Last Updated on 20 August 2020 by Herman Tan Manado
Dinasti Ming (1368-1644) atau Míng Chao 明朝 adalah dinasti etnis Han Tiongkok terakhir. Secara periode, dinasti ini berada di tengah 2 negara asing: Mongol yang dipimpin oleh Dinasti Yuan (1271-1368) dan Manchu yang dipimpin oleh Dinasti Qing (1644-1912). Ming adalah dinasti Tiongkok terpanjang ke-4, yang berkuasa selama 276 tahun.
Era Dinasti Ming dimulai sejak kemunduran kekaisaran Mongol, dan para pemberontak yang berasal dari orang2 suku Han (dipimpin oleh Zhu Yuanzhang) mulai menyatukan kekuatan untuk memulai perlawanan. Setelah berhasil mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Yuan, Dinasti ini berkembang pesat dengan pertumbuhan perdagangan ke luar negeri, serta perkembangan seni dan kerya sastra.
Berakhirnya Dinasti ini, ditandai dengan bencana alam, perang, dan adanya pemberontakan internal yang melemahkan Dinasti, hingga dapat ditaklukan oleh pasukan Manchuria, yang kemudian mendirikan Dinasti Qing.
A. Peristiwa2 Penting Sepanjang Dinasti Ming
♦ 1368 : Era Dinasti Ming diawali dengan pemberontakan yang dipimpin Zhu Yuanzhang, yang berhasil menaklukkan kekaisaran Mongolia, di bawah kepemimpinan Dinasti Yuan (1271-1368).
♦ 1402 – 1424 : Kaisar Yongle menghantarkan masa2 kemakmuran Dinasti Ming, termasuk perdagangan dengan bangsa Eropa. Ini berlanjut hingga akhir tahun 1500-an, ketika hal ini dilarang akibat adanya penyelundupan bersenjata dan adanya serangan bajak laut Jepang.
♦ 1420 : Ibukota pemerintahan Ming dipindahkan ke Beijing setelah Kota Terlarang selesai dibangun. Ibukota sebelumnya terletak Nanjing.
♦ Budaya tradisional berkembang selama Dinasti Ming berkuasa. 3 dari 4 Novel Klasik Terhebat dari karya sastra Tiongkok ditulis di jaman ini : “Kisah Tiga Negara” (Samkok), “Batas Air” (Water Margin), dan “Perjalanan ke Barat” (Jorney to the West).
♦ Tembok Besar memiliki peran paling besar di masa ini dibanding waktu lainnya sebagai pelindung wilayah daratan Tiongkok dari invasi utara selama era Ming.
♦ 1644 : Dinasti Ming berakhir ketika rakyat di wilayah selatan mulai memberontak, hingga akhirnya gerbang Tembok Besar di Shanhaiguan yang sengaja dibuka oleh Wu Shangui untuk dilewati prajurit Manchuria, yang akhirnya memulai masa Dinasti Qing (1644-1912).
Baca juga : Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok
B. Kebangkitan Pemberontakan Rakyat Petani (1358 – 1368)
Dinasti Yuan Dalam Kemunduran Fatal (1328 – 1368)
Selama 40 tahun pemerintahan Dinasti Yuan, terjadi kelaparan, kekeringan, banjir Sungai Kuning, wabah penyakit pes, dan berbagai bencana alam lainnya. Diperkirakan puluhan juta orang tewas dan menjadi tunawisma.
Lahir pada tahun 1328, Zhu Yuanzhang adalah anak laki-laki biasa diantara jutaan rakyat miskin kala itu. Ketika ia berusia 16 tahun, Sungai Kuning membanjiri rumahnya, dan seluruh anggota keluarganya tewas akibat terserang penyakit. Ia mengungsi ke suatu biara Budha, dan bergabung dengan para pemberontak ketika tempat pertapaan yang ia tinggali dihancurkan oleh prajurit Mongol.
Dengan puluhan tahun usaha, Zhu Yuanzhang menjadi pemimpin pasukan kuat.
Pada 1358, pasukan Zhu menaklukkan kota Nanjing. Ia menjadikan Nanjing sebagai pusat basis perlawanannya.
Lebih dari 10 tahun kemudian, dia mengalahkan pasukan musuh yang lain yang kuat. Tahun 1368, dia menyerang ibukota kerajaan Yuan di Dadu (Beijing) dan mendapatkan kendali atas Beijing. Sementara sisa2 dari pemerintahan Yuan kabur ke arah utara.
Keadaan situasi pada masa pergolakan Dinasti yuan itu dapat Anda lihat pada film “Heaven Sword Dragon Sable“, atau “Golok Pembunuh Naga” karya Jin Yong.
Baca juga : Zaman Kekaisaran Zhu Yuan Zhang
C. Kaisar Hongwu / Zhu Yuanzhang (1368 – 1398) – Pendirian Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang mengklaim telah mendapatkan mandat dari Surga tahun 1368, dan oleh karena itu Dia mendirikan Dinasti Ming. Kaisar Hongwu adalah gelarnya. Namanya bermakna “Tentara Militer Yang Mengagumkan dan Kuat”.
1. Struktur Pemerintahan Baru
Para kasim turun pangkat : Pada dinasti sebelumnya, kasim terlibat dalam politik internal, dan bertanggungjawab atas banyak kemunduran yang dialami pemerintahan. Untuk membatasi kewenangan mereka, dan memastikan sentralisasi wewenang, kasim tidak diperkenankan lagi untuk ikut campur dalam urusan resmi, dan harus buta huruf.
Kaisar Hongwu mengisi staf birokrasinya dengan pejabat yang lulus Ujian Negara Neo-Konfusius. Pejabat-pejabat baru ini bergantung pada pemerintah atas jabatan mereka, sehingga mereka mungkin lebih loyal dibanding para kasim. Secara umum, mereka cerdas dan berpendidikan.
2. Kebijakan Pro Rakyat
Hongwu tumbuh sebagai seorang petani, dari golongan rakyat biasa. Oleh karena itu, dia dapat memahami kondisi buruk yang dialami rakyat, karena Ia mengetahui bahwa rakyat miskin sering menjadi korban perbudakan dan tak diberi makan oleh orang2 kaya dan pejabat.
Pada masa kepemimpinannya, Dia membuat proyek kerja publik, dan berusaha untuk memberikan tanah kepada rakyat miskin. Saat di pertengahan masa kekuasaannya, Hongwu membuat kebijakan bahwa mereka yang mengolah tanah kosong menjadi lahan pertanian, boleh memiliki tanah tersebut tanpa dipungut pajak.
Pada akhir masa pemerintahannya, lahan pertanian berkembang pesat. Rakyat dan para petani makmur karena mereka menjual hasil tanaman ke kota yang berkembang. Selama masa pemerintahannya, populasi bertambah dengan cepat.
3. Kebijakan Anti Saudagar
Kaisar Hongwu yang tumbuh sebagai rakyat miskin, dan tahu benar bahwa rakyat sering dijadikan budak dan dieksploitasi oleh orang2 kaya dan pejabat.
Ia mencoba untuk melemahkan kaum saudagar, dan memaksa mereka membayar pajak yang tinggi. Dia bahkan memindahkan sebagian besar dari masyarakat kelas ini ke wilayah yang lebih terpencil. Pada 1371, Kaisar Hongwu mengeluarkan kebijakan larangan melaut.
4. Kaisar Jianwen (1399 – 1402)
Pad 1398, Kaisar Hongwu wafat. Sesuai wasiatnya, cucu Hongwu, Zhu Yunwen menjadi pemimpin baru, karena anak tertua Hongwu telah meninggal. Zhu Yunwen dikenal sebagai Kaisar Jianwen.
D. Kaisar Yongle (1402 – 1433) – Masa Keemasan Dinasti Ming Dimulai
Pada tahun 1402, paman Kaisar Jianwen, Zhu Di, memimpin pergerakan (kudeta) melawan pemerintahan. Zhu Di adalah anak keempat Hongwu, dan Ia menjadi kaisar ketiga dari Dinasti Ming, Kaisar Yongle.
1. Kota Terlarang dan Kanal Besar (1407–1415)
Tahun 1402, Zhu Di membakar habis istana yang dibangun oleh Hongwu di Nanjing. Kemudian, ia memindahkan ibukota ke Beijing dan membuat konstruksi ibukota baru, Kota Terlarang, selama tahun 1406 hingga 1420.
Agar dapat menyediakan transportasi cepat ke ibukota, ia membangun Kanal Besar mulai tahun 1411 hingga 1415. Ini meningkatkan perdagangan di wilayah utara.
2. Perdagangan Maritim dan Pelayaran Zheng He / Cheng H0 ke Barat (1405 – 1433)
Kaisar Yongle membangun armada kapal besar, dan menjadikan Zheng He (1371-1433), yang merupakan seorang kasim Muslim, pemimpin armada tersebut. Armada kapal dikirim dalam ekspedisi untuk mengumpulkan upeti, dan pergi ke barat untuk berdagang.
Armada kapal berlayar hingga Arab. Tercatat, Zheng He dan para pelaut Muslimnya melakukan Haji di Mekah. Ia mungkin juga telah mencapai pesisir timur pantai Afrika (ditemukan artefak2, berupa pecahan piring dan guci dari Dinasti Ming).
Dikatakan bahwa di sepanjang pelayarannya, 7 misi besar telah dilaksanakan, dan 2.000 kapal dibuat untuk melaksanakan misi-misi tersebut.
Baca juga : Laksamana Zheng He (Cheng Ho)
3. Kaisar Xuande (Memerintah Pada 1425 – 1435) – Kemakmuran Berlanjut
Sebagai kaisar kelima Dinasti Ming, Kaisar Xuande memerintah pada periode damai dan makmur.
Tahun 1432, Kaisar Xuande mengeluarkan kebijakan larangan melaut. Tahun 1433, pemerintah membatalkan anggaran misi pelayaran setelah wafatnya Zheng He.
Ia membangun sekolah dalam kerajaan bagi para kasim, supaya kasim kembali terlibat di dalam perpolitikan.
Meskipun pemerintahan Ming menghentikan pengiriman armada ke barat, orang2 dari Eropa Barat datang ke daratan China untuk berdagang dan menyebarkan agama kristen. Ada permintaan tinggi terhadap barang olahan, seperti porselen dan sutra, dari negara Barat dan Jepang.
Baca juga : 10 Fakta Dibalik Jalur Sutra Tiongkok
4. Kaisar Yingzong (1435 – 1449 dan 1457 – 1464) – Invasi Mongol Terjadi
Tahun 1449, seorang pemimpin Mongol memimpin invasi dan menangkap Kaisar Ying. Peristiwa ini disebut Krisis Tumu. Adiknya menjadi Kaisar Dai berkat dukungan pejabat istana. Setelah Kaisar Ying dilepaskan oleh Mongol, Ia menjadi tahanan rumah selama 7 tahun, sebelum mengambil kembali tahta setelah Kaisar Dai wafat pada tahun 1457.
5. Kaisar Zhengde (Memimpin Pada 1505–1521) — Orang Eropa Diusir
Pada awal 1500-an, Orang Eropa datang untuk berdagang. Rafael Perestrello, yang merupakan sepupu istri Christopher Columbus, datang ke Guangzhou tahun 1516 untuk berdagang.
Kemudian, ekspedisi pelayaran besar Portugis datang di Guangzhou pada tahun 1517, tapi mereka segera ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Setelah itu, sempat ada pertempuran laut, dan Portugis kalah.
6. Kaisar Jiajing (1521 – 1566) – Gempa Bumi Mematikan, Macau Diserahkan Kepada Portugis
Tahun 1556, gempa bumi besar terjadi di wilayah Shanxi (tengah China), yang dikatakan sebagai gempa paling mematikan sepanjang sejarah. Diperkirakan skitar 800.000 orang, atau 30% dari populasi Xi’an, tewas.
Pada 1557, orang2 Portugis meyakinkan pemerintah Ming untuk menyetujui perjanjian yang membuat Macau menjadi pelabuhan perdagangan resmi untuk Portugis.
7. Kaisar Wanli (1572 – 1620)
Kaisar Shen adalah kaisar yang paling lama memimpin dari Dinasti Ming. Pada akhir 1500-an, para saudagar sangat makmur karena perdagangan asing. Kekayaan negara menjadi sangat bergantung pada sektor perdagangan.
8. Jepang Diusir Dari Korea (1592–98)
Lalu pada tahun 1590-an, Dinasti Ming membantu sekutu mereka, Korea, untuk mengalahkan 2 kampanye (penyerbuan) yang dilakukan Jepang. Tapi ternyata itu sangat merugikan kerajaan, dimana 26 juta ons perak harus dikeluarkan sebagai biaya perang.
E. Pengaruh Yesuit (Jesuit) Dibatasi Pemerintahan Ming (sejak 1601)
Pada 1582, seorang Yesuit bernama Ricci berlabuh di Macau. Dia dan pengikut Jesuit lainnya sangat mengapresiasi filosofi dan budaya orang Ming dan belajar ajaran Konfusianisme dan Taoisme secara mendalam.
Tahun 1615, ada 10,000 orang pindah agama. Beberapa Yesuits diperbolehkan menjadi pejabat pemerintahan setelah tahun 1601. Beberapa pejabat Yesuits dalam pemerintahan Ming adalah ilmuwan yang pandai. Mereka mencoba untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan dan filosofi Barat kepada para pemimpin dan pejabat. Namun mengalami banyak kegagalan.
Kaisar Tianqi (Memimpin Pada Tahun 1620–1627) — Gempa Bumi dan Kelaparan
Pada awal 1600-an, ada banyak gempa bumi yang tidak wajar. Sejak 1621 hingga 1627, ada 2 gempa diatas 7 skala Richter.
Diparuh pertama tahun 1600-an, kelaparan adalah hal umum di wilayah China utara, karena cuaca kering dan dingin yang ekstrim memperpendek musim tanam. Pada saat itu, perubahan iklim juga diketaui terjadi di seluruh dunia, dan disebut Jaman Es Kecil.
F. Kaisar Chongzhen (1627 – 1644) – Kemiskinan, Pemberontakan, dan Invasi
1. Krisis Moneter
Pada 1639, seorang shogun Jepang (setara Perdana Menteri) membatasi impor asing sebagai bagian dari kebijakan isolasi. Pembatasan dagang ini juga berkontribusi sebagai penyebab krisis ekonomi kerajaan Ming. Harga perak melambung tinggi.
Karena inflasi harga perak dan bencana alam, para petani kesulitan membayar pajak dalam nilai perak sesuai peraturan. Ini menurunkan pendapatan kerajaan Ming, dan petani merasa membayar pajak dengan perak adalah beban berat.
Ada defisit besar, dan banyak prajurit yang terlantar dan keluar karena tidak dibayar.
2. Pemberontakan Sipil
Para prajurit Ming semakin putus asa, dan mungkin karena kurang makan. Seorang prajurit bernama Li Zicheng (1606 – 1645) memberontak bersama pasukan yang lain di wilayah barat kota Shaanxi pada awal 1630-an, setelah pemerintah gagal mengirim suplai ransum ke sana. Pasukan pemberontaknya berbasis di Hubei.
Tahun 1641, wabah besar muncul. Tak diketahui berapa banyak jumlah korban, tapi diperkirakan 90% populasi di satu area tewas.
Pada tahun 1640-an, mantan prajurit yang lain bernama Zhang Xianzhong (1606-1647) membuat basis pemberontak di Chengdu, Provinsi Sichuan.
Tahun 1644, prajurit Li Zicheng diijinkan masuk ke Beijing ketika seseorang membuka gerbang untuk mereka. Kaisar Ming terakhir, Chongzhen, memilih untuk gantung diri di sebuah pohon daripada ditahan musuh. Tapi tentara pemberontak tidak menikmati kemenangan ini.
3. Invasi Manchuria
Pemberontak yang dipimpin Li Zicheng mengirim pasukannya untuk menyerang pasukan seorang jenderal Ming yang bernama Wu Sangui, yang pasukannya kala itu menjaga perbatasan Tembok Besar menghalau invasi Manchu, tepatnya di Gerbang Shanhaiguan.
Melihat situasi yang berkembang, Wu Sangui memilih berpihak pada pihak Manchu, membuka perbatasan dan membiarkan mereka masuk melalui gerbang Tembok Besar. Pasukan Manchu pun kemudian menaklukkan ibukota kekaisaran Ming di Beijing pada tahun 1644.
Baca juga : Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok