Festival Hantu Lapar (Hungry Ghost Festival) dilakukan setahun sekali, yakni di Bulan Hantu (鬼月; Gui yue), tepatnya pada saat bulan purnama, tanggal 15 bulan ke 7 Imlek (七月半; Qi yue pan).

Dalam banyak hal, perayaan ini mengingatkan kita pada Hari Halloween (万圣节; Wanshengjie) atau malam untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia yang dirayakan di negara2 Barat.

Dalam budaya barat, ini sama seperti festival Halloween, yang dapat dijumpai di sejumlah negara (termasuk di Indonesia), yang dirayakan setiap tanggal 31 Oktober. Kostum seram, aneka permen, serta labu jack-o’-lantern, merupakan hal2 yang selalu ada, dan menjadi ikon dalam festival ini.

Seperti halnya kelompok masyarakat di belahan dunia yang lain, masyarakat Tionghoa pun memiliki tradisi yang telah berusia ribuan tahun, khususnya yang berkaitan dengan orang2 yang telah meninggal dunia, atau DUNIA ARWAH.

Menurut kepercayaan masyarakat Tiongkok pada masa itu, juga mengatur hal2 yang berkaitan dengan roh hantu yang bergentayangan di bumi. Saat para arwah datang mengunjungi dunia manusia di bulan ke-7 penanggalan Imlek, dibutuhkan serangkaian upacara ritual khusus sebagai tindakan preventif.

Baca juga : 4 Fakta Festival Bulan Hantu, Kearifan Lokal Masyarakat Tionghoa Yang Harus Dijaga!

A. Perbandingan Festival Bulan Hantu dengan Perayaan Halloween di Barat

Di Indonesia sendiri, terlepas dari adanya ‘Fatwa Haram’ yang sudah dikeluarkan MUI, festival Halloween tetap saja dirayakan oleh masyarakat multi etnis, termasuk kalangan sosialita jetset, istri2 pengusaha, istri2 pejabat, hingga di kalangan artis.

Pertanyaannya : Kenapa Festival Halloween malah jauh lebih populer ketimbang “Hungry Ghost Festival” bagi etnis Tionghoa sendiri? Tidak sedikit juga yang nyinyir dan mencela bahwa tradisi ini dianggap berhala. Padahal, mereka enjoy aja ketika melakukan festival yang serupa versi barat.

Festival Hantu Lapar yang dilakukan orang2 Asia Timur sebenarnya sama saja dengan perayaan Halloween yang dilakukan orang2 Barat. Hanya saja, orang2 Tionghoa masa kini cenderung lebih menyukai kebudayaan Barat, dibanding kebudayaannya sendiri.

Baca juga : 28 Pantangan Yang Perlu Diperhatikan di Bulan Hantu

Kebudayaan Eropa hingga Tiongkok memiliki tradisi hari untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia (hari para arwah), yang selama ribuan tahun lamanya telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakyat kuno, jauh sebelum masuknya agama Kristen di Eropa dan agama Buddha di Asia.

Di Inggris Raya, asal mula Halloween berawal dari hari raya tradisional suku bangsa Celtic, yang percaya bahwa hari terakhir di bulan Oktober merupakan “hari untuk memperingati orang2 yang telah meninggal” atau “hari hantu”.

Pada hari itu, para arwah datang menyeberangi perbatasan antara yang hidup dan yang mati. Hal ini mirip dengan kepercayaan di Tiongkok.

Masyarakat Tiongkok percaya bahwa pada hari2 di sepanjang bulan hantu (bulan ke-7 Imlek), terutama pada malam bulan purnama (tanggal 15), lebih dari sekedar jembatan perbatasan antara yang hidup dan yang mati.

Oleh sebab itu perlu diwaspadai, dengan membuat upacara khusus bagi mereka2 yang telah meninggal.

Masyarakat melakukan sembahyang untuk melindungi mereka, agar tidak diganggu atau dikerjai oleh para hantu yang berkeliaran, serta untuk menghormati leluhur dan orang2 lainnya di masa lampau. Dipercaya bahwa arwah dari orang yang telah meninggal dapat menolong dan melindungi mereka di dunia.

So, sebagai generasi penerus Tionghoa, sudah selayaknya kita juga turut melestarikan kearifan lokal budaya kita sendiri. Seperti ungkapan diatas, “Akuilah Bapakmu Sebagai Bapakmu, Bukan Bapak Orang Lain Sebagai Bapakmu.”

B. Bulan Hantu : Bulan ke-7 Imlek

Festival Bulan Hantu dirayakan pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Dalam penanggalan internasional, perayaan ini biasanya akan jatuh antara bulan Juli atau Agustus.

Festival Hantu Lapar merupakan salah satu dari beberapa perayaan tradisi persembahyangan kepada leluhur. Perayaan lainnya adalah Festival Cheng Beng dan H-1 Imlek (sembahyang leluhur). Sebutan resmi untuk Festival bulan hantu adalah Festival Zhongyuan (中元节; Zhong yuan jie).

Festival Hantu Lapar merupakan perayaan penting di Bulan Hantu (鬼月; Gui yue), yakni bulan ke-7 penanggalan Imlek. Diyakini bahwa arwah dari para leluhur mulai akan dibebaskan dari alam baka pada hari pertama di bulan tersebut.

Diantara 12 bulan dalam setahun, inilah bulan yang paling ditakuti masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu di Tiongkok.

Bagi sebagian orang, mereka cenderung menghindari kegiatan berenang di kolam, atau sendirian di malam hari, supaya jangan sampai diikuti dan ditakuti oleh para hantu.

Selain itu, orang2 juga cenderung menghindari untuk melakukan pernikahan di bulan ini, atau perjalanan wisata dengan transportasi pesawat dan kapal laut.

Menurut kepercayaan, sebuah ritual khusus perlu diadakan agar para hantu jangan sampai mengganggu, misalnya dengan menaruh papan arwah/foto leluhur di atas meja, membakar dupa di depannya, dan menyiapkan persembahan berupa makanan pada hari itu.

Masyarakat Tionghoa sendiri memiliki beberapa tradisi berkaitan dengan apa yang harus dilakukan pada tanggal 14 – 15 di bulan 7, serta hari2 di sepanjang bulan yang khusus ini.

1. Hari Pertama di Bulan Hantu (Tanggal 14)

Pada hari pertama di Bulan Hantu, masyarakat Tionghoa umumnya akan membakar uang2an kertas dan kertas perak di luar rumah, di luar tempat usaha, di sepanjang tepi jalan, di pasar, atau di lapangan terbuka. Mereka juga mendatangi kuil atau kelenteng setempat untuk memohon perlindungan.

Jika Anda mengunjungi Tiongkok, Taiwan, Hongkong atau Malaysia pada periode ini, Anda akan menjumpai masyarakat setempat yang disibukkan oleh kegiatan ini, dengan ditemukannya abu sisa2 uang kertas arwah yang terbakar berserakan. Para arwah dibekali dengan uang yang mereka butuhkan, agar tidak berkekurangan di alamnya.

Selain membakar uang2an kertas, masyarakat juga menyalakan dupa sebagai bentuk penghormatan, serta memberikan berbagai makanan sebagai persembahyangan kepada para hantu yang lapar.

Diyakini bahwa setelah memakan makanan yang disajikan dan dibekali dengan uang yang cukup, maka para hantu tidak akan melukai atau mengganggu manusia. Di beberapa tempat, sebagian orang akan memasang lampion2 kertas berwarna putih, termasuk di tempat tinggal dan area bisnis.

Di kuil2 atau kelenteng berlangsung upacara sembahyang untuk memperingati hari ini. Banyak yang percaya bahwa sangatlah penting menenangkan para arwah, agar terhindar dari gangguan hantu.

Tampak perayaan Festival Hantu Lapar yang dilakukan di Taiwan.

Baca juga : Heibai Wuchang dan Niutou Mamian; Legenda 4 Penjaga Dunia Akhirat yang Terkenal

2. Hari Terakhir di Bulan Hantu (Tanggal 15)

Pada Hari-H di bulan ke-7 ditandai pula dengan perayaan khusus. Inilah hari dimana gerbang neraka (地狱; Dìyù) akan ditutup kembali pada malamnya.

Masyarakat merayakan dan menjalani perayaan hari terakhir ini dengan berbagai cara. Orang2 akan membakar lebih banyak uang2an kertas dan pakaian, agar para hantu dapat menggunakannya di alamnya.

Banyak keluarga yang mengapungkan lampion berwarna-warni, yang terbuat dari kayu dan kertas ke sungai dari atas perahu di malam hari. Para keluarga menuliskan nama2 leluhur mereka di lampion. Dipercaya bahwa para hantu akan pergi mengikuti lampion yang mengapung di sungai.

Festival hantu lapar merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Tionghoa. Di Indonesia, perayaan ini dikenal dengan nama sembahyang rebutan, yang biasanya dilakukan di rumah2 abu sebagai bentuk penghormatan kepada arwah umum.

Baca juga : Asal Usul Sejarah Sembahyang Rebutan; Bulan Hantunya Orang Tionghoa!

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?