Delapan Panji, atau Delapan Bendera (Hanzi : 八旗; Pinyin : Baqi) adalah suatu divisi militer di bawah kekaisaran Dinasti Qing, yang di dalamnya seluruh keluarga Manchu ditempatkan.
Dalam perang, Delapan Panji berfungsi sebagai pasukan, namun sistem panji juga merupakan kerangka organisasi dasar dari semua masyarakat Manchu.
Awalnya dibentuk pada awal tahun 1600-an oleh Nurhaci (Kaisar kehormatan, pendiri Dinasti Qing), tentara panji memainkan peran penting dalam penyatuan orang2 Jurchen (suku Manchu) yang tercerai-berai dalam penaklukan Dinasti Ming (~1644).
Ketika pasukan Mongol dan pasukanHan digabungkan ke dalam pembentukan militer Qing yang sedang tumbuh, Delapan Panji Mongol dan Delapan Panji Han dibentuk bersama dengan Panji2 asli Manchu.
Tentara panji dianggap pasukan elite militer Dinasti Qing, sementara sisa pasukan kekaisaran dimasukkan ke dalam Pasukan Kamp Hijau (綠營兵; Lu Ying Bing). Setelah Dinasti Qing berhasil mengonsolidasikan kekuatannya di Tiongkok, Pasukan Kamp Hijau dialihfungsikan sebagai unit kepolisian.
Baca juga : Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok
Keanggotaan di panji bersifat turun-temurun, dan prajurit2 nya diberikan tanah serta penghasilan. Setelah kekalahan Dinasti Ming, Kaisar2 Qing terus mengandalkan Delapan Panji dalam kampanye2 militer mereka selanjutnya.
Setelah 10 Kampanye Militer Besar Kaisar Qianlong, kualitas pasukan panji secara bertahap menurun. Kegagalan mereka untuk menekan Pemberontakan Taiping (1850-1864) telah merusak reputasi mereka.
Pada tahun 1800-an, tugas mempertahankan kekaisaran sebagian besar telah jatuh pada pasukan2 regional, seperti Tentara Xiang. Seiring berjalannya waktu, Delapan Panji menjadi identik dengan identitas Manchu, bahkan ketika kekuatan militer mereka lenyap.
Awalnya, pasukan Nurhaci di organisasikan ke dalam kelompok2 pemburu kecil, yang terdiri atas selusin pria yang memiliki pertalian darah, perkawinan, klan, atau tempat tinggal, seperti kebiasaan Jurchen yang khas.
Namun pada tahun 1601, dengan jumlah prajurit di bawah komandonya meningkat, Nurhaci melakukan re-organisasi pasukannya menjadi kompi2, yang terdiri dari 300 keluarga. 5 kompi membentuk 1 batalion, dan 10 batalion membentuk 1 panji.
Ke-4 panji yang awalnya dibentuk adalah Panji Kuning, Panji Putih, Panji Merah, dan Panji Biru, masing2 diberi nama sesuai warna benderanya.
Pada tahun 1614, jumlah kompi telah berkembang menjadi sekitar 400 kompi. Pada tahun 1615, jumlah panji digandakan menjadi 8, melalui pembentukan “panji berbatasan” (bordered banners). Pasukan dari 4 panji awal akan dibagi antara panji murni (polos) dan berbatasan (sempadan).
Setiap Panji Berbatasan memiliki bendera yang sama dengan panji murni, dengan ditambahi sebuah bis merah yang mengelilingi, kecuali untuk Panji Merah Berbatasan, yang memiliki sebuah bis putih sebagai gantinya.
Pasukan panji berkembang pesat setelah serangkaian kemenangan militer di bawah Nurhaci dan para penerusnya. Dimulai pada akhir tahun 1620-an, Jurchen mengintegrasikan suku2 Mongol yang ditaklukkan ke dalam sistem Delapan Panji.
Pada tahun 1635, Huang Taiji, putra Nurhaci, mengganti nama sukunya dari Jurchen ke Manchu. Pada tahun yang sama, suku2 Mongol dipisahkan menjadi Delapan Panji Mongol (八旗蒙古; Baqi Menggu).
Di akhir tahun 1800-an, pasukan2 Panji dibekali dengan senapan lontak dan artileri.
Baca juga : Suku Manchu; Cikal Bakal Dinasti Qing di Tiongkok
Ke-Delapan Panji itu Masing2 Bernama :
1. 正黃旗 (Zheng Huang Qi) : Panji Kuning Murni (32.000 pasukan)
2. 正白旗 (Zheng Bai Qi) : Panji Putih Murni (30.000 pasukan)
3. 正紅旗 (Zheng Hong Qi) : Panji Merah Murni (26.000 pasukan)
4. 正藍旗 (Zheng Lan Qi) : Panji Biru Murni (27.000 pasukan)
5. 鑲黃旗 (Xiang Huang Qi) : Panji Kuning Berbatasan (30.000 pasukan)
6. 鑲白旗 (Xiang Bai Qi) : Panji Putih Berbatasan (26.000 pasukan)
7. 鑲紅旗 (Xiang Hong Qi) : Panji Merah Berbatasan (28.000 pasukan)
8. 鑲藍旗 (Xiang Lan Qi) : Panji Biru Berbatasan (28.000 pasukan)
Baca juga : Kisah Hidup Kaisar Xuantong (Puyi), Kaisar Terakhir Sepanjang Perdinastian Tiongkok
Pada level tertinggi, ke-8 Panji dibagi menjadi 2 kelompok. dimana 3 panji atas berada di bawah komando Kaisar sendiri, sedangkan 5 panji bawah dibawah komando orang lain. Penempatan Panji juga dibagi menjadi “sayap kiri” dan “sayap kanan”, sesuai dengan susunannya dalam pertempuran.
Panji Putih Murni merupakan 1 dari 3 “panji atas” (2 panji lainnya adalah Panji Kuning Murni di sayap kanan, dan Panji Kuning Berbatasan di sayap kiri) yang dikendalikan langsung oleh Kaisar, berlawanan dengan 5 “panji bawah” lainnya. Bendera Panji Kuning Murni kemudian menjadi dasar dari warna bendera Dinasti Qing.
Unit terkecil dalam pasukan Panji adalah kompi, atau “Niru” (佐領; Zuoling), yang terdiri dari ±300 prajurit. Istilah “niru” berarti “panah” dalam bahasa Manchu, dimana pada awalnya digunakan sebagai sebutan untuk pesta berburu, yang pasukannya akan dipersenjatai dengan busur dan anak panah.
15 kompi (±4.500 orang) kemudian membentuk “Jalan” (參領; Canling), dan 4 jalan membentuk “Gusa” (蒙古; Menggu), dengan total 60 pasukan, atau ±18.000 orang. Ukuran sebenarnya sangat bervariasi dari standar ini.
Sejak daratan Tiongkok dibawa di bawah kekuasaan Dinasti Qing (1644-1912), tentara panji berkembang menjadi lebih profesional dan birokratis. Begitu Manchu mengambil alih pemerintahan, mereka tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan pasukan dengan bermodal membagi hasil barang2 rampasan.
Sebaliknya, sistem gaji dilembagakan, dan pangkat distandarisasi. Delapan Panji menjadi semacam kasta militer turun-temurun. Pasukan Panji mengambil posisi2 strategis, baik sebagai penjaga ibukota (Beijing), di mana sebagian dari mereka tinggal bersama keluarganya, atau di provinsi2 besar, dimana sekitar 18 garnisun didirikan.
Garnisun Panji terbesar berada di Beijing, diikuti Xi’an dan Hangzhou. Garnisun yang cukup besar juga ditempatkan di wilayah Manchuria dan di titik2 strategis di sepanjang Tembok Besar, Sungai Yangtze, dan Kanal Besar.