Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan Manado
1. Obsesi akan Bulan Purnama – Reuni dan Harapan
Sejak jaman dahulu ada banyak legenda di Tiongkok yang mengisahkan tentang bulan. Bagi masyarakat Tiongkok, bulan adalah lambang kesucian, kemurnian, dan keluhuran. Tercatat ada lebih dari 10,000 puisi yang menggambarkan keindahan bulan.
Bentuk bulan yang bulat juga berkaitan erat dengan konsep siklus ajaran Tao, seperti delapan diagram (八卦; Ba Gua). Itulah sebabnya mengapa masyarakat Tiongkok memiliki keterikatan yang sangat erat dengan bulan dan bentuk tampilannya yang bulat simbol kesempurnaan.
2. Kue Bulan Premium – Harga Sekotak Kue Bulan bisa Melebihi sebuah iPhone
Ketika orang menyinggung soal Festival Musim Gugur di Tiongkok, maka yang pertama muncul di benak adalah kue bulan.
Kue bulan di Tiongkok tidak hanya memiliki sejarah yang panjang, tetapi juga beraneka macam cita rasa.
Selain diisi dengan menggunakan bahan tradisional, seperti akar teratai, biji melon, dan buah-buahan, sekarang diperkaya pula dengan resep yang tidak biasa, seperti diberi isi daging sapi bumbu cokelat, isi daun bawang dan isi tahu yang difermentasi.
Dalam berbagai kemasan yang berbeda, sebuah kue bulan dapat memiliki rentang harga dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, walaupun standar dari sebuah kue bulan biasa berharga sangat murah.
Kue bulan premium yang berharga jutaan rupiah menjadi bingkisan mewah di kalangan birokrat dan pengusaha konglomerat papan atas selama beberapa tahun terakhir.
3. Puncak Liburan – Jutaan Orang dalam Perjalanan Arus Mudik
Di Tiongkok, Festival Musim Gugur merupakan festival tradisional terpenting kedua. Jadi jangan remehkan lonjakan arus mudik yang akan terjadi selama Festival Musim Gugur.
Walaupun tidak sebanding dengan lonjakan arus mudik selama Festival Musim Semi (Imlek), dimana terjadi migrasi tahunan terbesar di dunia. Pada tahun 2008, Festival Musim Gugur disetujui pemerintah disana sebagai libur resmi selama 3 hari!
Sebagian besar orang memilih mudik pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama dengan keluarga atau melakukan perjalanan wisata, sehingga biasanya akan mengakibatkan masalah keramaian transportasi.
Jika Anda tidak memiliki kepentingan atau tidak berniat ikut dalam perpindahan arus jutaan manusia di Tiongkok, sebaiknya hindari melakukan perjalanan wisata selama liburan ini. Bukanlah hal yang aneh jika Anda duduk sepanjang hari di dalam mobil terjebak di tengah keramaian jalan raya selama liburan ini di Tiongkok.
4. Angpau WeChat – Uang Lebih Baik daripada Bingkisan 🙂
Apakah Anda masih mengirimkan kartu ucapan? atau melakukan panggilan telepon selama perayaan ini ? Jika benar demikian, maka Anda akan sulit terjangkau.
Kini cara terpopuler mengucapkan salam di Tiongkok adalah dengan amplop “angpau” WeChat, yaitu aplikasi mobile yang memungkinkan penggunanya saling mengirim atau menerima uang secara daring.
Pada malam Festival Musim Gugur, acara stasiun jaringan televisi CCTV akan mengundang penonton untuk mengguncangkan telepon pintar mereka agar mendapat kesempatan untuk memenangkan “angpau online”.
Biasanya orang akan menyertakan beberapa patah kata sebagai ucapan selamat ketika mengirimkan angpau. Sebagai tambahan, masyarakat Tiongkok lebih menyukai angpao yang mengandung angka 6 atau 8.
Misalnya, mengirimkan angpao senilai 666 yuan, karena angka ‘666’ berarti segala sesuatu akan berjalan dengan lancar dan angka ‘888’ mengandung harapan akan mendapatkan keberuntungan.
Seperti yang dikatakan oleh para netizen di Tiongkok : “Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang tidak dapat diatasi dengan sebuah angpau. Jika ada, maka dua angpau akan menyelesaikannya!”
5. Waktunya Mencari Jodoh – Gaya Hubungan Kilat
Taman-taman kota di Tiongkok banyak yang memiliki pojok khusus untuk arena perjodohan. Pengunjung dapat melihat ratusan bahkan terkadang ribuan orangtua dan para pensiun berkumpul.
Mereka berada di sana untuk saling bertukar informasi tentang anak-anak mereka yang belum menikah, dengan harapan dapat mencarikan mereka pasangan yang ideal.
Di Tiongkok, seorang gadis dianggap “sisa” apabila belum menikah di usia 25 tahun; sementara untuk pria di usia 30!
Untuk mengabulkan harapan orangtua agar dapat melihat anak-anak mereka menikah, maka libur sepanjang 3 hari selama Festival Musim Gugur merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melakukan “kencan buta” memenuhi keinginan orangtua.
6. Makan Malam Keluarga – Sulitnya Melakukan Reservasi
Festival Musim Gugur membawa tema reunifikasi dan memerkuat ikatan anggota keluarga. Oleh sebab itu acara makan malam keluarga merupakan esensi dari malam Festival Musim Gugur.
Menurut tradisi di Tiongkok, makan malam biasanya memerlukan persiapan selama berjam-jam. Berhubung Festival Musim Gugur hanya diliburkan selama 3 hari, banyak orang yang tidak ingin memasak di rumah, tetapi melakukan reservasi di restoran sebagai gantinya.
Selain untuk menghemat waktu, juga agar lebih bisa menikmati waktu bersama keluarga. Biasanya pengunjung sudah melakukan reservasi tempat dan menentukan set menu 1 atau 2 bulan sebelumnya.
Bahkan untuk beberapa restoran terkemuka, seperti Restoran Guangzhou, Restoran Taotao Ju, dan Restoran Lianxiang Lou di Guangzhou, pengunjung sudah harus melakukan reservasi sesaat setelah Festival Musim Semi (Imlek) selesai!
7. Legenda Festival Musim Gugur – Masyarakat Tiongkok Lebih Memilih Kisah Romantis
Terdapat banyak kisah menarik mengenai asal usul festival ini. Tiga kisah diantaranya yang tersebar secara luas adalah : Chang’e yang terbang ke bulan, Wu Gang yang menebang pohon osmenthus (Gui Hua), dan Kelinci giok mendiami bulan.
Kisah Chang’e dan Hou Yi diterima secara luas oleh rakyat Tiongkok. Sepertinya orang lebih menyukai kisah yang romantis.
Menurut legenda, dahulu kala hiduplah seorang wanita cantik, Chang’e, yang bersuamikan seorang pemanah yang gagah berani, Hou Yi.
Untuk menghormati perintah suaminya agar menyimpan dan menjaga sebotol ramuan dengan baik, maka pada suatu hari botol berisi ramuan abadi itu diminum oleh istrinya, sehingga si istri pun menjadi abadi.
Sang istri pun harus berpisah dari suami tercinta, terbang ke langit dan akhirnya tiba di bulan, tempat dimana ia berdiam hingga sekarang.
8. Asal Usul yang Bernilai Historis – Festival Musim Gugur Telah Ada Jauh Sebelum Kue Bulan Diciptakan
Sejak Dinasti Shang (1600–1046 Sebelum Masehi) rakyat Tiongkok telah merayakan panen saat bulan purnama di musim gugur. Kemudian mulai dikenal sebagai festival pada awal Dinasti Tang (618–907). Sementara tradisi makan kue bulan dimulai pada Dinasti Yuan (1271–1368), dinasti yang berada di bawah pemerintahan Raja Mongolia.
Menurut catatan sejarah, Zhu Yuanzhang (kaisar pertama Dinasti Ming, 1368–1644 M) mengawali aksi pemberontakannya dengan menggunakan kue bulan sebagai isyarat.