Last Updated on 18 September 2021 by Herman Tan Manado

Festival Musim Gugur (Hanzi :中秋节; Pinyin : Zhōngqiū jié) atau lebih dikenal dengan Perayaan Kue Bulan merupakan hari suka cita masyarakat Tionghoa, yang dilambangkan dengan kehadiran bulan purnama penuh. Berdasarkan perhitungan kalender lunar (Imlek), festival ini jatuh setiap tanggal 15 bulan ke-8. Festival ini merupakan perayaan terbesar ke-2 setelah Imlek.

Pada hari ini, bulan akan berada di posisi paling dekat dengan bumi, berdampingan dengan batas langit, dan bersinar dengan warna yang kemerahan. Hal ini akan melambangkan bersatunya pria (matahari) dengan wanita (bulan), laiknya seperti Yin & Yang dalam filosofi tradisi China.

A. Legenda Kue Bulan : Kisah Hou Yi dan Chang E

Konon di jaman Tiongkok kuno, terdapat 10 buah matahari di langit. Orang2 tidak mampu menahan hawa panasnya. Tanaman mati, dan sungai mengering. Hal ini membuat seorang lelaki yang bernama Hou Yi ((后羿) maju untuk memperbaiki keadaan.

Hou Yi adalah seorang pemanah. Ia mendaki Gunung Kunlun dan memanah 9 matahari hingga jatuh padam, dan hanya menyisakan 1 di langit. Hou Yi juga memerintahkan 1 matahari itu untuk terbit dan terbenam sesuai waktu yang telah ditentukan. Berkat jasanya, Hou Yi dikenal luas masyarakat.

Legenda Chang E terbang ke bulan

Banyak orang yang ingin menjadi muridnya, serta belajar memanah darinya. Hou Yi juga mendapat hadiah Ramuan Keabadian dari Ibu Ratu. Pil ini konon dapat membuat orang biasa menjadi Dewa dan hidup abadi.

Hou Yi memiliki istri cantik, bernama Chang E (嫦娥). Hou Yi tidak ingin hidup abadi seperti seorang Dewa, dan meninggalkan sang istri sendirian di bumi. Ia memberikan ramuan obat keabadian kepada Chang E agar disimpannya. Sayangnya, salah satu murid Hou Yi bernama Feng Meng (逢蒙) mengetahui hal ini dan berkeinginan untuk memiliki ramuan tersebut.

Pada suatu hari, Hou Yi mengajak murid-muridnya untuk berburu dan berlatih memanah. Feng Meng berpura-pura sakit agar tidak diikutsertakan dalam perburuan ini. Ketika Hou Yi pergi, Peng Meng pergi ke rumahnya dan mengancam Chang E dengan pedang agar memberikan ramuan obat keabadian padanya.

Chang E pun menolak. Namun ia merasa bahwa ia tidak akan mampu melawan Feng Meng sendirian. Dalam keadaan yang panik itu, Chang E pun memutuskan untuk meminum ramuan obat keabadian itu.

Setelah meminumnya, Chang E merasa tubuhnya menjadi ringan. Ia pun perlahan terbang ke langit. Namun, Chang E masih merindukan suaminya, dan tidak ingin berpisah jauh darinya. Maka dari itu, Chang E memutuskan untuk tinggal di bulan, tempat terdekat dari bumi, agar dia senantiasa merasa dekat dengan sang suami.

Di bulan, Chang E ditemani oleh seekor Kelinci Giok agar tidak kesepian.

Hou Yi pun merasa sedih karena harus terpisah dari istrinya. Ketika itu, seorang Dewa yang mengetahui kejadian ini merasa iba. Beliau mendatangi Hou Yi dalam mimpinya, dan mengajarinya cara bertemu dengan Chang E. Dewa itu menyuruh Hou Yi untuk membuat kue bulan, dan memanggil nama Chang E secara terus menerus saat puncak bulan purnama.

Ketika bulan berada paling dekat dengan bumi (tanggal 15 bulan 8 Imlek). Hou Yi melaksanakan ajaran sang Dewa; dan benarlah, Chang E pun turun ke bumi dan menemui Hong Yi selama sehari.

Baca versi lengkapnya : Legenda Chang’e dan Hou Yi : Kisah Cinta Seorang Wanita Cantik dan Sang Pemanah 9 Matahari

B. Legenda Kue Bulan : Kisah Kelinci Giok

Perayaan Festival kue bulan juga tak terlepas dari Kelinci Giok (玉兔; Yùtù), teman setia Chang E yang menemaninya selama tinggal di bulan. Kelinci Giok bertugas membuat ramuan keabadian, sembari menemani Chang E agar tidak kesepian.

Legenda Kelinci Giok juga menarik disimak. Berikut kisahnya.

Konon di hutan, tinggallah 3 ekor binatang, yakni rubah, kera, dan kelinci. Kaisar Langit ingin menguji kesetiaan ke-3 hewan tersebut. Kaisar Langit pun turun ke hutan, lalu menjelma menjadi kakek tua yang tersesat di hutan dan kelaparan. Kakek tua itu meminta tolong kepada ke-3 binatang tersebut untuk memberinya makanan.

Kelinci Giok
Jade Rabbit/Kelinci Giok

Sang kera mencari buah-buahan di hutan, dan si rubah menangkap ikan di sungai. Sementara kelinci tidak dapat menemukan apa-apa. Kakek tua itu sedikit kecewa karena nyatanya mereka tidak bekerjasama. Akibatnya si kelinci tidak mampu membawa apa-apa. Sebagai gantinya, kelinci bersedia memasak untuk si kakek. Ketiga hewan tersebut kemudian membuat api dari kayu bakar.

Kelinci masih merasa bersalah, kemudian ia mengatakan bahwa sebagai ganti atas kegagalannya, ia bersedia mengorbankan diri untuk dimakan si kakek tua. Kelinci itu pun melompat ke dalam api.

Kaisar Langit terharu dengan pengorbanan si kelinci. Sang Kaisar pun menghidupkan kembali sang kelinci, sekaligus menjadikannya pembuat ramuan keabadiam di kahyangan.

Sang Kelinci pun bekerja dengan rajin. Namun, pada suatu hari, Ibu Ratu datang dan meminta tambahan ramuan keabadian untuk diberikan kepada Hou Yi, sang pemanah yang telah menolong rakyat yang tersiksa akibat 10 matahari. Permintaan ini melanggar aturan langit, sehingga kelinci menolak.

Ibu Ratu marah, dan memaksa kelinci untuk tetap menyerahkan ramuan keabadian tersebut. Kelinci pun takut akhirnya mengikuti kehendak Ibu Ratu.

Mendengar hal ini, Kaisar Langit menjadi murka kepada kelinci. Kelinci bersujud memohon ampunan dan bersedia menerima hukuman apapun. Kaisar Langit akhirnya memberi kelinci kesempatan, namun ia harus tinggal di bulan menemani Chang E, sembari tetap membuat ramuan keabadian.

Si kelinci lega, dan dengan senang hati menjalankan keputusan Kaisar Langit. Ia pun segera pergi ke bulan, dan tinggal di sana bersama Chang E, serta terus melaksanakan tugasnya sebagai pembuat ramuan.

Baca juga : 3 Kisah Legenda Mengenai Festival Musim Gugur : Dewi Bulan, Pria Penebang Pohon, dan Kelinci

C. Legenda Kue Bulan : Pemberontakan Zhu Yuanzhang

Menurut catatan sejarah, kue bulan muncul pada jaman Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan kisah pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang (朱元璋). Beliau memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat ada dalam sejarah di jaman Dinasti Song.

Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming berdiri.

Versi lain mengatakan, cerita lain terkait asal-usul Festival Kue Bulan bermula saat Tiongkok dikuasai Mongol. Ketika itu kerajaan Mongol menjalankan pemerintahan di wilayah China, dengan nama Dinasti Yuan (1280-1368).

Zhu Yuan Zhang, Kaisar pertama Dinasti Ming

Bagi yang suka baca atau nonton cerita silat, inilah jamannya Sin Tiaw Hiap Lu (a.k.a Yang Guo dan Xiao Long Ni) di mana kota Xiang Yang akhirnya jatuh ke tangan Mongol, dan seluruh China ada di bawah kekuasaan dinasti baru, Yuan. Dalam kurun waktu itu, pemberontakan untuk menumbangkan Dinasti Yuan berlangsung terus, dan belum pernah berhasil.

Akhirnya di kisaran tahun 1360-an, timbul gerakan bawah tanah, yang dipimpin oleh seorang petani, bernama Zhu Yuanzhang. Beliau memimpin gerakan perlawanan kepada penjajah Mongol.

Zhu dan penasehatnya, Liu Bowen, menyebarkan desas-desus bahwa ada penyakit yang tak tersembuhkan di masyarakat, dan hanya bisa dicegah dengan memakan kue bulan yang sudah dipersiapkan secara khusus oleh mereka. Waktu itu kebetulan jatuh pada pertengahan musim gugur, yaitu tanggal 15 bulan 8 Imlek.

Ternyata itu adalah satu siasat untuk menyebarkan pesan kepada rakyat, agar ikut mendukung pemberontakan menggulingkan penguasa Mongol.

Konon, penulisan pesan rahasia dilakukan dengan cara khusus, yakni dalam 4 buah kue bulan, dan dikemas dalam 1 kotak. Masing2 kue itu harus dipotong menjadi 4 bagian, sehingga total mendapatkan 16 potong kue, yang kemudian harus dirangkai sedemikian rupa, sehingga pesan rahasianya dapat terbaca.

Ada juga versi yang mengatakan bahwa pesan rahasia tersebut ditulis di kertas dan dimasukkan di tengah2 kue bulan.

Baca juga : Sejarah dan Asal Usul Festival Musim Gugur di Tiongkok

D. Kue Bulan (Mooncake) di Masa Kini

Dibalik legenda turun-temurun diatas, tersimpan pula budaya khas Tiongkok yang diwariskan hingga masa kini. Perayaan Festival Kue Bulan masih terus dilestarikan hingga kini. Festival ini juga menjadi ajang kuliner yang menarik. Di Indonesia, warga keturunan Tionghoa biasanya berkumpul dan membagikan kue bulan ke keluarga besarnya, sebagai sarana mempererat tali kekeluargaan.

Kue bulan juga dibagikan kepada teman2 dan rekan bisnis. Memberi kue bulan adalah simbol doa dan pengharapan baik, yakni harmoni dan kemakmuran bagi si penerima.

Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian, yaitu Gwee Pia, atau Tiong Ciu Pia. Sementara dalam dialek Hakka/Khek, kue bulan disebut Ngie̍t-Piáng.

Kategori kue bulan sebenarnya bervariasi, diantaranya sebagai berikut :

♦ Menurut cara pembuatan : ala Guangdong, ala Beijing, ala Taiwan, ala Hongkong, dan ala Chaozhou.
♦ Menurut rasa : manis, asin, pedas.
♦ Menurut isi : kuning telur, kacang-kacangan, potongan daging, tiramisu, buah2an, keju, hingga es krim.
♦ Menurut bahan kulit : tepung gandum, kacang hijau, kacang merah, dan teratai.

Berbagai restoran, hotel, dan toko-toko kue menjual kue bulan saat Festival Musim Gugur datang. Kebanyakan bentuknya juga masih khas kue bulan tradisional, yakni berbentuk bulat, yang melambangkan keutuhan keluarga.

Baca juga : Inilah 10 Rasa Kue Bulan Paling Enak : Kelezatan Cita Rasa Timur dan Barat

E. Resep Kue Bulan

Hal yang perlu disiapkan pertama kali dalam membuat kue bulan adalah sirupnya. Menurut beberapa resep tradisional, sirup sebaiknya dibuat sekitar 2 minggu sebelum membuat kue. Namun kini Anda juga dapat membeli sirup kue bulan yang sudah jadi, yang siap pakai, di toko2 kue atau toko online yang menjualnya.

Resep kue bulan

1. BAHAN SIRUP :

• 300 gram gula pasir
• 200 gram air
• 1 buah lemon, diiris
• 1/2 sdm maltose (gula gandum)
• 1/4 sdt garam

2. CARA MEMBUAT SIRUP KUE BULAN :

• Semua bahan diatas dimasak kira kira 1,5 s/d 2 jam hingga kental.
• Setelah dingin, baru siap dipakai. Jika disimpan dalam toples tertutup, maka bisa digunakan hingga 1 tahun. Setelah itu, siapkan bahan-bahan isiannya.

3. BAHAN ISI

• 500 g biji teratai, rebus dengan air secukupnya kemudian blender sampai halus
• 1 sdm air abu
• 350 g gula pasir
• 2 sdm sirup
• 400 ml minyak kacang
• 50 g kenari
• 12 potong kuning telur asin

4. CARA MEMBUAT :

Sirup : Campur semua bahan, masak sampai kental, dinginkan.

Kulit : Campur terigu dengan sirup, minyak, air abu, uleni sampai tidak lengket di tangan. Tutup dengan serbet basah. Biarkan selama ±3 jam.

Isian : Panaskan minyak kacang dengan sedikit gula pasir, masak jadi karamel, masukkan pasta biji teratai, air abu, sisa gula pasir, sirup, aduk rata. Tuang minyak kacang sedikit-sedikit hingga tercampur rata dan bisa dibentuk. Setelah itu angkat dan dinginkan.

Masukkan kenari, aduk, bulatkan adonan isi, beri bagian tengah dengan isian kuning telur asin, lalu bulatkan kembali. Setelah itu ambil adonan kulit, pipihkan, dan masukkan isian. Masukkan ke dalam cetakan kue bulan, yang sebelumnya telah dioles minyak dan ditaburi terigu sedikit agar tidak lengket.

Setelah cetakan kue terbentuk, keluarkan (dibalik). Lalu Panggang kue sekitar 15 menit.

Cetakan Kue Bulan
Cetakan Kue Bulan

Ada Pula Resep Kue Bulan Lainnya :

BAHAN A :

• 180 gram terigu protein rendah (low protein)

BAHAN B :

• 125 gram sirup
• 45 gram minyak kacang
• 1/2 sdm air abu (garam alkali)
• 1/8 biji air lemon
• Telur asin (optional)

CARA MEMBUAT :

1. Aduk rata bahan B, kemudian tambahkan bahan A, lalu diaduk rata.Diamkan kurang lebih 5 jam, boleh lebih simpan dalam wadah plastik tertutup.
2. Ambil adonan kulit 60 gram, dan isi dengan lotus pasta 100 gram, dan 1 butir kuning telur asin (optional), lalu bungkus. Lumuri tipis-tipis dengan terigu, baru dicetak pakai cetakan kue bulan (mooncake).

3. Panggang ±15 menit di dalam oven yang sudah dipanaskan sebelumnya dengan suhu ±175 derajat celcius.
4. Keluarkan dari oven, dan biarkan beberapa menit sebelum oles dengan kuning telur. Setelah itu panggang di oven lagi selama ±10 menit.

5. Keluarkan dari oven, dan oles lagi dengan salad oil (optional). Setelah itu dinginkan kue bulan dalam suhu ruangan. Sebenarnya kue bulan baru enak dimakan setelah 2 hari setelah pembuatan.

Baca juga : Cara Membuat Kue Bulan Termudah dan Terenak! Lengkap Dengan Resep & Bahannya

By Nabilla Khudori

Saya seorang Head of Business Development di sebuah startup. Dengan menulis, saya dapat belajar dan berbagi pengalaman dengan khalayak. Memahami budaya Tionghoa menarik bagi saya yang lahir dan besar di lingkungan yang plural. Hal ini juga menjadikan saya memiliki banyak referensi mengenai budaya dan adat Tionghoa. Meskipun begitu, saya merasa masih harus belajar lebih untuk memahami budaya Tionghoa itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?