Tradisi mengikat kaki (Hanzi : 缠足; Pinyin : chánzú) atau foot binding, lotus feed adalah tradisi yang dilakukan kepada / oleh wanita2 di Tiongkok sebelum abad ke-20 (1900-an). Mengikat kaki adalah praktik mematahkan, mengecilkan (dan membengkokkan) kaki gadis-gadis muda.
Hal ini dianggap lazim di China kuno, dengan tujuan agar cara berjalan terlihat ‘lebih cantik’ dan ramping.
Diperkirakan bahwa pada abad ke-19 (1800-an), sekitar 40% dari semua wanita China yang berasal dari kalangan atas telah mengikat kakinya.
A. Mengikat Kaki Menunjukkan Keindahan dan Status Sosial
Kaki yang diikat (dibentuk) menjadi berukuran kecil sekitar ±10 cm, dianggap menarik di jaman Tiongkok kuno. Dengan kaki terikat, seorang wanita akan dianggap lebih cantik, lebih seksi, karena cara berjalannya lebih anggun.
Selain itu, ini menunjukkan status sosial seorang gadis, karena orang2 kaya biasanya tidak perlu bekerja untuk mendapatkan uang. Namun, mengikat kaki akan membatasi wanita untuk tidak keluar, meninggalkan mereka tetap di rumah untuk melayani keluarga.
Baca juga : Lotus Feet : Definisi Kecantikan dan Status ala Tiongkok Kuno
B. Hanya Wanita Yang Memiliki Kaki Terikat
Meski catatan sejarah mengenai asal tradisi ini baru ditemukan sejak jaman Dinasti Song (960-1279), namun praktek mengikat kaki diperkirakan sudah lazim dilakukan sejak jaman Dinasti Han (206 SM -220 M).
Secara umum, ini adalah praktik khusus untuk wanita. Gadis-gadis muda yang berasal dari keluarga kaya akan memiliki kaki kecil yang terikat, sementara yang miskin tidak. Itu terutama karena orang2 yang berasal dari keluarga kaya akan memiliki pelayan untuk melayani semua kebutuhan mereka, karena itu mereka tidak biasa berjalan.
Sedangkan gadis-gadis miskin membutuhkan kaki yang normal untuk bekerja.
C. Tahapan Proses Dalam Mengikat Kaki
Mengikat kaki pada wanita dibawah usia 13 tahun, karena tulang masih lunak sehingga ‘dapat dibentuk’. Setelah melewati usia tersebut, mengikat kaki (foot binding) tidak bisa lagi dilakukan, dan kalaupun dipaksakan proses mengecilkan kaki ini akan sangat menyiksa bagi mereka.
Mengikat kaki biasanya dilakukan selama bulan2 musim dingin, karena suhu dingin di utara membuat kaki lebih cenderung mati rasa, dan oleh karena itu rasa sakit yang ditimbulkan tidak terlalu ekstrim. Pengikatan kaki ini dilakukan wanita yang dituakan dalam klan/keluarga sang anak, atau para dayang-dayang yang berpengalaman.
Persiapan
1. Air hangat membantu melembutkan kaki.
2. Enam kain jilid (panjang), masing-masing memiliki panjang ±3 meter.
3. Jarum dan benang untuk membantu menjahit kain yang mengikat.
4. Kapas untuk melindungi bagian dalam sepatu agar meminimalkan gesekan (menimbulkan iritasi) saat berjalan.
5. Gunting untuk memotong kuku.
Proses
• Langkah 1 : Rendam kaki dalam air hangat dengan ramuan tanaman herbal dan darah hewan. Ini membantu proses melunakkan kaki agar lebih mudah untuk diikat.
• Langkah 2 : Lipat/lengkungkan ke-4 jari kaki (selain jempol) hingga menempel ke telapak kaki dengan sekuat tenaga.
• Langkah 3 : Gunakan kain panjang untuk memperban / mengencangkan kaki, kemudian tekan jari-jari kaki hingga menyentuh telapak kaki. Pada beberapa gadis muda, tulang/jari kakinya akan segera retak saat ditekan kuat pertama kali. Untuk membiasakan diri dengan ikatan, ikat kaki sedikit longgar; kemudian semakin kencangkan ikatannya hari demi hari.
Proses ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga 1 bulan. Ritual dari mengikat kaki ini diulang sesering mungkin, 3x seminggu untuk mengganti kain/perban.
• Langkah 4 : Setelah kaki mulai kelihatan terbentuk (bengkok), patahkan jari-jari kaki dan lengkungan kaki dengan paksa! Kemudian gunakan kain yang panjang untuk mengencangkan kaki. Kaki perlu dikencangkan dengan cara ini, sampai mereka tidak bisa lagi tumbuh.
Ketika menulis artikel ini, sang penulis pun bergidik ketika membayangkan bagaimana rasa sakit ketika proses itu dilakukan pertama kali …
D. Efek Buruk pada Kesehatan
Infeksi adalah masalah paling umum terjadi pada ikat kaki (foot binding) ini. Karena kondisi perawatan kesehatan sangat rendah pada jaman dulu, jari-jari kaki mudah terinfeksi dan membusuk.
Cacat kaki : Mengikat kaki sebenarnya adalah praktik untuk mengikat jari-jari kaki ke telapak kaki dengan paksa, yang akan mengubah bentuk tulang kaki, sehingga kaki tidak akan bisa kembali seperti sedia kala.
E. Sejarah Mengikat Kaki di Tiongkok
1. Mengikat Kaki untuk Mendapatkan Perhatian Kaisar di abad ke-10
Tradisi mengikat kaki pertama yang tercatat dimulai pada jaman 5 Dinasti dan 10 Negara (907-979) dan menjadi lazim di jaman Dinasti Song (960-1279).
Baca juga : Dinasti Song, Dinasti Song Utara dan Selatan (Bagian I)
Menurut sejarah, selir favorit seorang Kaisar menari di atas bunga lotus emas dengan kaki terikat, yang kemudian mendapat perhatian sang Kaisar. Kemudian selir (gundik) yang lain pun menirunya; menjadikan praktik ini populer dalam istana, dan kemudian tersebar ke seluruh penjuru negeri. Praktik mengikat kaki ini dianggap melambangkan keindahan seorang wanita.
2. Wanita Yang Mengikat Kakinya Memiliki Pernikahan yang Baik Sejak Abad ke-12
Mengikat kaki dimulai di wilayah utara Negara itu, dan menyebar ke wilayah selatan. Pada abad ke-12, praktek ini semakin meluas di masyarakat biasa, dan memuncak pada masa Dinasti Qing.
Baca juga : Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok
Untuk memiliki pernikahan yang baik, anak perempuan harus mengikat kaki mereka antara usia 4 hingga 9 tahun. Mengikat kaki juga menunjukkan status sosial wanita, karena hanya orang2 miskin yang tidak perlu melakukannya.
3. Kampanye Anti-Foot Binding Gagal Berkali-kali
Pada awal abad ke-19 (1800-an), banyak intelektual muda Tiongkok masa itu yang berpikiran terbuka, mulai menganggap tradisi mengikat kaki sebagai bentuk keterbelakangan Tiongkok, dan menganjurkan untuk menghapus praktik tersebut Namun, setiap gerakan untuk menentangnya gagal.
Baru pada tahun 1912, tradisi mengikat kaki (foot binding) ini dilarang oleh pemerintah Republik Tiongkok yang baru.
4. Perlawanan “Anti Foot Binding” Yang Terkenal
Pada tahun 1883, Kang Youwei (seorang pejabat penting masa itu) mendirikan Anti-Foot Binding Society untuk memerangi pengikatan kaki ini. Dia meminta putri-putrinya untuk tidak mengikat kaki mereka sebagai contoh. Namun, pemikiran tentang mengikat kaki ini terlalu mendarah daging di masyarakat untuk diguncang.
Pada tahun 1902, Janda Permaisuri Cixi mengeluarkan dekrit anti foot binding yang pertama, tetapi segera dibatalkan.
Pada tahun 1912, Sun Yat-sen melarang segala macam bentuk pengikatan kaki pada gadis2 muda Tiongkok, dan menyuruh orang tua mereka untuk berhenti memaksakan praktik ini; dan baru pada saat itulah praktik ini mulai padam.
Hingga tahun 1950-an, hanya tinggal beberapa desa di wilayah selatan Yunnan saja yang kaum wanitanya masih menerapkan tradisi ini. Pada tahun 1999, Zhiqiang, pabrik sepatu terakhir yang membuat sepatu lotus di Harbin ditutup. Pada tahun 2007, diketahui hanya tinggal beberapa wanita lanjut usia (70+) di Tiongkok yang diketahui memiliki kaki terikat.
Masyarakat penganut agama Islam di barat Tiongkok (Qinghai, Ningxia, dulunya bernama Xia Barat, Xi Xia), dan penganut Konghucu di Tiongkok sendiri juga menentang praktek2 mengikat kaki bagi gadis-gagis muda ini.
Baca juga : Mengenang Perjuangan Dr. Sun Yat Sen
Baca juga : Sun Yat Sen Memorial Hall Guangzhou
5. Sulaman Indah Pada Sepatu Lengkung (arch shoes)
Ada beberapa jenis ‘sepatu lengkung‘ (弓鞋; gōngxié) untuk wanita dengan kaki terikat. Sepasang sepatu lengkung yang dibuat dengan baik, memiliki berbagai sulaman baik di dalam maupun di luar sepatu. Wanita kaya bahkan menambahkan beberapa aksesoris, seperti mutiara yang berkilau di bagian tumit.
Tradisi mengikat kaki, mengenakan korset, dan menggunakan sepatu hak tinggi adalah perilaku wanita dalam mengejar kecantikan. Namun praktek2 seperti ini, sampai taraf tertentu akan membahayakan kesehatan mereka.