Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan Manado

Michael Bambang Hartono (黄惠祥; Pinyin : Huang Huixiang; Hokkian : Oei Hwie Siang) mengukuhkan diri sebagai atlet tertua dalam kontingen Indonesia dalam ajang Asian Games 2018.

Bos rokok Djarum, yang juga dikenal sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes ini tercatat sebagai atlet cabang olahraga Bridge dengan usia 78 tahun! Beliau hanya kalah dari Lee Hung Fong (81), asal Malaysia yang juga menekuni olahraga serupa.


Biografi Bambang Hartono

Nama Lengkap : Michael Bambang Hartono
Nama Mandarin : 黄惠祥; Pinyin : Huang Huixiang)
Nama Lain : (Oei Hwie Siang; ejaan Hokkian)

Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 2 Oktober 1939
Pasangan : ?
Anak : 4
Saudara kandung : Michael Bambang Hartono (kakak)

A. Bisnis Gurita Hartono Bersaudara

Bersama adiknya Budi Hartono, total aset kekayaan mereka mencapai US $ 32,3 miliar (per 2017, sekitar 450 triliun), jauh meninggalkan orang terkaya nomor 2 di Indonesia, Eka Tjipta Widjaja, yang “hanya” memiliki 1/3 nya saja.

Dalam kesehariannya, kakek kelahiran Kudus, 2 Oktober 1939 ini adalah pengusaha sekaligus pemilik perusahaan rokok PT DJARUM, yang merupakan warisan dari Oei Wie Guan (黄维源; Huang Weiyuan), ayah mereka. Oei Wie Gwan meninggal pada tahun 1963, tidak lama setelah pabrik gudang rokoknya terbakar habis.

Bersama adiknya, Beliau juga memiliki saham di Bank Central Asia (BCA) yang sebelumnya dikendalikan oleh miliarder Liem Sioe Liong (Sudono Salim dari Salim Group). Melalui Farindo Holding Ltd, pasangan kakak-beradik ini menguasai 51% saham mayoritas di bank swasta terbesar di Indonesia tersebut.

Selain itu, mereka juga memiliki aset perkebunan sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 65.000 hektare yang terletak di Kalimantan Barat sejak tahun 2008.

Mereka juga memiliki sejumlah aset bisnis lainnya, seperti pemilik properti mall Grand Indonesia pada tahun 2007, pemilik perusahaan elektronik Polytron, dan pemilik situs e-commerce Blibli dan Kaskus.

B. Kehidupan Sebagai Atlet Bridge

Bambang Hartono, atlet tertua kontingen Indonesia di cabang olahraga Bridge.

Pada bulan Februari hingga akhir Maret, beliau baru saja menuntaskan perjalanan melelahkan selama 2 bulan mengelilingi Eropa dan Amerika Serikat untuk mengikuti serangkaian uji coba, sebagai persiapan menjalani Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta pada 18 Agustus-2 September 2018.

Selain itu, tim Bride Indonesia juga diketahui mengikuti try out kejuaraan di India dan International Bridge Festival di Bulgaria pada bulan Juni 2018.

Dalam usianya yang nyaris mencapai kepala 8, Bambang Hartono masih terlihat gesit meski secara fisik sudah terlihat banyak kerutan di wajah dan tangannya. Saat memegang setumpuk kartu bridge, jari-jemarinya lincah. Matanya terlihat menatap dengan berapi-api.

Sosok pria bernama lengkap Michael Bambang Hartono yang kini berusia 78 tahun itu telah menggeluti Bridge sejak lama. Beliau telah mengenal permainan kartu ini saat masih berusia 6 tahun. Sewaktu tahun 1944/1945, dia melihat paman-pamannya sedang asik bermain bridge. Dia tertarik lantaran permainan bridge memiliki jutaan variasi kartu.

Bambang pun kian serius mempelajari olahraga itu, bahkan sampai memiliki pelatih khusus/privat.

“Waktu pertama kali saya hanya dilatih oleh paman. Kemudian kami memanggil Santje Panelewen untuk menjadi pelatih kami di Bridge School Semarang. Kemudian pada awal tahun 2018 kami mulai dilatih pelatih asal Polandia, Krzysztof Martens (66), yang juga menjadi pelatih nasional kami sekarang,” dia mengungkapkan.

Sejak saat itu, Ia mulai ikut kejuaraan Bridge dalam maupun luar negeri dan telah mengoleksi banyak gelar. Bahkan hobinya itu telah mengantarkannya terdaftar sebagai atlet nasional di cabang olahraga Bridge.

Misalnya di PON Riau tahun 2012, Bambang bersama timnya berhasil meraih medali perunggu di nomor beregu putra. Sedangkan di kancah internasional, setahun sebelumnya Bambang bersama timnya berhasil meraih medali perak di kejuaraan World Bridge Championships di Polandia untuk Piala Senior Bowl.

Bambang juga membawa nama Indonesia dalam menjuarai APBF Championship 2015. Di ajang itu, bersama Hengky Lasut, Eddy Manoppo, Toar Polii, dsb, beliau membawa tim Indonesia menjuarai turnamen tersebut usai mengalahkan Hongkong.

“Saya bermain bridge supaya tidak cepat pikun karena harus selalu berhitung dan fokus. Hobi saya yang lain adalah senam Taichi yang dilakukan setiap malam atau pagi-pagi sekali. Selain itu, meditasi juga membantu saya agar tetap fokus,” kata Bambang di kantor PB Djarum di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu, 11 Agustus 2018.

Di luar itu, hobi lainnya adalah Bambang juga gemar membaca buku tentang hal apapun. Dia juga amat disiplin mengatur pola makan.

“Kalau tidak bisa disiplin jangan harap jadi juara. Nomor satu kunci disiplin. Saya dulu kalau mau berhasil, dalam sepekan bisa membaca sampai 5 judul buku. Satu hari di luar jam kerja minimal 200 halaman.

Jadi 3 jam saya baca. Jadi kalau lagi di rumah itu saya baca apa saja, soal bridge, bulutangkis, taichi, juga tentang ekonomi, semua saya baca. Saya juga rutin makan buah dan sayur. Selain itu, 2 telur dan 1 pisang sehari, untuk kambing 1-2 kali sepekan,” kata kakak kandung Budi Hartono itu menjelaskan.

Tampak sebagian atlet Bridge Indonesia yang menjalani training camp di Monako pada 15 Februari s/d 28 Maret 2018.

Berbeda dengan bos-bos perusahaan lainnya yang lebih suka bermain olahraga golf, Bambang mengakui lebih tertarik bermain bridge, karena olahraga kartu ini memberikan lebih banyak tantangan.

“Dalam olahraga bridge, terdapat istilah bidding, yakni mengumpulkan data untuk dianalisa, disimpulkan, lalu kemudian diputuskan strategi apa yang akan diambil saat sementara bertanding,” kata Bambang, seraya menambahkan bahwa pengusaha Amerika Bill Gates dan ex pemimpin Tiongkok era 1980-an, Deng Xiao Ping juga penggemar olahraga bridge.

Selain itu, ada juga istilah play dan declerer dalam olahraga Bridge, yang merupakan strategi pemain dalam pertandingan.

Bambang yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) periode 2014-2018 ini, mengakui bahwa bukan hal mudah untuk memperjuangkan agar cabang olahraga Bridge dipertandingkan di pentas Asian Games 2018.

Dibutuhkan usaha extra keras untuk menyakinkan petinggi Komite Olimpiade Asia (OCA) asal Kuwait, Ahmad Al-Fahad Al-Sabah (54), yang telah menjabat sebagai presiden OCA sejak 1991 bahwa Bridge adalah jenis olahraga yang sudah mendunia, sehingga pantas untuk dipertandingkan.

“Awalnya OCA sempat menolak olahraga bridge ini dipertandingkan di Asian Games, karena dianggap sebagai permainan kartu yang berbau judi. Dengan melihat latar belakang presiden mereka yang berasal dari kawasan Islam timur tengah, sudah tentu akan menolak.

Mereka baru bisa menerima pada pertengahan tahun 2015, setelah dijelaskan bahwa para pemain kelas dunia justru berasal dari Negara2 Islam, seperti Pakistan, Mesir dan Bangladesh,” katanya.

Setelah misi perjuangan PB GABSI (mewakili tuan rumah) dalam menyakinkan OCA untuk mempertandingkan cabang Bridge agar bisa berlaga untuk ke 2x nya di Asian Games 2018 sukses (pertama kali tahun 2010 di Guangzhou, Tiongkok).

Mimpi Bambang selanjutnya adalah mengantarkan Indonesia dengan tangan sendiri agar meraih medali medali emas di hadapan pendukung sendiri.

Tampak Presiden OCA Ahmad Al-Fahad Al-Sabah menyerahkan bendera Asian Games ke XVII kepada tuan rumah selanjutnya, Jakarta, Indonesia, yang diwakili oleh Gubernur saat itu, Ahok, pada saat penutupan AG 2014 di Incheon, Korea.

Sebagai pemilik dari perusahaan raksasa DJARUM group, bonus dari pemerintah sebesar Rp 1,5 miliar bagi peraih emas sudah tentu bukan menjadi motivasi utamanya (have fun). Bos yang mengaku mengawali kariernya sebagai atlet bridge sejak tahun 1951 ini bahkan siap menyumbangkan bonus itu bila mendapatkannya.

Lihat : perjalanan karir Bambang Hartono sebagai atlet bridge 1 dekade terakhir.

“Kalau nanti saya berhasil meraih medali emas, bonus dari Pemerintah akan saya sumbangkan kepada organisasi untuk pembinaan. Ini juga bagian dari sumbangsih kami terhadap nusa dan bangsa. Sumbangsih PT Djarum untuk Negara apa sih di bidang olahraga? Ada 2, yaitu bridge dan bulutangkis,” kata Bambang.

“Motivasi lain tentu ada keinginan pribadi maupun untuk tim mendapatkan medali emas. Bridge bukanlah permainan perorangan, ini permainan satu tim, jadi partnership dan team work harus ada.

Di luar itu, tentu keikutsertaan saya akan memacu anak-anak muda bahwa usia bukanlah halangan untuk terus berprestasi,” ujarnya menambahkan.

Selama puluhan tahun aktif sebagai pemain bridge, Bambang mengakui bahwa pengalaman yang paling berkesan adalah saat melakukan perjalanan maraton untuk menjalani uji coba selama hampir 2 bulan berkeliling Eropa dan Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Beliau juga belum ada keinginan untuk  berhenti menjadi atlet. Bahkan untuk sekadar ‘naik pangkat’ menjadi seorang pelatih.

“Menjadi atlet? Selama mungkin. Kalau pelatih itu lain lagi dan ilmunya beda. Pelatih adalah seorang guru, pemain lain lagi,”ujarnya.

Melihat persiapan panjang tersebut, Bambang yang turun di nomor super mixed team bersama atlet senior lainnya Bert Toar Polii, menyatakan optimistis bahwa cabang Bridge akan berhasil menemuhi target menyumbang 2 medali emas.

Di Asian Games 2018, cabang olahraga bridge sendiri akan digelar di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat mulai 21 Agustus s/d 2 September 2018. Adapun jumlah medali yang akan diperebutkan adalah 6, yakni Men Team, Women Team, Mixed Team, Supermixed Team, Men pair dan Mixed pair.

1 September 2018 : Tampak Bambang Hartono yang begitu sumringah saat mendapatkan bonus senilai 150 juta rupiah, yang langsung ditransfer ke rekening bank BRI masing2 atlet.

Update 27 Agustus 2018 : Bambang Hartono hanya berhasil meraih medali perunggu di nomor supermixed team. Karena turun nomor beregu, maka Beliau akan mendapatkan bonus dari pemerintah sebesar 150 juta 🙂

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?