Last Updated on 11 March 2022 by Herman Tan Manado

Legenda Raksana Nian – Pada jaman dulu, di daratan Tiongkok terdapat sejenis makhluk raksasa, yang dinamakan Nian Shou (年兽) oleh masyarakat kala itu. Wujud Raksasa Nian sangat seram laiknya monster, dan sifatnya yang buas dan kejam. Tempat persembunyian raksasa Nian adalah di hutan2 dan pegunungan.

Makanannya adalah binatang2 liar, termasuk burung, serangga, dan bahkan manusia! Setiap hari, raksasa Nian memakan berbagai jenis makanan yang berbeda. Setiap kali malam Tahun Baru Imlek, raksasa tersebut akan turun dari pengunungan untuk memangsa manusia2 yang sudah berkumpul.

Oleh karena itu, setiap menjelang malam di hari Tahun Baru Imlek, semua warga desa/kampung mengungsi ke tempat yang aman, agar dapat menghindari serangan dari raksasa Nian.

Dalam ceritanya, di suatu malam Tahun Baru Imlek, warga desa bunga Persik (桃花村; Tao Hua Chun) sudah mulai mengungsi. Mereka membawa seluruh anggota keluar ke daerah yang aman.

Tapi tiba2 datanglah seorang pak tua berkumis putih dan panjang, membawa kantong di lengannya serta tongkat di tangannya yang berasal dari desa lain untuk mengemis makanan.

Warga2 di desa tersebut sudah sibuk menyiapkan diri masing2 untuk melakukan pengungsian. Ada yang tengah menutup pintu dan jendela, ada yang membungkus bekal makanan dan pakaian, serta ada pula yang sedang mengurusi binatang2 peliharaannya. Suasana panik dan takut sangat terasa pada saat itu.

Tiada seorang pun yang menghiraukan kedatangan pengemis tua tersebut.

Di bagian barat desa tersebut, terdapat seorang wanita yang juga sudah lanjut usia memberikan sedikit makanan kepada pak tua tersebut, dan menasehatkannya untuk ikut mengungsi ke tempat yang aman.

Pengemis tersebut lantas tersenyum dan mengatakan kepada wanita tersebut, “Jika Anda mengijinkan Saya untuk tinggal di rumahmu malam ini, Saya akan mengusir raksasa Nian dari desa ini”.

Tetapi Wanita tersebut tetap tidak percaya, dan terus menasehatkannya untuk ikut mengungsi. Pengemis tersebut hanya tertawa, tapi tidak mengatakan satu katapun.

Karena waktu (langit sudah mulai gelap) sudah tidak mengijinkannya lagi untuk berbicara banyak, sehingga wanita tersebut membiarkan pengemis tersebut di rumahnya, lantas segera bergegas mengungsi sendiri.

Di tengah malam, raksasa Nian rupanya benar2 datang ke desa tersebut, namun merasakan ada suasana yang berbeda daripada tahun2 sebelumnya.

Di rumah Wanita tua tersebut, yang berada di bagian barat desa Tao Hua, tertempel selembar kertas Merah yang besar di pintunya, dan di dalam rumahnya terdapat cahaya lilin yang terang benderang.

Tubuh raksasa Nian kemudian bergetar, dan menjerit dengan suara yang keras.

Raksasa Nian melotot rumah tersebut dengan penuh kemarahan, kemudian lari menuju ke rumah tersebut. Saat hampir mendekati rumah, terdengar suara seperti ada sesuatu yang meledak, yang berasal dari halaman rumah wanita tua tersebut. Raksasa Nian gemetaran, dan tidak lagi berani untuk mendekati rumah tersebut.

Rupanya raksasa Nian sangat takut terhadap warna Merah, cahaya api, dan suara ledakan. Saat itu, raksasa Nian yang berada di depan pintu rumah melihat seorang pak tua yang berjubah merah sedang tertawa.

Raksasa Nian sangat takut dan panik, sehingga dengan gerakan yang sangat cepat menghindari rumah tersebut, lantas kemudian melarikan diri dari lingkungan desa tersebut.

Keesokan harinya, tepat di hari pertama Tahun Baru Imlek, warga desa tersebut kembali dari pengungsiannya. Mereka sangat heran melihat desa tersebut aman dan seolah tidak terjadi apa2.

Tiba2 wanita tua yang pernah memberikan makanan kepada pengemis tersebut menyadarinya, dan segera menceritakan apa yang pernah terjadi pada dirinya mengenai janji pria pengemis tua tersebut.

Warga desa tersebut sontak segera menuju ke rumah wanita itu, dan mendapati selembar kertas Merah yang masih tertempel di pintu.

Di halaman rumah masih terdapat bambu yang belum habis terbakar, dengan mengeluarkan bunyi “pak..pak…pak…” seperti suara ledakan. Sementara di dalam rumah masih terdapat lilin2 merah yang masih menyala.

Melihat kondisi ini, warga2 desa tersebut menjadi senang, serta ramai2 merayakan kedatangan Tahun Baru Imlek yang penuh harapan ini. Semuanya mengenakan pakaian baru yang cerah, berkunjung ke rumah2 saudara dan teman untuk mengucapkan selamat.

Berita tentang peristiwa ini sangat cepat beredar ke desa2 dan kampung2 lain sekitarnya. Semua orang telah mengetahui cara untuk mengusir Raksasan Nian yang menakutkan ini.

Mulai saat itu, setiap malam menjelang Tahun Baru imlek, masing2 rumah menempelkan sepasang bait puisi (Tui Lian atau Chun Lian) yang ditulis diatas kertas berwarna merah di depan pintu, lalu menyalakan petasan2.

Setiap rumah juga diterangi cahaya lilin yang terang benderang, dan penghuninya tidak tidur sepanjang malam di malam Tahun Baru Imlek.

Tradisi tersebut kemudian menjadi tradisi dalam merayakan Tahun Baru Imlek, yang juga merupakan hari raya terpenting dalam masyarakat Tionghoa.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?