Last Updated on 13 April 2017 by Herman Tan Manado
Kali ini saya akan membahas sebuah kejadian yang menyangkut dengan masak-masak di asrama. Gara-gara insiden itu, mau tidak mau saya harus percaya Asrama Dalun memang ada “itunya”.
Waktu itu hari terakhir ujian. Karena pada saat semester satu mata kuliahnya lumayan banyak, jadinya kami ujian terus sampai hari terakhir. Malam itu pun bersama anak-anak asrama yang lain kami memasak shabu-shabu. Dikarenakan besok siang asrama sudah akan ditutup, jadi yang tinggal di asrama tinggal tak seberapa.
Saya masih ingat waktu itu hujan gerimis, jadi rasanya dingin. Kalau sudah begini, sudah pasti saat yang tepat untuk makan shabu-shabu! Saya, sama teman-teman asrama dan si Ketua (si penanggung jawab lantai ini), sambil makan sambil ngobrol dan bercanda.
Karena baru saja selesai ujian, ditambah kondisi luar yang dingin, kami semakin ngobrol semakin berisik, sampai tiba-tiba kamar jadi gelap! Ternyata mati lampu lagi!
Salah satu teman saya langsung celetuk “Asrama sudah hampir gak ada orang, masih aja mati lampu!”. Saya tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Soalnya sekeliling saya terasa sunyi senyap.
Si Ketua, yang merasa tidak beres juga meminta kita jangan bersuara. Lalu di luar asrama juga anjing menggonggong terus. Dan belakangan, gonggongannya tiba-tiba berubah menjadi suara lolongan!
Karena kondisi di ruangan gelap gulita, salah satu teman pun beranjak ke meja belajarnya untuk coba ambil senter. Tiba-tiba di pintu (dia kebetulan duduk di dekat pintu), muncul sebuah bayangan hitam, dengan suara Shandong yang kental dia marah ke kami “Dasar anak-anak nakal! Udah dibilang berapa kali jangan masak di dalam kamar, masih juga masak!”
Teman yang hendak ambil senter itu pun membalas “Sudah mau selesai kok”
Bayangan hitam itupun menghilang. Anjing yang di luar pun sudah diam kembali. Lampu juga akhirnya menyala. Hanya saja saya melihat wajah Ketua menjadi pucat pasi.
Dia bilang dia tidak ingin makan lagi. Dia juga minta kita malam ini juga lebih baik pulang ke rumah masing-masing, jangan tinggal di asrama lagi. Soalnya, tadi yang berdiri di pintu itu bukanlah manusia…
Kata si Ketua, sebelum saya masuk ke Asrama Dalun, dulu ada seorang petugas yang tinggal di belakang asrama. Dia orang Shandong, postur tubuh kurus tinggi.
Dulu setiap kali ada yang curi-curi masak di asrama terus mati lampu, paman itu pasti akan marah habis-habisan. Suaranya biasanya sangat keras, sampai anak-anak di seluruh lantai pun bisa mendengarkannya.
Tapi dengar-dengar si paman itu akhirnya meninggal sewaktu pergi ke Tiongkok sana. Semenjak itu tidak pernah kelihatan lagi. Jadi, perlahan-lahan tradisi masak-masak pun tidak ada yang peduli lagi. Hanya saja, kata Paman Rongmin, kadang-kadang orangnya “kembali” ke kamar tempat dia tinggal dulu.
Kami bermain kartu sampai pagi, gak ada satupun yang berani tidur. Keesokan harinya semua pada langsung pulang ke rumah masing-masing.
Bersambung ke part 4