Last Updated on 28 December 2023 by Herman Tan Manado
Pada masa Tiongkok kuno, ketika seseorang meninggal di usia muda dan belum menikah, maka Pernikahan Hantu akan digelar. Tradisi ini diperkirakan berawal sejak Dinasti Qin (221-206 SM).
Lantas apa tujuan dari pernikahan hantu yang umum dilakukan di masa Kekaisaran Tiongkok ini?
Meski tradisi pernikahan hantu diperkirakan dilakukan sejak jaman Dinasti Qin, namun catatan awal paling komprehensif tentang praktik ini berasal dari Dinasti Han (206 SM-220 M).
Tujuan tradisi ini adalah untuk memastikan pria atau wanita yang meninggal di usia muda dan belum menikah, dapat melanjutkan perjalanan ke akhirat bersama pasangannya. Sehingga, mendiang bisa menjaga nama keluarga mereka yang masih hidup.
Tradisi ini juga menjamin nasib mendiang di dunia selanjutnya. Pernikahan hantu juga dipercaya membuat orang yang sudah meninggal bahagia dan beruntung di alam baka.
Di jaman Tiongkok kuno, ketika seseorang meninggal di usia muda dan belum menikah, maka pernikahan hantu akan digelar. Tradisi kuno itu masih dilakukan hingga kini oleh sebagian masyarakat Tiongkok.
Model pernikahan hantu yang paling umum adalah menikahkan pria dan wanita yang sama2 sudah meninggal. Tidak peduli apakah mereka sudah bertunangan atau belum ketika masih hidup.
Namun, ritual tersebut lebih dari sekadar memastikan pasangan bagi pria dan wanita yang meninggal. Menurut legenda, jika seseorang yang belum menikah meninggal dan tidak diberi upacara pernikahan hantu yang layak, dia akan menghantui rumah keluarga.
Jadi, pernikahan itu bukan semata2 untuk perjalanan mendiang di akhirat, tapi juga bagi kedamaian keluarganya yang masih hidup.
Pernikahan dengan salah satu pasangan yang masih hidup
Namun pernikahan antara 2 orang yang sudah meninggal bukanlah satu2 nya jenis pernikahan hantu.
Jenis yang lain adalah di mana salah satu pasangannya masih hidup. Di Tiongkok kuno, jika pasangan laki-laki meninggal muda, tunangannya dapat memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan. Orang lain akan menggantikan posisi mendiang selama upacara.
Meskipun pria telah meninggal, si wanita akan diberi rumah dan perlindungan oleh keluarga si pria. Jadi si wanita tidak akan menghadapi risiko untuk tidak pernah menikah (menjadi perawan tua). karena biasanya dipandang rendah dalam budaya Tiongkok kuno.
Hal ini berbeda dengan pria, yang biasanya mendapatkan kebebasan lebih luas dalam hidup.
Namun jika si wanita meninggal muda dan belum menikah, dia biasanya tidak mendapat pemakaman yang layak maupun papan arwah. Pasalnya, itu adalah tanggung jawab keluarga suami, dan bukan menjadi tanggung jawab keluarga kandungnya.
Seorang pria yang masih hidup juga bisa menjalani pernikahan hantu, jika mempelai wanitanya meninggal sebelum waktunya.
Hanya ditemukan bukti pernikahan hantu antara pria yang masih hidup dan mempelai wanita yang telah meninggal. Itu karena pria mendapatkan perlindungan dalam kematian serta kebebasan yang lebih luas dalam hidup. “Terlepas dari apakah dia lajang atau menikah,”
Pernikahan hantu sebagai bentuk pengabdian
Konsep pernikahan hantu tampak seperti tradisi yang aneh bagi mereka yang pertama kali mendengarnya. Karena hal ini menunjukkan pengabdian pasangan.
Pernikahan seperti ini masih dilakukan di Tiongkok modern. Bahkan cukup banyak ditemukan kasus penggalian makam wanita dan jasadnya dijual untuk menjadi pengantin hantu dalam bentuk perdagangan ilegal.
Misalnya, media Firstpost melaporkan, bahwa ditemukan setidaknya 3 lusin pencurian mayat wanita selang tahun 2013 s/d 2016 di Hongkong. Diyakini bahwa mayat2 itu diambil sebagai pengantin untuk pria yang sudah meninggal.
Dalam ritual pernikahan hantu di jaman modern, kerangka jasad wanita yang diperkuat dengan kawat besi. Lalu bersama pasangannya mengenakan pakaian pernikahan khusus sebelum dikuburkan bersama dalam satu kuburan sebagai pengantin hantu.
Meskipun pemerintah Tiongkok telah melarang praktik tersebut sejak tahun 1950-an, namun masyarakat yang tinggal terutama di propinsi Shanxi, Henan, dan Shaanxi, masih melanjutkan ritual tersebut secara sembunyi2. Bahkan baru2 ini juga ditemukan praktik serupa di wilayah Melaka, Malaysia.
Di tahun 2000-an, jasad pengantin hantu umumnya diganti dengan patung atau boneka yang terbuat dari kertas. Tetapi kepercayaan bahwa patung pengantin wanita tidak akan cukup untuk menangkal nasib buruk. Sehingga orang masih berusaha mencuri mayat wanita dan menjualnya kepada keluarga pria yang meninggal.
Mayat2 wanita dijual dengan harga tinggi. Misalnya, ada berita dimana keluarga si pria berani membayar 180.000 yuan (±390 juta rupiah) untuk mayat mempelai wanita, bagi putra bujangan mereka yang telah meninggal. Bahkan ada bisnis perjodohan khusus, yang akan menjodohkan antara bujangan dan perawan tua yang sudah meninggal.
Mungkin tampak mengerikan, namun sebagian orang masih melakukan tradisi yang berusia 3.000 tahun hingga kini.