Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan Manado
Suku bangsa terbanyak di Tiongkok adalah orang Han. Orang Han ini berasal dari kelompok yang mendiami bagian tengah dari Tiongkok yang disebut suku Hua. Karena suku yang mendiami di daerah itu adalah orang Hua, sedang dinasti tertua adalah dinasti Xia, maka suku Hua itu sering disebut suku Huaxia.
Asal mula kata Tiongkok (Zhōngguó; 中国) dari kata dialek Hokkian, yakni kata ‘Tiong’ yang berarti tengah, dan ‘Kok’ yang adalah Negara.
Kebudayaan Tionghoa kuno (asli) berasal dari lembah sungai Huang He (sungai Kuning). Dari bagian hulu sungai yaitu propinsi Shaanxi dengan kota Chang’an, Shanxi, Henan, Hebei sampai ke Shandong.
Orang Hua ini kemudian menyebar ke seluruh wilayah daratan Tiongkok dan disebut orang Han. Karena sebagian dari wilayah selatan waktu itu belum masuk dinasti Han, maka orang selatan tak begitu antusias menggunakan istilah bangsa Han.
Kebanggaan terhadap dinasti Han yang jaya ini menyebabkan mereka mengubah sebutan menjadi bangsa Han atau Hanren (汉人) dan bahasanya disebut bahasa Han atau Hanyu. Meskipun kemudian dinasti Han ambruk, dan berdiri dinasti lain, istilah Han ini tidak hilang, bahkan dipergunakan sampai sekarang.
Sampai pada dinasti Tang yang juga jaya dan meliputi seluruh Tiongkok selatan, mulailah orang selatan menyebut dirinya orang Tang. Tangren dalam Mandarin, Tenglang dalam dialek Hokkian, Tengnang dalam dialek Tiociu, Thongnyin dalam dialek Hakka dan Thong yan dalam dialek Konghu.
Karena luasnya Tiongkok, tanah penuh dengan pegunungan, lalu lintas sulit, maka orang Han di tiap daerah menjadi terisolir satu sama lain, bahasanya terpecah menjadi beberapa dialek; seperti dialek Hokkian, dialek Hakka, dialek Konghu, dialek Tiociu, dll.
Yang empat inilah yang paling banyak datang ke Asia Tenggara. Meskipun demikian semua dialek itu masih termasuk bahasa Han. Mungkinkah orang dari dialek satu berubah menjadi dialek lain?
Mungkin saja, orang Hakka yang lama tinggal di daerah dialek Hokkian, anak cucunya jadi Hokkian, sebab etnisnya sama yaitu orang Han. Kelompok dialak ini tidak disebut suku, tapi kelompok masyarakat, yang dalam bahasa Tionghoanya disebut minxi atau zuqun.
Pada tahun 1911, dinasti terakhir yaitu dinasti Qing ambruk, dan pemimpin revolusi dokter Sun Yatsen memilih nama Tionghoa Binkok (中华民国; Zhonghua Minguo) untuk negara baru ini, dengan singkatan Tiongkok (Zhōngguó; 中国).
Nama Tionghoa yang sudah ada dari zaman dulu mendapat interpretasi baru. Karena nama negara Republik Tiongkok yang baru tersebut, maka secara hukum semua warga negaranya otomatis menjadi orang Tiongkok, yang terdiri dari suku bangsa Han, Tibet, Hui, Mongol, Mancu.
Karena itu waktu itu bendera Tiongkok terdiri dari lima warna. Di Indonesia dulu, orang Tionghoanya boleh dibilang 100% orang Han. Belakangan ini dengan majunya ekonomi, orang Tiongkok yang pindah ke luar negeri, atau bekerja ke luar negeri ada juga dari kelompok non-Han.
Kelompok non-Han ini setelah diteliti, ternyata bukan hanya berasal dari Tibet, Hui, Mongol dan Mancu, tapi ternyata ada 56 suku bangsa lainnya juga. Di Tiongkok istilahnya bangsa, bukan suku. Jadi mereka diakui setingkat dengan orang Han yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Populasi orang Han sendiri diperkirakan sekitar 1,2 milyar jiwa, sementara 55 suku lain berjumlah lebih dari 100 juta jiwa (Sumber : Forum Diskusi Budaya & Sejarah Tionghua).
Sejarah Kedatangan Tionghoa di Indonesia, Inilah Faktanya!
Transmigrasi terus berlangsung setelah dunia pelayaran mulai berkembang. Orang Hua ini mulai menyeberang lautan ke wilayah Asia Tenggara. Inilah asal usul orang Tionghoa hingga tiba di Indonesia! Para penduduk Tiongkok yang bermigrasi keluar wilayahnya disebabkan oleh beberapa hal :
1. Peperangan yang tak kunjung selesai, perebutan kekuasaan antara para raja, para penguasa/pejabat setempat; termasuk dengan 8 negara asing, seperti Inggris, Spanyol, Portugal dan Jepang, dsb.
2. Perang antar suku, orang Hua lawan suku-suku utara yang jumlahnya tak banyak tapi kemampuannya perangnya luar biasa, seperti suku Xianbei, suku Qidan, suku Nvzhen (kemudian disebut Manchu), suku Mongol dll. Suku di selatan relatif lebih lemah, sehingga kepindahan ke selatan berjalan lebih mulus.
3. Perkembangan dunia pelayaran, sehingga membuat orang ingin berdagang ke daerah-daerah baru untuk mencari kehidupan yang lebih baik, mereka mulai datang ke Asia Tenggara.
4. Kekurangan tenaga kerja di Asia Tenggara. Misalnya di Bangka Belitung, untuk pertambangan pemerintah Belanda menggunakan tenaga buruh dari Tiongkok, atau di Medan untuk mengelola perkebunan.
Orang-orang Hua yang datang duluan, melalui kontrak kerja atau datang sendiri, lazimnya hanya laki-laki muda, mereka kemudian menikah dengan penduduk setempat, dan lahirlah orang-orang Tionghoa dari hasil perkawinan campuran.
Jumlah mereka juga tak sebanyak penduduk pribumi, maka mereka menyerap kebudayaan dan menggunakan bahasa setempat. Ini asal mula sebutan peranakan.
Kedatangan orang Tionghoa tak pernah berhenti. Bayangkan tahun 1740 orang Tionghoa ditangkapi Belanda dan dibawa ke Sri Langka untuk kerja paksa, bahkan ada kabar dibuang ke laut, menunjukkan orang Tionghoa sudah banyak jumlahnya sehingga kolonial Belanda ketakutan.
Pemberontakan orang Tionghoa yang dibantu pribumi Indonesia ada dalam buku-buku sejarah. Orang Tionghoa di Jakarta dibantai Belanda, sisanya dibatasi tempat tinggalnya, hanya boleh di satu tempat yang kemudian disebut Pecinan.
Hal ini tidak menghentikan arus kedatangan orang Tionghoa. Ketika pertengahan abad ke 19 di Tiongkok terjadi Perang Candu dan Revolusi Taiping, imigran orang Tionghoa berbondong-bondong datang ke Indonesia. Orang yang datang saat ini sekarang sudah generasi ke 5 atau 6.
Kemudian ketika Tiongkok diserbu beberapa negara barat dan Jepang, akhir abad 19 kembali terjadi perpindahan besar-besaran ke Asia Tenggara. Orang Tionghoa menjadi banyak, mereka mulai mampu membentuk perkumpulan dan sekolah Tionghoa, seperti Tionghoa Hwee Koan (THHK), dsb.
Karena kebanyakan pendatang berasal dari daerah berdialek Hokkian, maka dialek Hokkian yang lazim dipergunakan.
Tapi ketika terjadi revolusi Xinghai yang dipimpin Dr. Sun Yat Sen yang diikuti berdirinya Republik Tiongkok, nasionalisme mulai tumbuh. Bahasa Mandarin mulai dipelajari orang sampai akhirnya sekolah-sekolah Tionghoa resmi menggunakan bahasa Mandarin dalam proses belajar mengajar.
Perpindahan ke Asia Tenggara berlangsung terus, terutama ketika Jepang mulai menduduki Tiongkok Timur Laut dan mendirikan negara boneka yang bernama Manchuria, perpindahan besar-besaran terjadi. Perpindahan baru berhenti ketika Jepang menduduki Indonesia dan setelah Indonesia merdeka yang melarang imigran baru.
Orang-orang Tionghoa kemudian terpecah dua, yang berpendidikan Mandarin disebut totok dan yang berpendidikan Belanda atau yang tak bisa berbahasa Tionghoa lagi disebut peranakan.
kalau tionghoa di kupang,ntt berasal dari suku mana ya min?
min untuk Pemasangan Banner nya Harus hubungi kemana yah?
Imigrasi tahap ke-4 (menurut pengamat) :
setelah runtuhnya Dinasti Qing dan berdirinya Republik Tiongkok
Engkong lahir di Fujian sekitar tahun 1910 an
Bokap lahir di Indonesia tahun 1941
Gue lahir di Indonesia tahun 1968
Marga Thio
Terima kasih sudah menuliskan sejarah Perantauan Tionghoa ke Indonesia.
Tapi saya ada sedikit pertanyaan tentang beberapa cerita yg tidak tertulis, yaitu :
1. Kisah Pelayaran bapak dari Sam Pho Kong / Cheng Ho pada abad 13, beliau di utus raja di Thiongkok, dan banyak crew kapal yg menetap di Indonesia(Nam Yo)
2. Pelayaran ke 2 dengan diutusnya Sam Pho Kong/Cheng Ho pada awal abad ke 14, pada waktu itu banyak membawa armada, dan perjalanan ini banyak meninggalkan budaya dan pengaruh yang menjadi cikal bakal ideologi masa kini. Dan awal menetapnya para imigran dari Thiongkok adalah pada masa-masa ini.
3. Ibu dari Raden Fatah adalah Puteri dari Thiongkok, apa benar?
4. Bahkan pada kisah kerajaan Sriwijaya sudah ada pendatang dari Tiongkok.
5. Pada abad ke 18-19, para imigran yang datang terdiri dari beberapa latar belakang, baik maupun buruk.
6. Cerita di atas menggambarkan kisah setelah para pedagang masuk, dan turut mencari tenaga kerja dari Tiongkok. Dari perdagangan rempah hingga pertambangan.
7. Kisah pemberontakan Tionghoa kenapa tidak diceritakan lebih detail, karena pada waktu itu Thionghoa telah berusaha mengusir Belanda dari Indonesia
Mohon sekiranya diberi penjelasan agar kami dapat mengetahui lebih lengkap, Terimakasih.
Hi Agusman,
1. Maaf saya tidak dapat menangkap apa maksud pertanyaan Anda. Mungkin bisa ditulis ulang lebih spesifik, menggunakan kalimat tanya.
2. Tapi melihat sekilas PERNYATAAN (bukan pertanyaan) Anda nomor 1-4, tampaknya seperti membicarakan tentang Sejarah Muslim Tiongkok masuk ke Indonesia. Jika benar; maaf, kita tidak ada info yang akurat untuk hal tersebut. Hal ini ada baiknya ada bertanya kepada situs muslim Tionghoa. Nomor 5 & 6, apa yang mau ditanyakan? Nomor 7, pemberontakan di daerah mana dan pada rentang tahun berapa yang mau Anda cari tahu?
Mohon dimengerti bahwa, situs Tionghoa.INFO bukanlah situs ENSIKLOPEDIA. Ulasan dari kita adalah ulasan yang bersifat UMUM, untuk kemudian berkembang menjadi mode diskusi lewat kolom komentar (jika memungkinkan). Jika Anda benar-benar membutuhkan info sejarah, ada baiknya pergi ke perpustakaan daerah sepempat, atau kembali membaca buku2 sejarah.
Di Cirebon ada 1 museum keraton yg cukup terkenal. Di dlmnya ada ranjang kayu berumur hampir 500 tahun milik putri cina yg dtg ke cirebon dan dikawinkan dgn sultan waktu itu. Dan banyak keramik2 cina kuno yg msh nempel di dindingnya.
Terima kasih tambahan infonya, dody.
Kalo tionghoa di Makassar dari suku mana ya..?
Sy ingin tahu banyak, karena nenek dari ayah saya(4 generasi dari saya: saya→ayah→kakek→man nan ting) adalah etnis tionghoa.
Terima kasih sebelumnya
Hi Arungwahyu,
Tionghoa di Makasar TIDAK DOMINAN seperti di daerah Kalimantan/Bangka (Hakka), atau Medan (Kanton/Yue).
Masalahnya, apa yang ingin anda ketahui dari sejarah yang sudah berjarak 4 generasi diatas Anda?
Tambahan keterangan.
Sejarah singkat Imigrasi dan Perantauan etnis Tionghoa di Indonesia.
1. Asal muasal terjadinya imigrasi besar-besaran perantauan etnis Tionghoa ke luar negeri disebabkan karena adanya masalah keamanan fisik dan masalah kesejahteraan ekonomi di Tiongkok.
2. Secara khusus, proses imigrasi dan perantauan etnis Tionghoa ke Indonesia disebabkan karena adanya kekacauan sosial dan masalah ekonomi di Tiongkok.
3. Imigrasi etnis Tionghoa sebelum periode tahun 1800 bersifat sporadis, dan kasuistis, dan tidak terstruktur. Pada umumnya terjadi karena perdagangan, dan adanya permintaan tenaga kerja (buruh) yang bekerja di perkebunan dan pertambangan di Indonesia.
4. Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia tahap ke-1, terjadi karena adanya perang antara Inggris vs Dinasti Qing (1839-1860). Pemerintah Inggris menjual candu (narkoba) di wilayah Tiongkok. Hal ini menyebabkan kekacauan sosial, meningkatkan kriminalitas dan resesi ekonomi di Tiongkok.
5. Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia tahap ke-2, terjadi karena adanya gerakan Kristenisasi oleh orang Tionghoa di Tiongkok yang menyebabkan terjadinya peristiwa Revolusi Taiping Rebellion (1850-1871) Tai Ping Tian Guo.
5.1. Pemimpin Revolusi Taiping yaitu Hong Xiuquan mengaku sebagai saudara Tuhan Yesus Kristus yang di utus dari Surga untuk memberikan pencerahan kepada rakyat Tiongkok.
5.2. Hong Xiuquan kemudian menciptakan agama baru yang disebut sebagai Agama Taiping Christianity.
5.3. Dengan bermodalkan ideologi agama baru, Hong Xiuquan mampu membuat para pengikutnya yang berjumlah sekitar 500.000 orang untuk menjadi tentara perang yang dikerahkan untuk melawan pasukan pemerintah Dinasti Qing.
5.4. Gerakan Taiping Christianity merupakan suatu gerakan Kristenisasi untuk menggantikan agama Tao, Khonghucu, Chinese Buddhism dan Folk Religion di Tiongkok. Sejarah mencatat ada banyak sekali Kelenteng Tao, Kelenteng Khonghucu dan Buddhist Temple yang dibakar dan dihancurkan oleh pasukan Taiping Christianity karena di anggap tidak sesuai dengan ajaran kristen.
5.5. Revolusi Taiping menyebabkan terjadinya penderitaan fisik dan kekacauan sosial di wilayah Southern (Selatan).
6. Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia tahap ke-3 terjadi karena adanya gerakan Kristenisasi oleh orang Asing di Tiongkok.
6.1. Yihequan Movement (Boxer Rebellion) yang terjadi tahun 1899-1900 merupakan masalah sosial dan masalah politik di Tiongkok yang timbul akibat dari perjanjian Treaty of Tientsin (Tianjin) dan the Convention of Peking, yang ditanda-tangani tahun 1860 saat Perang Candu ke-2, yang memberikan hak dan kebebasan kepada para Pendeta Kristen untuk menyebarkan Agama Kristen di Tiongkok dan hak untuk membeli Tanah yang kemudian digunakan untuk mendirikan Gereja di seluruh daratan Tiongkok.
6.2. Gerakan Yihequan Movement (Boxer Rebellion) yang didukung oleh pemerintah Dinasti Qing berperang melawan invasi dari 8 negara yang ingin menguasai wilayah tanah di Tiongkok. Invasi gabungan dari 8 Negara yang terdiri dari Inggris, Perancis, Rusia, Amerika, Austria-Hungary, Itali, dan Jepang merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan runtuhnya Dinasti Qing tahun 1912.
6.3. Pasukan 8 Negara dengan menggunakan politik adu-domba antara rakyat Tiongkok berhasil menghancurkan Gerakan Yihequan Movement (Boxer Rebellion).
7. Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia tahap ke-4 terjadi saat runtuhnya Dinasti Qing, dan berdirinya Republik Tiongkok tahun 1912 dan dimulainya perang saudara di dalam negeri Tiongkok antara kelompok Sun Yat-Sen, Yuan Shikai, dan Chiang Kai-Shek yang baru berakhir pada tahun 1949.
8. Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia tahap ke-5 terjadi karena penjajahan oleh Jepang dari periode 1930-an sampai 1945.
9. Proses Imigrasi etnis Tionghoa ke Indonesia berhenti total di tahun 1960-an.
10. Sangat jarang sekali ada etnis Tionghoa kelahiran Tiongkok kelahiran tahun 1965 ke atas yang dapat menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
11. Paska tahun 1965, hampir seluruh WNI etnis Tionghoa dilahirkan di Indonesia.
12. Pada umumnya imigran yang datang ke Indonesia berasal dari wilayah Southern (Selatan) yang meliputi, Nanjing, Shanghai, Zhejiang, Anhui, Jianxi, Hunan, Guizhou, Yunnan, Guanxi, Guangdong, Fujian, Hongkong dan Hainan.
Sedikit sekali yang berasal dari daerah Northern (Utara), seperti Beijing – Qinghai – Sichuan.
= Tan =
Xie xie koh atas tambahannya 🙂