Last Updated on 3 May 2021 by Herman Tan Manado
Prosesi Sangjit dalam dialek Hokkian (Hanzi : 送日頭: Pinyin : Song ri tou) adalah acara perkenalan resmi antara keluarga besar dari pihak mempelai pria dan wanita dan merupakan momen hari yang berbahagia.
Meskipun jauh sebelumnya diantara keluarga sebenarnya sudah saling mengenal, namun pada acara Sangjitan akan tetap dilakukan seolah-olah kedua belah pihak baru pertama kali saling mengenal.
Intisari acara Sangjit adalah kesepakatan di antara kedua keluarga besar untuk saling menerima satu sama lainnya, saling mendukung dan bersepakat untuk menikahkan kedua calon mempelai.
Berikut 8 tahapan prosesi Sangjit yang umumnya dilakukan etnis Tionghoa di Indonesia :
1. Di acara ini calon mempelai pria dan wanita dilarang untuk berbicara terlalu banyak, dan harus lebih banyak mendengarkan. Kedua calon mempelai juga dilarang untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya di acara ini, dan juga tidak diperkenankan untuk melakukan interupsi percakapan yang sedang berlangsung.
Acara Sangjit sepenuhnya dikendalikan dan dipimpin oleh wakil dari masing-masing keluarga besar.
2. Biasanya dari pihak keluarga wanita akan diwakili oleh yang paling tertua yang masih hidup. Apabila Akong dan Ama masih hidup maka merekalah yang akan menjadi wakil dari keluarga wanita. Begitu juga sebaliknya untuk keluarga pria.
Namun apabila Akong & Ama sudah tiada, begitu juga dengan Papa dan Mama yang telah tiada, maka yang harus mewakili adalah kakak/adik dari garis pihak Papa. Apabila tidak memungkinkan juga maka yang akan menjadi wakil keluarga adalah Kakak tertua (baik bagi mempelai pria maupun wanita).
Baca juga : Orangtua Baru Meninggal, Apakah Bisa Menikah Dalam 100 Hari? Atau Harus Ditunda Setelah 3 Tahun?
Baca juga : Tradisi SANGJIT Dalam Budaya Tionghoa
3. Pihak keluarga mempelai pria akan mendatangi rumah keluarga mempelai wanita. Acara pada awalnya dibuka oleh keluarga lelaki dengan melakukan sembahyang (pay respect) meminta izin datang berkunjung di depan meja abu leluhur dari keluarga pihak perempuan.
Keluarga dari pihak perempuan sudah mempersiapkan alat-alat sembahyang beserta dengan sajian makanan dan buah-buahan di meja abu untuk para leluhur.
Kata-kata yang harus diucapkan saat sembahyang adalah memperkenalkan diri dan menyatakan maksud & tujuan dari kedatangan, contohnya sebagai berikut (di hadapan meja abu leluhur keluarga pihak perempuan, dengan suara lantang) :
“Saya (sebutkan nama) pada hari ini tanggal 10 bulan 10 tahun 2567 Imlek, mewakili anak/cucu saya (sebutkan namanya) datang untuk melamar (sebutkan nama calon mempelai wanita) yang merupakan anak dari (sebutkan namanya) cicit dari pihak (sebutkan nama pihak yang ada di depan meja abu).”
“Pada hari ini kami datang untuk membicarakan dengan pihak (sebutkan nama wakil dari pihak wanita) mengenai lamaran dan rencana pernikahan dari (sebutkan nama calon mempelai lelaki+perempuan). Kami memohon izin dan restu.”
Dan tambahan kalimat lainnya (sebenarnya ada buku klasik yang khusus membahas mengenai Sangjit ini).
4. Setelah itu dilanjutkan dengan acara jamuan teh (ada prosedur khusus tertentu yang harus di ikuti dan tidak boleh sembarangan). Kemudian dilanjutkan dengan acara tanya-jawab.
Masing-masing dari pihak perempuan dan pihak lelaki yang hadir saling memperkenalkan diri. Nama, alamat, pekerjaan dari adik-adiknya atau kakak-kakaknya secara umum (meskipun kelihatannya tidak ada sangkut-pautnya dengan acaranya namun hal ini tetap harus dilakukan agar lebih saling mengenal lebih dekat).
Pada acara inilah hal wajib dan harus ditanyakan kembali adalah mengenai silsilah dan riwayat hidup serta asal-usul dari masing-masing calon mempelai perempuan dan lelaki.
Bahkan tidak jarang akan ditanyakan riwayat hidup dan asal-usul dari generasi keturunan sebelumnya dari masing-masing keluarga pihak pria dan wanita. Kemudian akan ditanyakan tanggal lahir dan tempat lahirnya di mana, shionya apa, dsb.
Walaupun sebenarnya sudah saling mengetahui namun pada acara ini wajib ditanyakan dan diucapkan kembali, karena biasanya para keluarga Tionghoa menganggap (meyakini) bahwa arwah dan roh para leluhur dari kedua belah pihak juga turut hadir menyaksikan acara Sangjit ini.
Baca juga : Tradisi Tea Pai Dalam Rangkaian Pernikahan Adat Tionghoa
5. Dari pihak keluarga mempelai perempuan juga akan menanyakan apakah mempelai lelaki sudah pernah berumah-tangga? Atau apakah sudah punya anak dari hasil pernikahan sebelumnya? dsb.
Ditanyakan pula apabila sudah berumah-tangga maka akan tinggal di mana? Kemudian akan mencari nafkah dengan cara apa? Misalnya akan buka usaha toko kelontong/bengkel dsb, serta mengenai rencana hidup ke depannya.
Setelah acara/sesi tanya-jawab usai maka biasanya keluarga perempuan akan berkumpul untuk berbicara dan berdiskusi di ruangan lain. Pada titik inilah dibicarakan hal-hal penting apakah ada yang berkeberatan dengan lamaran ini.
Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak keluarga mempelai lelaki, ditanyakan kepada masing-masing anggota keluarga besar, apakah ada hal-hal yang masih harus ditanyakan dan harus diungkapkan, dicari titik temu apakah para anggota keluarga saling bersepakat atau tidak untuk menindak-lanjuti lamaran ini.
6. Setelah kedua keluarga besar dari pihak lelaki dan pihak perempuan selesai berunding secara internal, maka kemudian keluarga kedua belah pihak kembali berkumpul. Di ucapkan dan dinyatakan berdasarkan perundingan internal dari masing-masing keluarga apakah menindak-lanjuti acara lamaran ini atau tidak.
Intinya saling ucapin terima kasih, antara orang tua mempelai wanita karena masih ada yang mau nikahin anaknya; begitu juga dengan orang tua mempelai pria berterima kasih karena masih ada yang mau sama anaknya.
Apabila dari salah satu pihak tidak setuju maka akan langsung diungkapkan secara halus. Biasanya acara seserahan tidak jadi dilakukan dengan berbagai alasan. Dan salah satu pihak akan segera menyudahi acara Sangjit ini.
Apabila telah disepakati bersama barulah acara seserahan dilakukan (ada tata cara ritual tertentu menurut Agama Tionghoa dan tidak boleh dilakukan sembarangan dan asal-asalan).
Baca juga : Inilah 10 Macam Seserahan Wajib Dalam Sangjit; Seserahan ala Tionghoa
7. Kemudian setelah acara seserahan dilakukan dilanjutkan dengan acara jamuan makan dan di isi dengan pembicaraan2 ringan.
8. Kemudian saat akan pulang, keluarga dari pihak lelaki kembali bersembahyang di meja abu leluhur dari keluarga pihak perempuan. Ucapkan dan nyatakanlah dengan suara lantang atas hasil-hasil yang telah dicapai (kesepakatan bersama) dari acara Sangjit tsb.
Ucapkanlah apa rencana tindak-lanjut dari acara Sangjit selanjutnya. Kemudian terakhir ditutup minta restu agar jalan bagi calon mempelai dari kedua belah pihak tidak mendapat hambatan.
Setelah itu memohon pamit dan minta maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan. Contoh (ucapkan dengan suara lantang) :
“Saya (sebut nama) mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan pada kedatangan kami hari ini. Berdasarkan hasil pembicaraan antara … dengan … maka disepakati bahwa (nama mempelai wanita), telah menerima untuk dilamar menjadi istri dari (nama mempelai pria) dan untuk itu acara pernikahan akan di adakan pada … dsb (tambahan). Saya memohon restu dan mohon pamit kepada (sebutkan nama-nama leluhur yang ada di meja abu tsb).”
Setelah itu kedua belah keluarga besar saling soja dan pamit undur diri.
Baca juga : Tradisi SANGJIT Dalam Budaya Tionghoa
Setelah keluarga besar pihak lelaki kembali ke rumah maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan laporan dengan bersembahyang di depan meja abu para leluhurnya sendiri.
Ucapkan kembali dengan suara lantang mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dan disepakati bersama dengan pihak keluarga perempuan; mengulangi seperti yang telah diucapkan sebelumnya di depan meja abu leluhur dari pihak keluarga perempuan.
Catatan : Disempurnakan dari komentar Pengamat pada artikel Tradisi SANGJIT Dalam Budaya Tionghoa.
saya mau mengcopy pastekan ini…,kenapa tidak bisa ya……??????
tolong dong
Hi evi,
Di share saja. Media kami sudah cukup dirugikan oleh orang-orang yang meng-copy tanpa mencantumkan sumber rujukan.
Hargai jerih payah penulis…