Last Updated on 17 June 2021 by Herman Tan Manado

Festival Chongyang (重阳节; Chongyang jie) dikenal juga dengan sebutan Double Ninth Festival (Festival Sembilan Ganda), dirayakan setiap tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek. Festival ini kadang disebut pula sebagai Festival Lansia (Lanjut Usia). Berdasaran catatan dari kitab Yi Jing (易经), angka 6 melambangkan unsur Yin, sementara angka 9 dianggap melambangkan unsur Yang.

Maka tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek, baik tanggal maupun bulannya merupakan unsur Yang. Itulah sebabnya perayaan ini disebut dengan Festival Sembilan Ganda. Pada jaman dahulu, masyarakat percaya bahwa tanggal 9 bulan 9 pantas untuk dirayakan.

Pada masa itu, masyarakat memiliki tradisi mendaki gunung di hari tersebut, sehingga Festival Chongyang dikenal pula sebagai festival mendaki dataran tinggi. Festival Chongyang juga memiliki julukan lain, yaitu Festival Bunga Krisan (菊花; Júhuā).

Kata “sembilan ganda” atau “double ninth” dalam bahasa mandarin dilafalkan 九 (jiǔ), mirip dengan intonasi bunyi kata 久 (Jiǔ) yang bermakna panjang/lama.

Pada hari itu masyarakat juga bersembahyang kepada leluhur sebagai tanda bakti.

Kapan Chongyang (Double Ninth Festival) Dilakukan?

Festival Chongyang (重阳节; Chongyang jie) atau Double Ninth Festival (Hanzi : 九九; Pinyin : Jiu-Jiu; Hokkian : kauw-Kauw), dirayakan pada setiap tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek.

• Chongyang (Double Ninth Festival) 2019 : 07 Oktober 2019
• Chongyang (Double Ninth Festival) 2020 : 25 Oktober 2020
• Chongyang (Double Ninth Festival) 2021 : Kamis, 14 Oktober 2021
• Chongyang (Double Ninth Festival) 2022 : Selasa, 4 Oktober 2022

A. Sejarah Festival Chongyang

Kilas balik sejarah Festival Chongyang dapat ditelusuri kembali ke Periode Berperangnya Antar Negara (The Warring States Period). Selama Dinasti Tang, Festival Chongyang termasuk dalam sala satu perayaan/pesta rakyat.

Pada saat Festival Chongyang berlangsung, masyarakat keluar dari dalam rumah, bersama-sama pergi mendaki bukit/gunung, dan terlibat dalam berbagai kegiatan lain, seperti menikmati berseminya bunga Krisan, menyisipkan daun Zhuyu, makan kue Chongyang, dan minum anggur Krisan.

B. Legenda Festival Chongyang

Festival Chongyang jatuh pada tanggal 9 bulan 9 Imlek setiap tahunnya, di Tiongkok festival ini dikenal juga sebagai hari lansia.

Sama seperti perayaan tradisi lainnya, Festival Chongyang juga memiliki legenda kuno yang melatarbelakanginya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Han Timur (202 SM – 220 M), tersebutlah sesosok makhluk jahat pembawa wabah penyakit yang hidup di Sungai Ruhe.

Setiap kali makhluk itu muncul, orang-orang jatuh sakit dan bahkan meninggal dunia. Para penduduk di sekitar Sungai Ruhe sangat menderita oleh penyakit membinasakan yang dibawa oleh makhluk jahat tersebut.

Hiduplah seorang pemuda bernama Huan Jing. Kedua orang tuanya meninggal karena ikut terjangkit wabah penyakit tersebut. Bahkan nyawa Huan Jing sendiri pun nyaris terenggut. Setelah sembuh, Huan Jing memutuskan untuk mempelajari dan memperdalam ilmu, agar dapat membunuh makhluk jahat pembawa wabah penyakit tersebut.

Huan Jing mendapat kabar bahwa ada seorang kakek sakti yang tinggal di wilayah timur. Ia pun melakukan perjalanan panjang dan akhirnya berhasil menemukan kakek sakti tersebut. Tersentuh akan perilakunya yang santun, sang kakek pun mengajari Huan Jing cara membunuh si makhluk jahat.

Hingga pada suatu hari, kakek sakti berkata kepada Huan jing bahwa si makhluk jahat akan kembali muncul pada tanggal 9 bulan 9. Dia meminta Huan Jing untuk pulang kembali ke tempat asalnya, agar dapat membunuh si makhluk jahat.

Ketika Huan Jing tiba di tempat asalnya, dia meminta kepada seluruh penduduk di sana agar pergi ke atas gunung dan masing-masing mereka dibekali dengan selembar daun Zhuyu dan segelas anggur Krisan.

Sewaktu muncul dari dalam sungai, makhluk jahat pembawa wabah penyakit itu dipusingkan oleh aroma daun Zhuyu dan anggur Krisan. Pada saat itulah, Huan Jing menghunus pedangnya dan berhasil membunuh makhluk jahat tersebut. Sejak saat itulah, mendaki gunung menjadi tradisi pada Festival Chongyang.

C. Tradisi Festival Chongyang

Pada Festival Chongyang, masyarakat mengadakan berbagai kegiatan perayaan. Beberapa di antaranya seperti menikmati mekarnya bunga Krisan, menyisipkan daun Zhuyu, makan kue Chongyang dan minum anggur Krisan.

1. Mendaki Gunung

Di jaman Tiongkok kuno, masyarakat menaiki tempat-tempat yang tinggi, seperti bukit dan gunung pada Festival Chongyang, sehingga perayaan ini dijuluki pula “Festival Menaiki Tempat Tinggi”.

Tradisi ini diduga berawal sejak Dinasti Han Timur, dimana pada waktu itu masyarakat umumnya mendaki gunung atau menara pagoda untuk menikmati pemandangan dari tempat tinggi.

2. Makan Kue Chongyang

Tampak kegiatan menghias kue untuk dipergunakan pada festival Chongyang

Menurut catatan sejarah, kue Chongyang disebut juga dengan kue Bunga, kue Krisan dan kue 5 warna. Kue Chongyang adalah kue 9 lapis yang dibentuk menyerupai menara. Di puncak kue harus ada 2 ekor domba yang dibuat dari tepung. Sebagian orang menaruh bendera kecil berwarna merah pada puncak kue dan menyalakan lilin.

3. Menikmati Keindahan Bunga Krisan dan Minum Anggur Krisan

Selain wine, ada juga teh dari bunga krisan

Baca juga : Festival Chong Yang (Double Nine Festival)

Festival Chongyang merupakan waktu/masa keemasan dalam setahun. Konon orang yang pertama kali menikmati keindahan bunga Krisan ( (菊花; Júhuā) dan minum anggur Krisan pada Festival Chongyang adalah seorang penyair bernama Tao Yuanming, yang hidup di jaman Dinasti Jin.

Tao Yuanming terkenal akan sajak-sajaknya dan sangat mengagumi bunga Krisan. Banyak orang yang mengikuti jejaknya, sehingga minum anggur Krisan dan menikmati keindahan bunga Krisan menjadi tradisi. Sepanjang Dinasti Song, menikmati keindahan bunga Krisan mulai populer dan menjadi kegiatan penting pada hari perayaan tersebut.

Setelah Dinasti Qing, orang semakin tergila-gila akan tanaman Krisan ini, tidak hanya pada Festival Chongyang saja, tetapi juga di kesempatan lain, mereka keluar dari dalam rumah untuk menikmati keindahan tanaman ini.

4. Menyisipkan Daun Zhuyu dan Menyematkan Bunga Krisan

Selama Dinasti Tang, menyisipkan daun Zhuyu pada Festival Chongyang mulai populer. Masyarakat kuno percaya bahwa menyisipkan daun Zhuyu dapat menangkal bencana dan wabah penyakit. Para wanita menyematkan bunga Krisan di rambut atau menggantungkannya pada jendela dan pintu-pintu rumah untuk mengusir makhluk jahat.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?