Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Ketika Thian menciptakan dunia dan akan menentukan umur mahkluk hidup, datanglah seekor Keledai dan bertanya,

Keledai : “Thian, berapa lama aku harus hidup?”
Thian : “30 tahun” jawab Thian, “Setuju?”

Keledai : “Wah Thian, itu umur kepanjangan! Pertimbangkanlah kehidupanku yang teramat susah payah, dari pagi sampai malam mengangkat barang bawaan berat, mengangkuti karung-karung beras ke penggilingan padi, sementara hadiahnya hanya pukulan dan tendangan! Tolonglah kurangi umur yang panjang itu.”

Maka berbelas kasihanlah Thian dan menghadiakan keledai umur 18 tahun. Dan pergilah Keledai dengan senang hati.

Setelah itu muncullah Anjing.

Thian : “Berapa lama kamu mau hidup?”, tanya Thian kepada Anjing, “untuk Keledai 30 tahun kebanyakan, tapi kamu mungkin tidak keberatan”.

Anjing : “Oh Thian, apakah itu keinginanmu? Pertimbangkanlah, berapa banyak aku harus berlari-larian, mana tahan tuh kaki ku? Lalu suara untuk menggongong akan hilang, dan kemudian gigi untuk menggigit pun menjadi ompong. Yang bisa aku lakukan hanyalah berlarian dari pojok ke pojok sambil mengereng-gereng!”.

Thian melihat bahwa anjing benar, maka dihadiahkanlah anjing umur sebanyak 12 tahun.

Kemudian datanglah Monyet.

Thian : “Kamu mungkin ingin hidup 30 tahun”, kata Thian kepada Monyet. “Kamu tidak usah kerja seperti keledai dan Anjing, kamu hanya akan bersenang senang saja”.

Monyet : “Wah Thian! Kelihatannya saja, sebenarnya bukan begitu. Bila ada hujan cendol aku tidak punya sendok. Aku harus melakukan hal-hal yang lucu, membuat mimik badut supaya orang-orang pada tertawa. Bila aku mendapat buah mangga dan buah tersebut kugigit, biasanya mangga asem. Betapa banyak kesedihan di belakang kesenangan tersebut, 30 tahun aku mana tahan!”.

Thian menjadi lunak dan berbelas kasihan, lalu menghadiahkan monyet umur sebanyak 10 tahun.

Akhirnya muncullah Manusia, riang gembira, sehat dan segar. Lalu memohon kepada Thian untuk ditentukan umur hidupnya.

Thian : “30 tahun kamu harus hidup!”Apakah itu cukup?”, tanya Thian kepada manusia.

Manusia : “Wah pendek amat tuh umur!”, teriak manusia. “Bila aku selesai membangun rumahku dan api pendiangan di dapurku mulai menyala, dan juga bila aku menanam pohon, kemudian pohon tersebut tumbuh dan berbuah, aku lagi senang2nya dalam merasakan kehidupan, lalu aku harus mati cepat!? Oh Thian, perpanjanglah umur hidupku!”.

Thian : “Akan Kutambahkan 18 tahun umur kehidupan keledai kepada umurmu”, kata Thian kepada manusia.

Manusia : “Itu tidak cukup!” jawab manusia.

Thian : “Kamu boleh juga mendapatkan 12 tahun umur kehidupan anjing”.

Manusia : “Masih juga kurang tuh!”. jawab manusia lagi.

Thian : “Hayo! Kalau begitu Aku akan berikan juga kepadamu 10 umur kehidupan monyet, lebih dari itu tidak ada”.

Maka pergilah manusia, walaupun hatinya merasa tidak puas.

Jadi, Manusia hidup 70 tahun; dimana 30 tahun pertama adalah umur kehidupan manusia yang berlalu dengan cepat. Dia sehat, riang gembira, bekerja dengan suka cita dan berpuas diri dengan keadaannya. Lalu menyusul 18 tahun umur kehidupan keledai, dipundaknya dibebankan kerjaan yang tidak ada habis habisnya.

Dia harus membanting tulang supaya yang lain bisa makan. Kemudian datanglah 12 tahun umur kehidupan anjing. Dia diam di pojokan, mengereng-gereng tapi tidak punya gigi untuk menggigit lagi. Dan bila waktu yang itu berlalu, datanglah 10 umur kehidupan monyet melengkapinya. Dia menjadi dungu dan tolol, mengerjakan hal-hal yang bersifat kekanak-kanakan.

Namun karena manusia jumlahnya terlalu banyak, sedangkan malaikat maut cuma satu, saking tak keburu nyabut nyawa manusia di umur 70 tahun, jadilah ada manusia yang dapat bonus umur lagi, bahkan ada yang lebih dari 100 tahun.

Diterjermahkan secara bebas oleh Aldi Surjana (Truly The; 2007) dari Die Lebenszeit, Gebruder Grimm.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?