Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Mengagumi kehebatan seni beladiri Tai Chi, Mendengar perguruan Bu Tong Pay, Melihat keindahan pegunungan Wu Dang (武當山), Maka kita akan membicarakan pendekar Zhang San Feng  (Hanzi : 張三丰; Hokkian : Thio Sam Hong) yang juga dikenal sebagai sosok “immortal Taoist”.

Sejarah tidak banyak mencatat biographi Thio Sam Hong, sangat sedikit sekali info yang didapatkan, oleh karena itu sosok pendekar Taoist ini adalah sangat  misterius.

Hanya YANG LEMAH LEMBUT, YANG TIDAK MEMAKSA dan YANG MERENDAH, yang sesuai dengan hukum Alam sehingga bisa bertahan dan mengalahkan yang lain – DAO DE JING Bab 68 (Lao Zi)

Zang San Feng Thio Sam Hong 10
Picture : Lost T’ai-chi Classics from the Late Ch’ing Dynasty. By Douglas Wile

Profil Zhang Sanfeng

Nama : Zhang Sanfeng (Hanzi : 張三丰; Pinyin : Zhāng sān fēng), Zhang Junbao atau Thio Sam Hong (Hokkian).

Perkiraan masa hidup (terdapat dua versi) : Antara tahun 960-1279 M (300 tahun) atau antara tahun 1247-1447 M (200 tahun). Dipercaya hidup pada tiga dinasti sekaligus, yaitu : Dinasti Song (960-1279), Dinasti Yuan (Mongol; 1271-1368 M), dan Dinasti Ming (1368-1644 M).

Lahir Liaodong (secara geografis terletak di sebelah selatan provinsi Liaoning, di antara laut Bohai dan teluk Korea.) pada akhir Dinasti Yuan¹. Keluarganya tinggal di Bukit Longhu, Provinsi Jiangxi.

Kepercayaan : Beliau merupakan seorang penganut ajaran Taoism, pendiri perguruan Bu Tong Pay (Hanzi : 武當派; pinyin : Wǔdāng pài), dan pencipta ilmu beladiri Tai Chi.

Kisah masa kecil : Kakeknya merupakan seorang ahli peramalan dengan berdasarkan pada formasi dan letak bintang. Pada usia 5 tahun, Sanfeng menderita berbagai penyakit yang menyebabkannya kehilangan penglihatan. Sang kakek kemudian membawa Sanfeng kecil untuk berobat kepada seorang Taose.

Dalam waktu seminggu, Sanfeng sembuh. Taose  yang mengobati Sanfeng sangat menyukainya sehingga mengangkatnya sebagai murid kemudian dia diajari menulis dan beladiri.

Zang San Feng Thio Sam Hong 8
A statue of Zhang Sanfeng in Wuhan, Hubei province. Source : Want China Times

B. Karakter dan Visualisasi Zhang Sanfeng

Umumnya Beliau digambarkan sebagai seorang yang berwatak bijak, rendah hati dan sabar, dengan image berilmu tinggi yang sulit diukur, membuat orang merasakan sangat akrab dan respek.

Perawakan Zhang Sanfeng di dalam sejarah dilukiskan sebagai berikut : tinggi besar, punggung bagaikan burung bangau dengan bentuk lengkung mirip cangkang kura-kura, telinga besar, mata berseri, jenggot bagaikan kipas.

Sedangkan penuturan di dalam cersil (cerita silat) tidaklah jauh berbeda, yaitu : berwajah dan berperawakan unik, kening lancip, leher halus, berdada bidang, berkaki panjang, mata bulat dan telinga lebar.

Kisah kehidupan Zhang Shanfeng (di Indonesia, di kalangan penggemar cersil), bak naga sakti yang hanya “nampak kepala tapi tak nampak ekornya”. Di dalam hati generasi setelahnya, kemisteriusannya semakin lama dirasakan semakin sulit ditebak. Oleh karena itu kisah mengenai Zhang Sanfeng juga sangat banyak dan cenderung bersifat fiktif.

Pada akhirnya, kapan Beliau meninggal juga tidak diketahui.

Zang San Feng Thio Sam Hong 4
Picture : Screenshot from Secret China

1. Dongeng (Karya Imajinasi)

Sekarang ini banyak kisah yang beredar bahwa Thio Sam Hong semasa kecilnya pernah mengabdi sebagai biksu cilik di kuil Shaolin yang kemudian melarikan diri dari kuil tersebut dan beralih berkultivasi aliran Tao, namun terhadap hal ini di dalam materi-materi sejarah nyaris tidak tercatat, semestinya itu hanyalah imajinasi pengarang buku (cersil).

Mengenai keadaan masa muda Thio Sam Hong, data yang akurat saat ini sudah sangat jarang. Seperti cerita pada serial TV semacam “Semasa Kecil Thio Sam Hong” murni hanya khayalan dan rekayasa.

Data sejarah yang agak serius dan ortodoks, tentu saja adalah “Sejarah dinasti Ming – Biografi Thio Sam Hong”. Namun di dalam buku tersebut juga hanya dikatakan ia adalah orang Yu Zhou – propinsi Liao Dong, kehidupan sewaktu masih muda tak disinggung sama sekali, hanya dikatakan tentang sepak terjangnya setelah menjadi terkenal.

Zang San Feng Thio Sam Hong 9
Picture : Representación pictórica de Zhāng Sānfēng

2. Sejarah SepakTerjang si “Pertapa Tao yang Lusuh”

Di dalam kitab itu dikatakan bahwa Thio Sam Hong tak peduli iklim sedang panas atau dingin, ia selalu hanya mengenakan satu stel pakaian tambal sulam untuk menangkal angin dan hawa dingin, ditambah jubah butut untuk berlindung terhadap hujan dan salju.

Thio Sam Hong tidak terlalu memperhatikan penampilan, juga tidak menjaga kebersihan, seringkali ia berpakaian kedodoran, maka dari itu orang-orang terbiasa memanggilnya “Zhang Lusuh” ataupun memanggilnya “Si pertapa Tao yang lusuh”.

Selera makan nasi Thio Sam Hong besarnya tidak semestinya, sekali makan dapat menghabiskan 1 bakul, tetapi terkadang ia juga berhari-hari baru makan 1 porsi, bahkan bisa beberapa bulan tidak makan.

Hobinya yang lain ialah suka berkelana sebagai Taoist dan pengemis pergi ke empat penjuru, seringkali tanpa tempat tinggal tetap, kalau hati sedang riang menjelajahi pegunungan,  dikala lelah berselimut awan dan beralas salju. Terkadang di pegunungan sunyi, terkadang bermain di kota yang ramai, menikmati hidup, seolah tiada orang di sampingnya.

Zang San Feng Thio Sam Hong 11
Picture : inner warrior, Tai Ji Quan

3. Kesaktian Zhang Sanfeng (Hokkian : Thio Sam Hong)

Konon ia dalam sehari bisa menempuh jarak ribuan Li (1 Li = ½ km).

Di dalam kitab kuno ada dicatat, Thio Sam Hong pernah menetap atau bertapa di atas gunung Tai Ping, karena karakter Thio Sam Hong yang supel dan rendah hati, ia bergaul cukup akrab dengan orang-orang sebayanya di desa sekitar.

Suatu hari, Thio Sam Hong hendak berpamitan, ia mengundang para tetua desa untuk makan bersama, akan tetapi Thio Sam Hong sudah lama tidak memasak, tak memiliki lagi biang api. Ia bilang hendak turun gunung mengambil kayu bakar sebentar, tak lama berselang ia sudah balik lagi, padahal naik-turun gunung membutuhkan 40 Li (± 20 km).

Selain itu ia juga telah membeli sedikit tahu sebagai sayurnya, kala itu belum ada kantong plastik, jadi tahu dibawa dengan papan.

Usai bersantap bersama, Thio Sam Hong berpesan kepada mereka, papan ini milik keluarga Wang di kota Tang Yi wilayah pintu barat, bantulah saya untuk kembalikan papan tahu ini.

Para tetua itu setelah berhasil menemukan tempat dimaksud dan menanyakan memang betul benda itu milik marga Wang, namun kota Tang Yi, berjarak 140 Li (± 70 km) dari gunung Tai Ping!

Zang San Feng Thio Sam Hong
Picture : PureInsight.org

4. Kehebatan Seni Bela diri Thio Sam Hong

Selain itu, kehebatan kungfu Thio Sam Hong juga terdapat catatan sejarahnya. Konon sesudah ia mendapatkan pencerahan di dalam seni beladiri Tai Chi, pernah seorang diri membunuh ratusan penjahat. Maka dengan keahliannya ini Thio Sam Hong menjadi tersohor di dunia.

Ini adalah satu-satunya catatan yang pernah terungkap di dalam kalangan jago beladiri aliran Tai Chi – Taoisme selama dalam sejarah.

Jikalau hal itu benar, ilmu beladiri Thio Sam Hong agaknya masih melebihi penuturan di dalam cersil, yaitu sekali pukul nyawa ratusan penjahat melayang dan tak kalah pamor bila dibandingkan dengan jurus-jurus lainnya, seperti 18 telapak tangan menundukkan naga, ilmu Vajra besar dan lain-lain.

wudang 7
Picture : World Nomads

5. Pegunungan Wu Dang

Sewaktu Thio Sam Hong berkultivasi Tao,  juga pernah mengincar tempat yang dinamakan gunung Wu Dang (di cersil terkenal dengan sebutan gunung Bu Tong). Sesudah Thio Sam Hong berkelana di seluruh gunung Wudang, ia mengatakan kepada seseorang : “Gunung ini suatu hari kelak pasti makmur”.

Tetapi Wudang San kala itu, tempat pertapaan Tao di atas gunung telah dibumi-hanguskan oleh api peperangan, benar-benar menjadi sebuah gunung belukar. Thio Sam Hong dan para muridnya membabat belukar, membenahi reruntuhan, mendirikan beberapa gubug untuk ditinggali.

Konon Thio Sam Hong sewaktu bertapa di gunung Wudang, sering duduk di bawah lima pohon tua, namun binatang buas tidak mengganggunya.

Ia mendaki gunung dengan langkah gesit bagaikan terbang, sewaktu musim dingin sering berbaring di atas salju, dengkurannya keras bagai guruh. Orang-orang merasa takjub, menganggapnya sebagai manusia unik.

6. Kisah Umur Panjangnya dan Catatan di Biara Jin Tai, Pegunungan Bao Ji

Beberapa waktu berselang, Thio Sam Hong tiba-tiba hengkang lagi, kemudian menetap cukup lama di kuil Jin Tai, Bao Ji, propinsi Shan Xi. Konon julukan Thio Sam Hong berasal dari 3 puncak (San Feng/Sam Hong; 三峰; berarti tiga kesuburan atau tiga puncak) yang indah di gunung Bao Ji.

Kini di kuil Jin Tai masih terdapat satu buah prasasti “Catatan tentang Thio Sam Hong”, didirikan oleh Zhang Yonghuan, seorang pejabat propinsi Shan Xi Dinasti Ming, di situ ditulis bahwa ayahnya bernama Zhang Chaoyong ketika berumur 13 tahun belajar di dalam kuil.

Thio Sam Hong yang baru tiba dari berkelana mengobrol dengan Zhang Chaoyong, yang mengatakan bahwa ayahnya Zhang Chaoyong  bernama Zhangwei, yang karena menghindari perang mengungsi ke Bao Ji.

Sesudah Thio Sam Hong mendengarnya, ia seperti terkesan dan berkata, ketika ia berkelana sebagai pendeta mengemis di kota Shi. Pernah mengenal leluhur Zhang Yong dan sering berhubungan dengan keluarganya, lalu bertanya, “Leluhur yang bernama Zhang Yi masih termasuk apanya?”

Zhang Chaoyong mengatakan, Zhang Yi adalah kakek saya.

Thio Sam Hong mengatakan : “wah, saya sewaktu mengenalnya ia masih seorang bocah.” Jadi urutannya dari yang termuda : 1. Zhang Yonghuan (anak) 2. Zhang Chaoyong (ayah) 3. Zhang Wei (kakek) 4. Zhang Yi (buyut). Thio Sam Hong mengenal orang ini yang masih bocah dulu.

Jadi terlihat usia Thio Sam Hong dibandingkan dengan kakek buyut pejabat Zhang ini masih lebih tua satu generasi. Jadi benar, usia panjang Thio Sam Hong sangat terkenal. Masa hidup Thio Sam Hong yang terlacak di catatan sejarah, berlangsung di atas 100 tahun.

Itulah mengapa ketika ia membahas level usianya dengan orang-orang, memang tak ada yang dapat menandinginya.

Zang San Feng Thio Sam Hong 14
Picture : Shuang Yan Guan Zhu

7. Bangkit Dari Dalam Peti Mati

Sewaktu Thio Sam Hong di Bao Ji, konon pernah “mati” satu kali.

Sesuai yang tercantum di dalam kitab kuno Sejarah Ming (明史; Míngshǐ) dan Catatan Wei Yi (微異錄; Wēi yì lù), bahwa pada suatu hari, ia mengatakan kepada Yang Guishan, salah seorang muridnya : “Umur saya sudah habis, saatnya untuk kembali ke langit”. Sambil meninggalkan pesan berupa syair lantas wafat.

Yang Guishan dan teman-teman seperguruan menempatkannya ke dalam peti mati dan tatkala hendak menguburnya, terdengar suara gerakan dari dalam peti, setelah peti dibuka, ternyata Thio Sam Hong dengan cengar-cengir merangkak keluar, hingga mengagetkan para pelayat, ada yang menangis, berteriak, ada yang melongo, pada mengira ada setan gentayangan.

Apakah Thio Sam Hong sedang bergurau dengan mereka, ataukah ia setelah meninggal ternyata masih ingin berbalik lagi ataukah hal ini hanya berupa cerita fiktif?

Ada yang menjelaskan, bahwa seorang Taoist yang berhasil mencapai tingkatan sangat tinggi, jiwanya dapat meninggalkan raga, seperti kisah Li Tie Guai  di dalam cerita “8 Dewa Menyeberangi Lautan/Ba Xian Guo Hai”.

8. Raja yang Kejam pun Segan

Sesudah bangkit dari kematian, Thio Sam Hong berkelana lagi ke propinsi Sichuan, diantaranya ia menemui Raja Xian dari Shu (蜀獻王; Shǔ xiàn wáng) yang merupakan anak ke-11 dari Zhu Yuanzhang (Pendiri dinasti Ming) yang bernama Zhu Zhuang.

Ia sangat menghormati dan mengagumi Thio Sam Hong dan pernah menulis sebuah syair yang dinamakan “Memberi Judul Portret Dewa Thio”.

Syair Zhu Zhuang meskipun tidak terlalu bagus, tetapi rasa hormatnya terhadap Thio Sam Hong adalah tulus. Konon ia pernah memperoleh wejangan dari Thio Sam Hong dan memperoleh pencerahan tentang makna sejati aliran Tao, kemudian ia terhindar dari bencana politik.

Zhu Yuanzhang pernah merasa sangat tertarik dengan Thio Sam Hong, menitahkan dia untuk segera menghadap.

Namun Thio Sam Hong dibandingkan dengan seluruh jajaran pimpinan keagamaan kala itu sangat jelas perbedaannya. Jika mereka mendengar titah kaisar, langsung dengan bersuka-ria menyongsongnya, dengan semangat dan bergairah.

Tetapi disinilah keunikan Thio Sam Hong. Meski kaisar telah mengeluarkan titah sebanyak 3 kali, ia tetap saja tidak pergi, petugas pengantar titah sama sekali tak dapat menemukannya.

Putra Zhu Yuanzhang, Zhu Bai (bergelar Raja Xiang) setelah mendengar ketenarannya, rela pergi ke gunung Wudang mencarinya; akan tetapi yang terlihat hanyalah gunung kosong melompong, rimba raya yang hijau dan jejak Thio Sam Hong tak dapat ditemukan.

Ketika Zhu Li (bergelar Raja Yan, saudara Zhu Bai) meneruskan tahta ayahnya, ia lebih tertarik lagi kepada Thio Sam Hong, dan kerap kali mengundang para murid Thio Sam Hong, serta menyuruh mereka untuk menemukan Gurunya. Selain itu, ia juga menulis sendiri sepucuk surat kepada Thio Sam Hong.

Sesuai yang tercatat di dalam sejarah, Zhu Li adalah seorang tiran yang sangat kejam. Namun di dalam surat yang ia kirim ternyata bernada sangat segan dan hormat, bahkan membahasakan dirinya sendiri “yang berbakat rendah”. Hal ini boleh dibilang sudah sangatlah menurunkan derajat sendiri dan memberi penghargaan yang luar biasa kepada Thio Sam Hong.

Akan tetapi, Thio Sam Hong tetap saja tidak mematuhi titah tersebut. Ia hanya menyumbang sebait syair yang disampaikan kepada kaisar melalui muridnya bernama Sun Biyun.

Zang San Feng Thio Sam Hong 7
Picture : wudangschool.com

9. Naga Sakti Kelihatan Kepala, Tapi Tak Nampak Ekornya

Perjalanan hidup Tio Sam Hong, bagaikan Naga sakti yang kelihatan kepala tapi tak nampak ekornya. Maka selain di hati Zhu Li, bahkan di dalam hati generasi selanjutnya sampai jaman ini, Thio Sam Hong yakni seorang legenda pendekar pencipta jurus Tai Chi dan seorang immortal Taoist; menjadikan sosok Pendekar yang rendah hati dan misterius.

Sumber literatur : Wikipedia, Dajiyuan/Whs, Era Baru News.

Catatan¹ : Penggambaran paling terkenal Zhang Sanfeng dalam fiksi mungkin dalam novel wuxia Jin Yong “The Heaven Sword and Dragon Saber”, yang terutama diatur dalam tahun-tahun terakhir dari era Dinasti Yuan.

By Tjan

Don't think only, but feel Him !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?