Last Updated on 14 April 2017 by Herman Tan Manado
Cerita Hong Haoyun di Rumah Sakit Universitas Taiwan Nasional semakin seru. Apabila kamu belum membacanya dari awal, disarankan coba baca kisah seramnya dari bagian pertama dulu.
Di lingkungan rumah sakit, “mengantar orang yang meninggal” merupakan kegiatan yang pasti akan ditemui seluruh dokter. Kalau di kalangan mahasiswa praktek, yang paling sering adalah pada saat melakukan penyelamatan CPR.
Kalau sudah menjadi dokter, tugas yang harus dilakukan pun menjadi banyak, harus membuat surat keterangan kematian, mengatur segala administrasi. Kalau di tubuh yang meninggal ada garis atau bahkan stoma, maka ini merupakan mimpi buruk bagi si dokter yang bertugas!
Soalnya akan banyak lagi yang harus diurus. Setelah semuanya selesai diurus, tinggal mengenakan pakaian pada jenazah. Umumnya sampai tahap sini si perawat atau anggota keluarga yang bantu, dokter jarang ikut membantu.
Ada satu kali kejadiannya di ruangan ICU. Gua ada tangani satu pasien. Detak jantung si pasien sudah berhenti. Gua berdiri di depan layar monitor jantung yang sudah dalam keadaan garis lurus, gua mengumumkan jam kematian sang pasien.
Lalu mengantar anggota keluarga keluar sekalian menghibur mereka. Pas kembali ke ruangan ICU, pada saat menyibak tirai, gua melihat dua perawat sedang melakukan proses pembersihan.
Gua awalnya masih mengira, akan sama seperti hari-hari biasanya, di mana gua harus sendirian menjahit kembali luka-luka tanpa ada satupun yang menemani, makanya gua celetuk “Tumben, gitu banyak orang” (Padahal biasanya kalau pas lagi sibuk, gak ada satu perawat pun!)
Salah satu perawat yang sedang bekerja, sehabis mendengar ucapan gua langsung wajahnya berubah total menjadi masam. Betul-betul berubah total. Serius! Tidak disangka ada ekspresi wajah yang bisa kelihatan masam biarpun orangnya sedang mengenakan masker. Lalu satu perawat lagi juga ikut berjalan keluar.
Bagus jugalah, jadi biar gua yang mengerjakan tugas gua saja. Setelah menjahit dan membersihkan kembali luka-luka, gua cari perawat untuk diurus. Tiba-tiba si perawat dengan wajah masam itu malah hanya berjalan melintas saja. Woi, gimana ini!
Kalian penasaran mengapa si cewe itu tiba-tiba ekspresinya berubah? Baiklah, sekarang gua coba jelaskan apa sebenarnya yang terjadi pada saat itu. Belakangan gua baru tahu kalau si “Cewe Masam” ini adalah orang yang memiliki kemampuan khusus. Dia punya indra ke-enam! Benar! Dia memiliki kemampuan “mata batin”.
Nah, lucunya kalo kamu gak bisa melihat hantu, yah dia gak bisa napa-napain kamu. Tapi kalau kamu bisa melihatnya, maka dia bakalan ganggu kamu! Jadi orang yang memiliki mata batin ini harus pintar-pintar menyembunyikan kemampuannya.
Kalau sampai si hantu tahu kamu punya…Hehehe, dia akan terus mengusik kamu, membuat mesin keluar bunyi-bunyian gak jelas, melonggarkan tempat tidur, memecahkan gelas dan seterus-seterusnya. Jadi pas gua masuk dan celetuk “Tumben, kok gitu banyak orang” sebenarnya gua sudah melanggar pantangan si “Cewe Masam” ini.
Ooh.. Jadi maksudnya “Saat itu memang ada sangat banyak dong…” Aduh, gua waktu itu malah lagi gaya-gayaan. Bener-bener…
Bersambung ke part 6