Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ketika dua insan saling jatuh cinta, maka apapun akan dilakukan untuk menyatukan cinta mereka.
Berbagai halangan dan rintangan akan ditempuh untuk selalu bersama. Inilah arti kekuatan cinta sesungguhnya. Kisah cinta 6000 anak tangga ini mungkin sudah banyak di share orang sejak merebut perhatian dunia di tahun 2006 lalu, tapi tak apalah di share kembali kepada pembaca.
Awal kisah ini terjadi sekitar pada awal tahun 1950-an, dimana ada seorang remaja bernama Liu Guojiang (19 tahun), mendengar jeritan seorang perempuan yang tercebur ke sungai.
Ia yang tinggal di pinggir sungai itu, segera melihat apa yang terjadi dan serta merta ia menolongnya. Ternyata perempuan itu adalah Xu Chaoqin, seorang janda beranak empat yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua darinya.
Setelah menolong, ia mengantarkan Chaoqin ke rumahnya. Sejak itulah Guojiang sering membantu Chaoqin; mencari kayu bakar, mencari air, dan pekerjaan rumah tangga lain.
Karena seringnya membantu Chaoqin, rumor pun merebak. Seorang pemuda yang sering ke rumah seorang janda muda mendatangkan sangkaan-sangkaan negatif. Orangtua Guojiang khawatir anaknya jatuh cinta pada janda itu. Lalu mereka menyarankan agar pemuda itu mencari gadis lain yang sebaya dan cantik.
Akan tetapi, pemuda itu tidak mau dan malah menikahi Xu Xhaoqin 4 tahun kemudian.
Pada waktu itu, bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua tidak akan bisa diterima oleh lingkungan masyarakat dan dianggap tidak bermoral.
Untuk menghindari gosip yang beredar dan cemoohan dari masyarakat setempat yang belum bisa menerima keadaan mereka, keduanya memutuskan untuk meninggalkan desa mereka dan tinggal di sebuah gua yang berada di dalam hutan sebuah pegunungan.
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa. Di sana, mereka harus hidup sendiri, tanpa listrik listrik dan makanan. Untuk mengisi perut, mereka terpaksa memakan rumput dan akar di gunung. Agar ada penerangan, Guojiang mengadalkan lampu minyak tanah.
Chaoqin sungguh merasa kasihan pada suaminya yang harus bekerja keras dan hidup terasing dari masyarakat. Semua itu, menurut pikirannya, merupakan pengorbanan yang amat besar.
Untuk meyakinkan kekhawatirannya, Guojiang ia tanyai. “Apakah kamu menyesal?” tanya Chaoqin. Guojiang menyahut dengan bijak, “Selama kita tekun, hidup akan lebih baik,” ujarnya.
Pada tahun kedua, mereka mulai mencoba membangun “hidup baru yang lebih baik”. Untuk naik turun gunung, demi orang yang dikasihinya, Guojiang membuat anak tangga satu per satu, tahun demi tahun. Semua itu dikerjakan seorang diri dan hanya menggunakan kekuatan tangan dan berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, tepatnya pada pertengahan tahun 2001, sebuah kelompok petualang datang ke hutan tersebut untuk menjelajahi hutan tersebut.
Betapa terkejutnya mereka karena menemukan sepasang suami istri yang menetap di hutan dan ada 6000 tanjakan yang dibuat dari tangan. Mereka juga menemukan tujuh anakm buah cinta Guojiang dan Chaoqin.
“Orangtua saya saling mencintai satu sama lain, mereka dapat hidup bersama selama 50 tahun dan tidak pernah berpisah dalam keseharian mereka.
Ayah membuat 6000 injakan untuk membuat ibu merasa nyaman, sehingga ia lebih mudah untuk turun dan naik gunung,”cerita Liu MingSheng, anak ketujuh dari Guojiang dan Chaoqin.
Sayangnya, kisah cinta mereka itu berakhir tiga tahun lalu, ketika Guojiang terjatuh sehabis pulang meladang dan pingsan. Chaoqin duduk dan terus berdoa di samping suaminya yang tak berdaya. Enam hari kemudian Guojiang meninggal dalam pelukannya dengan memegang erat tangan Chaoqin.
Anak-anak dan orang lain yang datang menjenguknya sampai kesulitan memisahkan genggaman tangan Guojiang yang memegang erat tangan Chaoqin. Ada yang menyebutkan, eratnya tangan Guojiang menandakan betapa besarnya cintanya pada Chaoqin.
Perempuan yang saat itu berusia 80 tahun menangis tersedu-sedu. “Kamu telah berjanji padaku akan memeliharaku dan akan selalu bersamaku hingga aku meninggal. Sekarang kamu mendahuluiku, bagaimana aku bisa hidup tanpamu?” tangis Chaoqin.
Kisah cinta itu begitu mengharukan dan pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu kisah cinta yang terkenal di China. 6000 anak tangga di Gunung Tan, di kabupaten Jiangjin, China menjadi saksi cinta sejati mereka.
Untuk mengingat kisah cinta Guojiang-Chaoqin ini, pemerintah setempat melestarikannya sebagai “Anak Tangga Cinta” dan menjadikan tempat itu sebagai “museum cinta”.