Last Updated on 16 June 2021 by Herman Tan Manado
Kenapa di dunia ini ada orang yang kaya.. kaya sekali.. ada juga orang yang miskin, sampai makan untuk hari ini saja susah. Ada yang kerja keras kayak kerbau, tapi hasilnya segitu saja. Sering kita lihat, si A lahir di keluarga yang orang tuanya cukup berada. Sementara si B lahir di keluarga yang susah banget orang tuanya. Sebagian orang Tionghoa bilang, itu karena KARMANYA, 报应 (bàoyìng).
Ada yang terlahir cacat, ada yang sakit-sakitan, ada yang berumur pendek, ada yang autis, Apa benar TUHAN itu ADIL?
Karena andai bisa memilih, SIAPA yang tidak mau terlahir hidup senang? Yang kerjanya tidak lagi memikirkan hari esok makan apa? Melainkan pencitraan diri, pengembangan diri, charity (amal), kuliah hingga ke luar negeri, lantas tinggal mewarisi perusahaan keluarga, dan mendapat pasangan yang setara/kaya?
Apa benar, di dunia ini ada orang yang MEMILIH TERLAHIR SUSAH ketika ditanya TUHAN? Sampai MATI pun! Saya pribadi TIDAK PERCAYA!
Apa benar TUHAN menciptakan si A, katakanlah terlahir sebagai anak H*rry Tanoe, konglomerat besar, atau sebagai anak L*em Swie Liong; sementara si B hanya “dikasih” jalan terlahir di seorang pedagang asongan biasa. Benar, ada yang bisa melejit dari bawah, lalu menjadi orang sukses, seperti D*HLAN ISKAN. Tapi berapa banyak? berapa %?
“Terus dibilang, kalau kaya dan miskin bukan urusan TUHAN, tapi urusan nasib, kalau kamu berusaha kamu akan bisa kaya! Gak bisa, karena orang kaya mulainya dari modal gede, gimana mau bersaing? Sampai kapanpun anak saya gak bisa melawan dengan anaknya konglomerat, pasti beda nasibnya”. – Sujiwo Tejo, ILC 21 Jan 2020
Mayoritas orang berkata “Toh hidup sebagai orang kaya belum tentu enak, bisa ada masalah2 keluarga, terjerat narkoba, dsb”. Lah kalau begitu, kenapa mereka TIDAK MAU TUKAR KEHIDUPAN, dengan salah satu orang miskin yang ada disekitarnya? B*lsit! Untuk AMAL saja, masih pakai perhitungan per 10%; masih berani bilang mau jadi orang miskin?
Hanya saja, konsep di spiritual mereka, HANYA MENGAKUI HIDUP ITU HANYA SEKALI.
¹Lalu jika terlahir di keluarga wealthy family, apakah pasti hidup enak, pasti hoki? ²Apakah terlahir tampan dan cantik pasti selalu hoki?
Benar, tidak ada yang menjanjikan 100%. Perubahan2 memang masih bisa terjadi di tengah jalan. Misalnya saja, si anak kena culik, atau berumur pendek, atau sakit2an, atau masuk ke lingkaran setan (terjerumus narkoba, broken home). Namun paling tidak, si anak sudah punya start yang baik. Paling tidak, sudah tidak pusing besok mau makan apa, sudah tidak bingung bayar ini itu bagaimana.
Tinggal fokus ke urusan2 sosial saja, seperti ke filantropi, atau ke pencitraan diri. Hidup orang2 yang terlahir di keluarga yang wealthy family umumnya hidupnya lebih damai, ketimbang yang berasal dari kalangan bawah (bukan menengah).
Sementara mereka2 yang terlahir dengan fisik yang rupawan, paling tidak, chance (peluang) hoki nya lebih gede daripada mereka2 yang terlahir dengan buruk muka. Misalnya, lebih muda diterima dalam pekerjaan, terutama di bagian front office, karena faktor good looking.
Sudah tentu memiliki wajah yang good looking akan menunjang dalam karir, karena wajah adalah bagian/tempat pertama dimana orang melihatmu. Meski bos2 yang bijaksana bisa saja memilih karena faktor moral seseorang, tapi kebanyakan seperti itulah yang terjadi di lapangan, selain penilaian pendidikan dan pengalaman kerja tentunya.
Umat yang sama2 bersembahyang, tapi mengapa ada yang Jaya, ada yang tidak Jaya (menjadi sukses/kaya)?
Ini karena INTI TAKDIR mereka berbeda. Ini sedikit banyak juga ada kaitannya dengan past life (masa lalu) seseorang. Misalnya si A takdirnya berpenghasilan tiap bulan 50 ribu. Ia bersembahyang, nasibnya berubah. Jika ditambah 1 kali lipat, maka tiap bulan menjadi 100 ribu.
Sementara si B takdirnya berpenghasilan sebulan 5 ribu, Ia juga bersembahyang, berubah pula nasibnya, jika sekali lipat, juga hanya 10 ribu, 2 kali lipat pun masih hanya 15 ribu saja. Kelihatan jauh berbeda bukan?
Dari cerita diatas kita dapat berpikir, seandainya tidak sembahyang, sudah tentu kesempatan untuk merubah pun tidak ada. Namun soal merubah nasib ini biasanya yang bersangkutan tidak mengetahuinya, maka seakan2 seperti tidak ada bantuan dari yang DIATAS.
Tapi jelaslah, bahwa sebenarnya nasib itu dapat diubah-Nya dalam keadaan yang tidak diketahui oleh ybs.
Apakah jika karma manusia meningkat, maka jumlah manusia harus menurun? Ini kan ukurannya jiwa, bukan manusia. Masa TUHAN memberikan UJIAN yang berbeda-beda? Anda bisa mengatakan adil, karena Anda sekarang hidupnya nyaman. Coba lahir cacat, miskin, bodoh, pasti akan protes terhadap UJIAN yang diberikan.
Ayolah kawan, lepaskan ego kita, dan cobalah untuk merenung arti keadilan dari TUHAN, yang hanya akan terjawab dari teori reinkarnasi, yang mana adalah kelahiran berkali-kali untuk menuntaskan hutang piutang dan karma.
Karena pertanyaan mengapa TUHAN memberikan (status) kelahiran setiap orang yang berbeda2, hanya bisa terjawab dari reinkarnasi!
Hal ini tidak bisa hanya dijawab sesederhana itu, apalagi jika jawabannya adalah sekedar sekadar UJIAN belaka. Masalah jika dilahirkan cacat atau miskin itu urusannya TUHAN, atau DIA sudah tahu kekuatan makhluk tersebut, atau karena TUHAN tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan makluk ciptaan-Nya.
Pertanyaannya? Memangnya TUHAN sedang bereskperimen dengan MENTAL ciptaan-Nya? Kalau sudah tahu, kenapa harus diuji lagi?
Makanya hal-hal seperti ini SULIT DIJELASKAN. Katanya, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Jadi terima saja, tidak lagi mempermasalahkan, sebenarnya adalah sebuah bentuk-bentuk kepasrahan seseorang.
Reinkarnasi sebenarnya bisa dijelaskan secara sains (ilmu medis). Dalam tubuh setiap orang memiliki DNA (Deoxyribonucleic Acid; Asam deoksiribonukleat), yang didalamnya akan membawa segala informasi dari leluhur2 kita, dari kakek nenek kita.
Turunan2 karakter ini kemudian akan masuk ke dalam tubuh orang yang terlahir lagi. Itulah sebabnya seseorang bisa melihat dan merasakan kejadian2 yang dulu (atau past lifenya), karena di dalam DNA itu semua terekam informasi2 di masa lampau. (Om Hao, KTJ)
Sebenarnya karma ini berhubungan dengan hutang piutang. Kalau kita perhatikan, ketika kita berbuat jahat, pasti akan mendapat balasan yang jahat. Ada yang INSTAN, ada yang tidak instan. Yang tidak instan ini, dalam pembelajaran spiritual, ini akan carry over, jadi akan dibawa untuk reinkarnasi kehidupan berikutnya.
Nah makanya kalau kita berbicara KARMA, pasti berhubungan dengan REINKARNASI, karena ini sepaket. Karena kalau hanya karma saja, lantas kalau misalkan pada kehidupan yang sekarang ini tidak membayar, sesudah meninggal, ya selesai.
Tapi alam yang besar, yang maha agung ini, pasti ADIL. Dalam ilmu pengetahuan, yang disebut “data” itu abadi. Nah, dalam kehidupan manusia ini, track record, REKAM JEJAK inipun bersifat ABADI. Nah, makanya rekam jejak ini berhubungan erat dengan KARMA.
Sewaktu kita berbuat baik atau buruk, semua pasti terekam oleh YANG MAHA BESAR, MAHA AGUNG; pasti akan merekam itu semua, sekecil apapun itu, pasti ADIL. Makanya keadilan di dalam suatu tatanan yang maha agung, maha besar ini, walaupun berupa misteri, tetapi tetap ada KEADILAN disana.
Reinkarnasi ini membawa rekam jejak kita, di kehidupan kita yang sebelumnya. Selain rekam jejak ini, kita juga lahir atas evolusi dari peradaban kita juga.
Kalau misalkan kita lihat anak-anak, kenapa kok ada anak-anak yang galak, ada yang penakut, ada yang baik hati, nah ini semua adalah bawaan lahir. Dia punya KARAKTERNYA sendiri, ini adalah hasil dari evolusi dia sebelumnya.
Karma ini juga sama, ada plus dan minusnya. Makanya di dunia ini ada yang menagih piutang, ada yang membayar hutang, tidak akan ada habis-habisnya.
Tujuan adanya agama, adanya arahan, supaya orang-orang BERBUAT BAIK, itu supaya mendapatkan KARMA BAIKNYA.
Karma ini, jika mau dijelaskan dengan detail, tidak bisa dijelaskan dengan singkat, karena TALI IKATANNYA banyak sekali. Karena tidak mungkin kita hidup hanya berinteraksi dengan 1 orang, pasti dengan banyak orang.
Nanti hubungannya dengan reinkarnasi, hubungannya dengan sukmanya, kenapa manusia di dunia ini bertambah banyak? Ini semua tidak bisa dengan penjabaran sekedarnya.
Kadang Anda harus mengalaminya dalam perjalanan spiritual sendiri.
Sedikit saja, bahwa manusia ini lahir karena EVOLUSI KARMA dan EVOLUSI PERADABANNYA masing-masing.
Misalkan kalau kita ambil skala angka 0-10, kira-kira kita saat ini pada posisi mana? Mungkin kalau kita ngomong 5? 6? ya kuranglah. Okelah, 7.
Ilustrasinya, kucing anaknya kucing. Anjing ya anaknya anjing. Pohon mangga buahnya pasti mangga, tidak mungkin yang lain. Makanya, dengan adanya karma dan peradabannya, berarti karakter yang kita bawa ini akan masuk ke slotnya masing-masing.
Kalau karakternya, contoh misalkan yang ekstrim, katakanlah saya termasuk kelompok kucing anggora, masak nikahnya sama kucing kurap?
Ini ada KELASNYA, meskipun kita tidak mengkelas-kelaskan, tapi dia akan TERSUSUN SENDIRI. Contoh lain, tidak mungkin burung elang akan kumpul dengan burung pipit. Jadi hal-hal yang begini, secara tidak langsung dia akan HARMONI sendiri.
Kayak misalkan, kita kasih kerikil, pasir, sampah, lalu disaring di nampan yang besar, lalu coba kita goyang sedikit, nanti pasti akan TERPISAH SENDIRI. Nah, dalam kehidupan juga akan seperti itu. Makanya, diharapkan agar orang berbuat baik, berbuat baik, supaya apa? Supaya KELASNYA NAIK.
Istilahnya, di kehidupan berikutnya, kita paling tidak lebih enak hidupnya.
Pernahkah Anda Bertanya Pada Diri Sendiri : Mengapa Kita Lahir? Mengapa Kita Hidup?
Kalau seseorang sudah mempelajari spiritual yang ada, akan mengetahui bahwa ternyata bahwa ada 1 sistem yang siklusnya ini, kalau kamu tidak selesai, kamu akan akan LAHIR, LAHIR, dan LAHIR; tidak bisa lari, terputar terus disitu (roda reinkarnasi).
Terlepas dari siapa bapakmu, siapa ibumu, itu hanya FASILITASNYA saja, lewat mana kamu keluar. Tapi pertanggung-jawabannya itu, dengan apa yang kamu BAWA, dengan apa yang kamu HUTANG, itu masing2 individu sendiri.
Cuma hanya bisa dikelompokkan, misalnya kalau kamu nilainya 6, ya lahir di keluarga yang nilainya 6. Kalau kamu nilainya 7, ya lahir di keluarga yang nilainya 7; FIT PADA SLOTNYA MASING2.
Makanya itu, engga mungkin anjing anaknya kucing, harimau ya anaknya harimau; ini masuk ke slotnya masing2.
Itulah kenapa kita lahir, ya karena ZIRAN 自然, alamiah yang besar ini; memang terputarnya seperti itu. Masalahnya adalah kita tidak memahami, dan sering kali kita tidak ada kesempatan, atau tidak ada kejodohan untuk masuk/mencari (jawaban) disana.
Lantas begitu saya lahir, apa arti hidup ini? Apakah hanya sekedar menjalani, atau menjalani penderitaan, atau seperti apa? Hidup ini membingungkan. Ada senang, ada sedih, kemudian ada yang mati. Kalau misalkan kita matinya tua, mati sakit, raga sudah tidak menopang, itu masih dikatakan orang “wajar”.
Nah sekarang kalau matinya bunuh diri? atau dibunuh? atau kecelakaan? Ini yang membingungkan.
Pasti ada sebabnya. Hanya mungkin mereka2 yang belajar spiritual, yang mencoba untuk memahami Tuhannya Yang Maha Besar ini, baru sedikit bisa membuka tabir misteri yang ada.
Berarti sebenarnya sebelum kita lahir, MIA 名 nya sudah ditentukan? Mia itu bukan ditentuin, tapi terbawa. karena evolusi dari peradaban dan karma kita sebelumnya.
Ini semua terjawab kalau kita bisa masuk ke spiritual? Tergantung pada pola pikir dan latar belakang seseorang. Kalau misalkan sejak kecil bayi sudah dicekokin, tidak berkembang dalam pola pikir, ya susah, engga bisa. Karena sejak awal sudah DIDOKTRINASI, terkurung dalam pemahamannya sendiri.
Dalam agama Taoisme, karma yang didapat dari dosa itu DITANGGUNG OLEH ORANGNYA SENDIRI. Tidak ada cerita itu seperti disebelah, dimana cukup bertobat di detik2 terakhir menjelang kematian (sakratul maut), lantas bisa masuk surga, dan menghilangkan segala dosa yang telah diperbuatnya.
Walaupun ada pengertian “Orang tua berbuat kebaikan, anak cucu dienakkan. Anak cucu berbuat kebaikan, orang tua dienakkan.”
Maksudnya, kalau orang tua berbuat baik, pasti banyak orang2 yang akan mengenang jasanya. Jadi, anak cucunya kemungkinan besar akan diberikan kemudahan2 oleh orang2 yang mengenal orang tuanya.
Sebaliknya, ketika anak cucu berbuat kebaikan, tentu orang2 yang mengenal si anak cucu pasti dengan sendirinya merasa segan, dan menghormati orang tuanya. Jadi hal ini sebenarnya sangat logika.
Lalu misalkan dalam suatu kehidupan orang tua banyak berbuat jasa besar. Maka ketika mereka sudah tiada, Langit pasti akan membantu anak cucunya.
Begitu pun sebaliknya, ketika orang tuanya sudah meninggal, karena melihat jasa besar yang diperbuat anak cucunya, Langit juga akan memberikan kemudahan2 bagi mereka “di alam sana”.
Namun hal ini bukan berarti MENGHAPUS KARMANYA. Karena karma tetap harus DIBAYAR! Kalau tidak pada kehidupan ini, ya berarti pada kehidupan mendatang.
Jalinan antara orang tua dan anak membutuhkan kejodohan. Tanpa kejodohan, tidak mungkin bisa berkumpul dalam 1 keluarga. Yakinlah Shen Xian sangat Welas Asih. Jadi, tunjukkanlah dulu kualitas diri sendiri, baru bisa menggetarkan hati para Shen Xian!