Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Pernikahan tradisional etnis Tionghoa atau biasa disebut Chio Tau (Chio Tao) adalah prosesi upacara yang sangat kental dengan unsur budaya. Secara harfiah, Chio Tau berarti ‘menata kepala‘ atau ‘menata rambut‘. Masyarakat Tionghoa yang belum melakukan Chio Tau berarti belum sah secara tradisi.
Tradisi sekali seumur hidup Chio Tau bukanlah sembarang upacara bagi warga Tionghoa. Tradisi ini merupakan titik balik dari dunia remaja dan dunia dewasa di hadapan Tuhan.
Prosesi pernikahan Tionghoa ini umumnya memang tak lagi dilakukan oleh pasangan pengantin modern. Yang masih memelihara tradisi tata cara pernikahan Chio Tau ini adalah peranakan Tionghoa di daerah Tangerang, Bekasi, Singkawang; terutama di kalangan komunitas peranakan Tionghoa yang tua.
Bahkan di daratan Tiongkok, upacara tradisional ini hampir punah akibat modernisasi, pergeseran budaya, keterbatasan biaya dan lingkungan.
Di Indonesia, Chio Tau juga merupakan seni dan budaya hasil asimilasi etnis Tionghoa di negeri ini. Chio Tau biasa dilaksanakan dengan berbagai ritual dan busana pengantin tradisional khas etnis Tionghoa, yang disebut Hwa Kun.
Busana tradisional pengantin ini memiliki ciri khas berupa penggunaan riasan kepala dengan belasan tusuk konde, penggunaan cadar, serta kain merah bermotif dengan sulaman emas untuk pengantin perempuan.
Bagian unik lainnya dari ritual pernikahan ini terdapat pada pemakaian busana pernikahan tersebut. Mempelai wanita akan dibantu seorang juru rias (atau pembantu juru rias) yang mempersiapkan segala sesuatunya hingga seluruh rangkaian acara selesai.
Upacara dimulai dengan kedua orang tua perempuan yang dipimpin seorang juru rias, bersembahyang di depan meja Sam Kai (altar) untuk memohon restu dari Sang Pencipta.
Setelah itu sembahyang dilanjutkan di dalam rumah, tepatnya di depan meja leluhur. Setelah selesai, barulah cadar dipasangkan kepada mempelai wanita sebelum ia dijemput mempelai pria dan keluarganya.
Persiapan Mempelai Pengantin :
Mempelai Pria : Orang tua memakaikan baju pengantin pria; kemudian keluarga melakukan doa sembahyang bersama.
Mempelai Wanita : Orang tua memakaikan baju pengantin, menyisir rambut pengantin wanita. Rambut pengantin disisir sebanyak tiga kali dengan ditarik lurus. Lalu adik paling kecil dari mempelai wanita menyisir dengan harapan panjang jodoh, panjang umur, dan panjang rejeki. Kemudian keluarga melakukan doa sembahyang bersama. Selanjutnya orang tua menutup cadar mempelai wanita.
Perarakan Pengantin Pria
Keluarga pengantin pria berjalan ke rumah pengantin wanita. Pengantin pria diiringi tandu pengantin wanita, kotak persembahan, musik, dan barongsai.
Pengantin Pria Menjemput Pengantin Wanita
Adik pengantin wanita menjemput rombongan pengantin pria di depan rumah sambil membawa teh. Kemudian keluarga pengantin wanita mengantar pengantin wanita masuk ke tandu.
Per-arakan Pengantin Wanita
Pengantin wanita diarak dengan tandu. Orang tua memecahkan tempayan air. Artinya mereka tidak mau mencampuri urusan keluarga baru. Pengantin wanita melempar kipas keluar tandu. Artinya dia meninggalkan sifat buruknya.
Prosesi Melangkahi Api
Pengantin pria menuntun pengantin wanita keluar tandu. Pengantin wanita berjalan melangkahi bara api yang menyala. Artinya pengantin wanita membersihkan diri sebelum memasuki keluarga baru.
Penghormatan Kepada Tuhan di meja Sam Kai
Pengantin pria dan pengantin wanita memberi hormat ke langit dan memohon berkat kepada Tuhan. Di awal upacara, orangtua mempelai memasang lilin di meja Sam Kai. Dilanjutkan dengan memasang dupa (hio) oleh orang tua agar upacara berkalan lancar. Pengantin juga ikut memasang hio di meja Sam Kai.
Penghormatan Kepada Orang Tua
Pengantin pria dan wanita memberi hormat dan memohon berkat kepada orang tua pengantin pria dan wanita.
Penghormatan Pengantin
Pengantin pria dan wanita saling berhadapan dan memberi hormat. Pengantin pria membungkuk tiga kali menghormati mempelai wanita. Hal ini melambangkan niat baik dan penghormatan bagi teman hidup.
Pembukaan Cadar
Pengantin pria membuka cadar pengantin wanita dengan menggunakan tongkat atau kipas. Selanjutnya pengantin pria lalu melepas oto yang dipasang di pengantin perempuan, sementara pengantin perempuan membuka satu kancing baju pengantin lelaki. Hal ini sebagai lambang dimulainya kehidupan rumah tangga.
Upacara Minum Teh (Teh Pai)
Pengantin pria dan wanita memberi penghormatan teh dengan cara menyuguhkan teh kepada orang tua dan keluarga dekat; yang dibalas dengan pemberian angpao sebagai bekal hidup. Dengan ini, penikahan Chio Tau telah sah dilakukan.
Prosesi Minum Arak
Pengantin pria dan wanita saling berhadapan dan meminum minuman arak.
Catatan Penulis :
1. Beberapa bagian Prosesi Pernikahan Adat Tionghoa (mengacu pada pernikahan tradisional Tiongkok) pada artikel diatas agak berbeda dengan Prosesi Pernikahan Chio Tau; yang menurut penulis telah terjadi proses Asimilasi dengan kebudayaan lokal (pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli, sehingga membentuk kebudayaan baru).
2. Studi lebih lanjut mengenai pernikahan adat Tionghoa ini diperlukan untuk mendapatkan informasi lebih jelas; termasuk bagaimana bentuk Asimilasi pada Pernikahan Chio Tau lebih lanjut.
3. Seluruh prosesi pernikahan diatas mengacu pada pernikahan tradisional Tiongkok; dimana beberapa memiliki kesamaan dengan pernikahan Chio Tau (hasil asimilasi).
Artikel dirangkum dari : Singkawang.info, Aspertina.org