Tahun Baru Imlek (Sincia) identik dengan adanya pemasangan lampion2 berwarna merah, yang di pasang di berbagai tempat umum, seperti kelenteng, mall, taman, termasuk di rumah2 masyarakat etnis Tionghoa.

Lampion2 ini biasanya dipasang 2 minggu s/d 1 bulan menjelang Tahun Baru Imlek, hingga beberapa hari setelah Cap Go Meh (kuncian dari rangkaian festival Imlek).

Bagi sebagian orang, lampion dimaknai sebagai simbol “status sosial”. Semakin mewah dan bagus lampion yang mereka miliki, menandakan semakin tingginya golongan mereka berasal (kalangan atas).

Sejarah dan Makna dari Lampion Imlek

Lampion Imlek yang berwarna merah

Baca juga : 8 Cara Menghasilkan Uang dari Festival Tahun Baru Imlek

Bagi masyarakat Tiongkok, lampion memiliki cerita dan makna tersendiri. Lampion sudah ada sejak jaman Dinasti Han (25-220 M). Orang2 dari Dinasti Han awalnya membuat struktur lampion dari kayu, bambu, atau jerami gandum.

Mereka kemudian meletakkan lilin di tengahnya, dan merentangkan sutra atau kertas di atasnya agar nyala api tidak tertiup angin. Pada jaman itu, lampion digunakan untuk melapisi lampu sebagai alat penerangan.

15 hari setelah Imlek, masyarakat Tiongkok jaman dulu memasang lampion sebagai penanda bulan purnama yang pertama di tahun yang baru.

Lambat laun, penggunaan lampion semakin masif di kalangan masyarakat. Inilah yang menjadi asal mula festival Lampion, a.k.a Cap Go Meh yang diselenggarakan hingga sekarang.

Pada saat Dinasti Tang (618-907 M), lampion digunakan untuk keperluan yang lebih modern. Lampion kertas mulai digunakan orang2 untuk perayaan2 yang sifatnya lebih luas. Contohnya, sebagai bentuk syukur atas kehidupan yang damai.

Lantas apa Makna dari Lampion Tersebut?

Dalam kebudayaan Tiongkok, lampion menggunakan warna merah, sebagai makna pengharapan di tahun yang baru akan diwarnai dengan kebahagiaan, keberuntungan, dan rezeki.

Sementara lampion putih menandakan adanya perkabungan dalam rumah!

Legenda menceritakan bahkan lampion merah dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat, yang disimbolkan dengan binatang buas bernama Nian. Makhluk ini divisualkan seperti seekor banteng jantan berkepala singa.

Konon katanya, Nian meneror penduduk dengan memakan hewan ternak, tanaman, hingga anak2.

Nian takut akan 3 hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah. Karena itulah, untuk menangkal keberadaan makhluk tersebut, masyarakat menggunakan berbagai hal yang berwarna merah, termasuk lampion.

Memasang lampion di depan rumah dipercaya dapat menangkal hawa jahat yang datang, dan melindungi penghuni rumahnya.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?