti cara kerja bank pada umumnya, ketika siswa meminjam nilai di “Bank nilai”, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan nilai yang telah mereka pinjam tepat waktu.
Nilai yang telah mereka pinjam dapat mereka lunasi dengan cara memperoleh nilai yang lebih tinggi pada ujian selanjutnya, atau mengikuti kegiatan ekstra di luar jam pelajaran, seperti eksperimen laboratorium dan presentasi.
Meski begitu, terdapat ketentuan lain (laiknya term of service) bagi siswa yang gagal untuk membayar pinjaman mereka, dimana mereka akan di blacklist oleh bank (tidak diperkenankan lagi meminjam), seperti cara kerja bank dalam kehidupan nyata jika Anda gagal membayar cicilan, bunga, atau tagihan.
Ketentuan lainnya, yaitu bunga dan reputasi pinjaman. Para siswa harus membayar dengan cepat semua nilai yang mereka pinjam, karena nantinya akan dikenakan bunga.
Begitu pula dengan reputasi pinjaman, reputasi pinjaman siswa akan dinilai oleh pihak sekolah, melalui kehadiran dan kerajinan mereka untuk memenuhi tugas2 lain, seperti membersihkan kelas atau sebagainya.
Bahkan, siswa satu dengan siswa lainnya dapat saling membantu untuk membayar pinjaman masing2 dari mereka, jika guru mengizinkannya.
Dengan cara ini, para siswa akan berfokus untuk terus mengembangkan diri melalui ujian2 yang akan dilaksanakan, daripada terus-terusan melihat kegagalan2 yang mereka dapat pada ujian2 sebelumnya.
Baca juga : Daftar 13 Universitas Yang Menyediakan Jurusan Sastra Mandarin di Indonesia
Namun sistem “Bank nilai” ini juga banyak mendapat komentar negatif dari netizen2 di China.
Misalnya, mereka menganggap bahwa “Bank nilai” bukanlah hal yang tepat, karena para pelajar tetap membutuhkan tekanan, yang pada dasarnya menuntut para pelajar untuk melakukan yang terbaik di setiap ujian.
Hal itu senada dengan budaya yang berkembang di sana, di mana “Hidup kita hanya akan ditentukan oleh 1 tes”. Pendapat lain menyatakan bahwa sistem ini justru membuat para pelajar menjadi malas, karena merasa ada kesempatan kedua.
Namun satu hal yang pasti, tujuan dari diadakannya “Bank nilai” ini sudah secara jelas disampaikan oleh Direktur Sekolah SMA 1 Nanjing, yang secara tegas menyatakan bahwa sistem ini digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan belajar para siswanya, bukan untuk menjatuhkan semangat para siswa.
Sistem ini juga dirancang untuk memberikan kesempatan kedua bagi para siswa untuk melakukan perbaikan.
Meskipun terdapat banyak perbedaan pandangan mengenai sistem “Bank nilai”, namun ini bisa menjadi inovasi dan terobosan baru untuk meringankan beban tekanan para siswa yang setiap tahun meningkat.
Terlebih jika banyak siswa yang terbantu dengan diluncurkannya sistem ini. Perlu diingat bahwa sistem “Bank nilai” tidak memberikan kesempatan bagi semua murid. Sistem ini hanya akan memberikan kesempatan kedua bagi para siswa yang rajin.
Baca juga : Wow! Inilah 10 Universitas Paling Top di Tiongkok!