Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Kelenteng2 biasanya akan memperingati hari kebesaran Dewa-Dewi dengan melakukan sembahyang (ritual) bersama umat. Dalam acara tersebut terdapat macam-macam persembahan yang diletakkan di depan altar Dewa-Dewi. Persembahan ini juga memiliki makna yang terkandung di dalamnya.

Berikut beberapa jenis persembahan yang digunakan dalam kelenteng, khususnya pada saat sedang acara memperingati hari kebesaran Dewa-Dewi :

1. Dupa

Dupa atau Hio adalah sebuah bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap/harum. Jumlah dupa yang dipakai biasanya 1 (lambang selamat jaya) atau 3 batang yang menyimbolkan Thian (langit), Ti (Bumi), dam Ren (Manusia).

Jenis dan ukuran dupa juga beragam, ada yang berbentuk gagang, mulai dari ukuran kecil sampai besar, dan ada juga yang berbentuk spiral – melingkar seperti obat nyamuk.

Pada kelenteng-kelenteng biasanya menggunakan dupa bergagang merah dengan garu merah/kuning. Adapun dupa bergagang hijau dengan garu kuning biasanya untuk sembahyang jenazah.

2. Kue dan manisan

Jenis kue yang disajikan umumnya adalah kue Lapis (yang memiliki arti/harapan agar bisa mendapatkan rezeki yang berlapis-lapis), kue mangkok (yang memiliki arti/harapan agar semoga kehidupan kita bisa berkembang seperti bunga yang mekar), dan kue ku’ (yang memiliki bentuk seperti cangkang kura-kura perlambang umur panjang).

Sering juga ditambahkan/diganti dengan kue-kue yang lain (tidak mutlak). Selain kue, ada juga aneka manisan/gula-gula, yang kadang tinggal disesuaikan saja dengan yang ada.

3. Buah-buahan

Umumnya menggunakan 5 macam buah sebagai lambang dari U Fuk (五福; 5 rejeki yang diidamkan umat manusia, yakni : Fu, Lu, Shou, Cai, Ting (福禄寿财厅). Jenis buah yang digunakan bisa beraneka ragam seperti apel, jeruk, anggur, pir, pisang, nenas, mangga, ketimun, dsb.

Kadang tinggal menyesuaikan saja dengan yang ada disekitar (termasuk buah lokal). Yang tidak boleh adalah menggunakan buah yang berduri, dengan harapan agar hidup ini dapat berjalan dengan mulus dan lancar.

4. Bunga dan lilin

Bunga adalah simbol dari ketidak-kekalan. Bunga segar yang diletakkan di altar setelah berganti waktu dan hari akan menjadi layu. Begitu pula dengan badan jasmani kita, suatu waktu kelak pasti akan menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Sementara lilin melambangkan simbol dari cahaya atau penerangan jalan.

Api dari lilin juga berarti semangat hidup, dimana dalam kehidupan setiap orang harus memiliki semangat dalam belajar dan bekerja.

5. Teh

Umumnya menggunakan 5 cangkir teh sebagai lambang dari U Fuk (Lima kebahagiaan). Tetapi sebagian kelenteng menggunakan 3 cangkir teh ditambah dengan 3 cangkir ciu (sejenis arak, minuman khas Tiongkok, kadang diganti dengan arak lokal) sebagai perlambang keseimbangan antara Yin dan Yang (segala sesuatu di dunia ini saling berpasangan).

Catatan :

Sebagian kelenteng masih memasukkan unsur makanan (cai) dan samseng, yang menyimbolkan ucapan syukur pada 3 alam, yakni alam Langit (diwakili dengan hewan unggas seperti ayam, bebek), alam Bumi (diwakili dengan hewan berkaki empat seperti babi, kambing), dan alam Air (diwakili dengan hewan air seperti ikan).

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

2 thoughts on “Macam-Macam Persembahan Dalam Kelenteng”
  1. Namo Buddhaya. Sy Halim, sy ingin tanya untuk teh altar sebaiknya di ganti berapa hari sekali? Krn kadang sibuk kerja, pulang sudah capek. Jd tidak bisa ganti teh setiap hari

    1. Kalau saya pribadi, hanya menyajikan teh pada saat sembahyang Ceit dan Capgo.
      Selesai sembahyang, langsung diangkat, tanpa perlu dibiarkan berlama2 diatas altar.
      Untuk apa biarkan berlama2? Apakah nunggu sampai diminum Dewa atau Buddha? 🙂

      Demikian info

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?