Last Updated on 4 March 2022 by Herman Tan Manado
Fu De Zheng Shen (Hanzi : 福德正神; Hokkian : Hok Tek Cin Sin) adalah Dewa Bumi atas kemakmuran dan jasa; merupakan salah satu Dewa dalam agama Tao yang oleh sebagian orang sering dianggap sama, atau merupakan nama resmi dari Dewa Bumi (土地公; Tu Di Gong).
Fu De Zheng Shen ini memiliki wewenang dalam mengatur rejeki pada manusia, sehingga biasa dipuja oleh orang yang mengharapkan rejeki yang lancar dan usaha yang maju. Karena itu, klenteng2 yang khusus memuja-Nya sering dibangun dekat dengan pasar/kawasan pertokoan pecinan.
Hari kebesaran Fu De Zheng Shen diperingati setiap tanggal 2 bulan 2 Imlek.
A. Asal Usul Dewa Fu De Zheng Shen
Sebuah cerita mengatakan bahwa Fu De Zheng Shen sesungguhnya adalah seseorang yang pernah hidup pada zaman Dinasti Zhou, pada masa pemerintahan Kaisar Zhou Wu Wang, bernama Zhang Fu De. Beliau lahir pada tahun 1134 M, pada tahun ke-2 pemerintahan Zhou Wu Wang, tanggal ke-2 bulan ke-2 Imlek.
Sejak kecil, Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia. Saat berumur 7 tahun, Beliau telah belajar ilmu sastra Tionghoa kuno, lincah, pintar, taat perintah orang tua, jujur, senang menolong fakir miskin, dan supel dalam pergaulan.
Saat berusia 36 tahun, Beliau memangku jabatan sebagai pejabat perpajakan kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya, Beliau selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat. Beliau selalu menolong yang miskin tanpa pernah absen; karena itu rakyat sangat mencintainya.
Beliau meninggal pada usia 102 tahun pada tahun 1236 M, pada generasi kedua kekaisaran Dinasti Zhou. Setelah tiga hari meninggal, wajahnya sama sekali tidak berubah sehingga masyarakat yang melayat menjadi terkejut. Para penduduk tidak pernah melupakan semua perbuatan baik yang telah Beliau lakukan.
Jabatannya digantikan oleh seseorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus serta kejam. Dalam menarik pajak, ia tidak mengenal kasihan sehingga masyarakat sangat menderita.
Akhirnya karena penderitaan hidup yang tak tertahankan, penduduk banyak yang pergi meninggalkan kampung halamannya sehingga sawah ladang banyak terbengkalai.
Mereka berharap mendapatkan pemimpin yang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah meninggal. Sebab itulah mereka kemudian memuja Zhang Fu De sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.
Ada sebuah keluarga miskin yang mengenang kebaikan Zhang Fu De dan mengharapkan Beliau kembali untuk memimpin desa mereka.
Mereka mengambil 4 buah batu bata untuk membuat sebuah kuil kecil untuk Nya; 3 bata untuk tembok dan yang 1 untuk atap, memberi tulisan Fu De zheng Shen di dalamnya, dan meletakkan sebuah tempayan kecil yang pecah untuk tempat memasang hio.
Setiap hari mereka berdoa di sana. Wei Chao yang mengetahui hal tersebut tertawa dan mengejek mereka, tetapi keluarga tersebut berkata, “Ada uang, tinggal di gedung besar; tidak punya uang tidak punya rumah, tinggal di tempayan pecah.”
Ternyata keluarga tersebut kehidupannya perlahan berubah membaik dan menjadi kaya. Penduduk sekitar pun mulai percaya terhadap Zhang Fu De, dan kemudian mulai membangun sebuah kuil untuk memuja Nya.
Konon menurut legenda, karena kebaikan dan kemurahan hati Zhang Fu De, membuat haru sang Dewi Thian Shang Seng Mu (Makco), sehingga menyuruh Ba Xian (8 Dewa) untuk menjemput Zhang Fu De ke kahyangan untuk menjabat menjadi Dewa Tu Di Gong.
B. Pemujaan Terhadap Dewa Fu De Zheng Shen (福德正神)
Dewa Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan seringkali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak klenteng yang bisa membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan Tu Di Gong.
Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar Dewa-Dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai), dan biasanya ditempatkan di bawah meja altar Dewa yang lain.
C. Siapa Itu Dewa Bumi; a.k.a Tu Di Gong (土地公)?
Tu Di Gong (土地公), Tudigong, atau Tu Di Shen (土地神), atau di Indonesia disebut pula Tho Ti Kong (To Ti Kong), adalah Dewa Bumi atau Dewa Tanah yang menguasai tanah lokal, seperti sebuah area tanah tempat suatu bangunan didirikan. Masing2 wilayah memiliki Tu Di Gong yang berbeda pula.
Konon Mereka adalah kelompok Dewa yang berkedudukan paling rendah dalam ‘Tata Birokrasi Surga‘ , serta yang paling dekat dengan umat manusia.
Tu Di Gong juga sering divisualisasikan (dalam bentuk patung atau lukisan) bersama dengan seorang nenek, yang disebut Tu Di Poo (土地婆).
Karena berhubungan dengan tanah (termasuk tanah pemakaman), altar untuk Tu Di Gong selalu diletakkan sejajar dengan lantai atau tanah. Pada makam2 Tionghoa, biasanya terdapat sebuah bangunan kecil di sampingnya (sebelah kiri dari makam) yang digunakan untuk memuja Tu Di Gong.
Pada masa lalu, hanya para pejabat pemerintah yang diperbolehkan untuk membangun kuil pemujaan kepada tatanan para Dewata. Sementara masyarakat awam tidak diperbolehkan untuk berdoa di sana.
Namun masyarakat menemukan cara untuk bersembahyang kepada Tu Di Gong. Masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani miskin itu membuat papan dari tanah liat, kemudian meletakkan di tanah sebagai media untuk bersembahyang.
Inilah asal usul mengenai kenapa altar untuk Tu Di Gong diletakkan di atas tanah; sementara altar untuk Fu De Zheng Shen diletakkan di atas meja altar.
D. Kesimpulan
Jadi, Dewa Fu De Zheng Shen (福德正神; Hok Tek Cin Sin) ternyata BERBEDA, atau TIDAK SAMA dengan Tu Di Gong (土地公; Tho Ti Kong) alias Dewa Bumi. Karena Dewa Fu De Zheng Shen bertindak sebagai pimpinannya (hanya satu), sementara Tu Di Gong adalah sebagai penguasa lokal suatu wilayah (ada banyak).
Tu Di Gong ini hampir sama dengan Shan Shen (山神), alias Dewa Gunung, yang menguasai suatu wilayah gunung/pegunungan, dimana jumlahnya ada banyak.
Baca juga : Dewa Tua Pek Kong, Toapekong (Da Bo Gong; 大伯公)