Last Updated on 1 September 2018 by Herman Tan Manado

Melanjutkan kisah tokoh utama kita Hong Haoyun yang belajar 6 tahun dan bekerja 6 tahun di Rumah Sakit Universitas Taiwan Nasional. Bagi yang belum membaca kisah-kisah sebelumnya bisa lihat cerita seramnya di sini.

Biaya rawat inap rumah sakit dihitung dari hari masuk, bukan hari keluar. Jadi misalnya kamu hari Senin masuk, dan hari Rabu keluar, dihitungnya dua hari. Kalau hari ini masuk, dan hari ini juga keluar, maka terhitung satu hari.

Hari berikutnya keluar juga terhitung 1 hari. Tapi kalau keluar hari berikutnya melewati jam 12 siang, masa dihitung 1 hari juga!? Kayaknya ada bug nih! Kalau kamu sengaja keluar rumah sakit jam 11 lewat 59 menit, berarti kamu pintar, soalnya hanya perlu bayar untuk satu hari.

Kamar yang tidak mau ditinggali si pasien

Pokoknya banyak pasien yang sengaja tinggal lebih lama sedikit, akibatnya pengaturan kamar inap betul-betul merepotkan. Bikin kesal saja! Tapi ini cerita hantu, jadi gua akan menceritakan pengalaman pribadi gua di tahun kedua sebagai dokter.

Jadi ada seorang ibu-ibu paruh baya yang melakukan check-up sendirian, orangnya ramah. Sehabis check-up sebetulnya sudah bisa langsung pulang, tapi dia memutuskan untuk menginap satu malam lagi.

Tak disangka, pada tengah malam jam 1 saya menerima panggilan telepon dari perawat kalau ada yang mau keluar dari rumah sakit, saat itu juga. Aneh, kalau mau siap-siap untuk keluar sih masih oke lah.

Tapi kalau tengah malam gini mau keluar, ini karena apa? Sambil menyeret badan gua yang capek ini ke meja administrasi, gua melihat si pasien ngotot pokoknya mau keluar dari rumah sakit ini! Saat itu juga!

Gua pun coba menjelaskan ke dia, kalau ini sudah lewat jam 12 tengah malam. Keluar sekarang pun gak akan menghemat satu hari loo. Dia gak peduli. Malah dia sudah telepon ke suaminya untuk menjemputnya sekarang. Baiklah, sebagai orang yang pernah dilatih R2, mengurus keluar rumah sakit merupakan hal sepele, sebentar saja sudah kelar.

Lalu gua melihat si tante ini berdiri di depan meja administrasi terus, jadi dengan niat baik gua tanya apa mau istirahat sebentar di kamarnya dulu? Dia ngotot tidak akan mau. Maaf, gara-gara kerja shift melelahkan, gua tidak begitu sensitif kalau sebenarnya ada masalah.

Akhirnya bill pun selesai diprint, tidak ada masalah berarti. Saya pun menemani dia menunggu kedatangan keluarganya di lobby. Setelah mengetahui seluruh proses pengeluaran rumah sakit sudah selesai, wajahnya baru lebih rileks. Dia pun dengan sedikit perasaan bersalah mulai menceritakan alasan dia…

Rupanya semenjak hari pertama dia menempati kamar 2 orang yang dekat dengan jendela, dia sudah diganggu “sesuatu”. Ada suara berat lelaki. Dan malam harinya terkadang terasa ada sekelabat bayangan hitam yang melayang masuk.

Dan malah sepertinya berdiri di samping tempat tidurnya! Namun malam itu, ada suaminya yang sedang menemani. Jadi bayangan hitam itu tidak terlalu lama di situ. Hari berikutnya ada anaknya yang jaga, bayangan hitam itupun tidak melakukan hal-hal lebih jauh. Tapi, malam ini tidak ada yang menjaganya.

Si tante sudah persiapkan jimat untuk menangkalnya, jadi ketika bayangan hitam itu masuk lagi, dia mengarahkan jimatnya ke arah itu.

Akhirnya bayangan tersebut sepertinya marah. Soalnya terdengar suara seperti meraung. Seharusnya sih tidak bahaya, tapi untuk perempuan paruh baya, hal seram seperti ini sudah sangat keterlaluan, jadi dia tidak bisa bertahan lagi…

“Dok, maaf banget yah. Saya tahu kamu baik, tapi kalau saya cerita seperti begini, kamu pasti tidak percaya”. (ノ‵□′)ノ~┴─┴ Sial!

Akhirnya keluarganya sampai. Setelah mereka menjemputnya, gua pun jalan kembali ke meja administrasi. Pas lewat kamar itu, gua baru teringat “Oh ya, si tante itu tergolong cepat masuk ke kamar 2 orang ini! Seharusnya dia masuk ke kamar 3 orang, tapi kebetulan pada hari itu, ada satu slot yang kosong di kamar 2 orang.

Padahal Begitu banyak orang ngantri kamar 2 orang ini, kenapa begitu ada orang baru, bisa langsung masuk yah?” Setelah dicek, ternyata pasien sebelumnya yang menempati tempat tidur itu adalah seorang pria. Dia kebetulan di-CPR di subuh. Dan di subuh juga dia dinyatakan meninggal …

Baiklah, ini kedengaran seperti cerita hantu picisan. Jadi gua akan ceritakan kisah pribadi gua… Bentar… bentar, bukannya Karakter Bazi kamu itu gak mungkin bisa membuat kamu melihat begituan? Yaahh… Guru Hu saja bisa bertemu dengan Li Yinxian. Gua sendiri juga bukannya sekuat sampai gimana, jadi kalau ketemu yang lebih kuat, pasti kelihatan juga kali 🙁

Pada saat jaga shift, gua selalu cari kamar 1 orang yang lowong. Soalnya tidur di situ paling enak, mana ada TV lagi di situ. Dulu masih berani tidur di atas kasurnya, sampai suatu ketika, pada saat jam 4 subuh gua terbangun, ternyata kaki tangan gua gak bisa digerakkan!

Gua tidurnya terlentang, kepala menghadap ke arah samping. Sebenarnya ini bukan posisi tidur gua biasanya, makanya gua baru bisa merasa gak nyaman dan terbangun. Karena baru terbangun, telinga saya tidak begitu jelas mendengarkan, tapi pokoknya ada suara yang aneh, sepertinya ada orang yang sedang memarahi saya.

Intinya sih mengganggu banget, jadi akhirnya dengan sisa tenaga gua menjawab “Gua… lagi jaga shift…. masih harus… cek pasien lagi…” Tiba-tiba akhirnya terasa plong, gua segera coba kibas-kibas tangan dan kaki. Semenjak itu saya akhirnya tidur di sofa…

Contoh bentuk kertas jimat

Kurang yakin Guru Hu dan Lin Yinxian ini merujuk ke siapa. Yang pastinya sepertinya berkaitan dengan Yin Yang kembali. Jadi maksud sang penutur, biarpun elemen Yang seseorang kuat, tetapi ketika menemukan Yin yang lebih kuat (hantu yang lebih kuat), maka mungkin kelihatan juga.

Jimat yang dimaksud adalah berupa kertas kuning yang dituliskan mantra. Umumnya jimat ini memiliki kegunaan yang berbeda tergantung mantra yang ditulis di atas kertas.

Bersambung ke part 5

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?