Hari Ceng Beng, Cengbeng, atau Qing Ming (清明) adalah suatu hari ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya.
Warga Tionghoa biasanya akan datang ke makam kuburan orang tua atau leluhur untuk membersihkannya (扫墓, Saomu, menyapu makam), dan sekalian bersembahyang di makam tersebut sambil membawa buah2an, aneka kue, berbagai macam makanan, serta karangan bunga.
Namun ada 1 momen yang unik yang dilakukan disetiap perayaan Cengbeng ini, dimana disetiap makam/kubur, diatasnya akan disebarkan/ditaruh kertas perak dan kertas kuning/emas (kertas kim coa, kim cua) setiap kali selesai dibersihkan.
Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau tradisi Ceng Beng (清明) ini sudah berasal sejak jaman dinasti Han (202 SM-220 M). Lalu perlahan tradisi ini mulai populer pzada jaman dinasti Tang (618-907), tepatnya pada masa kepemimpinan Kaisar Xuanzong (玄宗).
Namun penggunaan kertas yang diletakkan diatas kubur (sebagai tanda bahwa kubur sudah dibersihkan/dikunjungi oleh keluarga), berawal dari jaman kekaisaran Zhu Yuanzhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M).
Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada biarawan dari sebuah kuil.
Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat Ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan “dinasti asing” yang menguasai Tiongkok saat itu, Dinasti Yuan (1271-1368 M) dan akhirnya menjadi seorang Kaisar.
Saat Cengbeng, kita kembali dari tempat jauh dan pulang ke kampung halaman; untuk mengingat SIAPA KITA, dan DARI MANA (akar) kita berasal. Semua keturunan datang berlutut disini, di depan pusara para leluhur yang telah mendahului.
Setelah menjadi Kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia, dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang Kaisar, Zhu Yuanzhang mengeluarkan dekrit atau perintah kepada seluruh rakyatnya, untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing2 pada hari yang telah ditentukan.
Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh/menyebarkan kertas kuning/emas di atas masing2 makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, sang Kaisar memeriksa makam2 yang ada di desa, dan menemukan ada makam2 yang belum dibersihkan, serta tidak diberi penanda kertas kuning.
Kemudian sang Kaisar pun menziarahi makam2 tersebut, dengan berasumsi bahawa di antara makam2 tersebut pastilah ada yang merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya.
Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal penggunaan kertas perak/kertas kuning sebagai penanda diatas kubur, yang kemudian dijadikan tradisi setiap tahunnya dalam setiap memperingati Cengbeng.
♦ Kapan Waktu Terbaik Melakukan Cengbeng / Ziarah kubur?
Menjelang bulan April umumnya banyak yang bertanya, apakah ada tanggal yang baik/kapan waktu yang baik untuk mengunjungi makam orang2 yang mereka cintai selama musim perayaan Cengbeng.
Bagi sebagian orang juga mungkin perlu menyesuaikan waktu karena harus mengunjungi beberapa lokasi makam leluhur yang terpisah.
Secara tradisional, waktu untuk melakukan ziarah kubur/makam Cengbeng, yakni antara 10 hari sebelum hari Cengbeng, hingga 10 hari setelah hari Cengbeng (antara 26 maret-15 april).
Namun karena kesibukan masing2, puncak perayaan Cengbeng biasanya jatuh pada hari minggu terdekat, sebelum tanggal 5 April.
Baca juga : Hari Ceng Beng (Festival Qing Ming)
♦ Lalu Apa Tujuan Dari Perayaan Ceng Beng Itu Sendiri?
Tentu saja, yang terpenting dari festival Cengbeng ini adalah untuk mengingat orang2 terkasih yang telah mendahului kita. Selain itu, hari Cengbeng juga merupakan waktu yang tepat untuk berkumpul, dan mempererat hubungan bersama sanak keluarga yang datang dari jauh.
Ajaran Konfusianisme menekankan agar memperlakukan orang tua kita dengan BERBAKTI (孝, Xiao); baik semasa mereka hidup, maupun ketika mereka sudah tiada. Untuk menghormati dan menunjukkan tanda bakti kepada orang tua/leluhur, penting untuk membawa beberapa makanan favorit mereka semasa hidup.
Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem, atau sekedar menengok ke makam orang tua. Itu salah besar!
Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, dan hubungan kekeluargaan semakin erat terjalin!
Itu seperti memberi kepercayaan diri kepada seseorang, bahwa diantara para orang mati, ada tradisi yang masih hidup.
Baca juga : 8 Hal Tentang Festival Ceng Beng Yang Perlu Pembaca Ketahui