Perguruan Tinggi Wansong berlokasi di sisi utara punggung bukit Wangsong, di atas Pegunungan Phoenix. Konon di perguruan tinggi inilah tempat dimana Liang Shanbo (梁山伯) dan Zhu Yingtai (祝英台), atau di Indonesia lebih dikenal dengan kisah Sampek dan Engtay, mengenal satu sama lain dan saling jatuh cinta.

Legenda ini diatur dalam suasana masa Dinasti Jin Timur (265-420 M).

Perguruan Tinggi Wansong : Kemurnian Cinta Sepasang Remaja

Dikisahkan dalam legenda Butterfly Lovers (Sampek Engtay), bahwa Zhu Yingtai (Engtay) adalah seorang gadis muda dari Shangyu, Zhejiang.

Dia merupakan putri tunggal dari sebuah keluarga kaya, suka berpakaian ala pria, yang sedang belajar di Perguruan Tinggi Wansong bersama Liang Shanbo. Ketika itu ia menyamar sebagai seorang laki-laki dan pergi ke Hangzhou untuk belajar.

Dalam perjalanannya, ia berkenalan dengan Liang Shanbo (Sampek), yang berasal dari Kuaiji. Mereka memutuskan diri menjadi saudara angkat.

Di sekolah. Yingtai mulai jatuh cinta dengan Shanbo. Namun lambat laun Liang Shanbo pun mengetahui bahwa Zhu Yingtai ternyata adalah seorang gadis, dan akhirnya keduanya saling jatuh cinta.

3 tahun kemudian, Yingtai menerima surat dari ayahnya yang meminta ia agar pulang secepatnya. Yingtai yang sudah memiliki firasat bahwa ia pasti akan dijodohkan dengan lelaki lain pilihan ayahnya.

Saking terkenalnya kisah ini, pada September 2008 dibuatkan sebuah momumen di Verona, Italia, sebuah “kota cinta” yang tidak kalah terkenal, Romeo dan Juliet.

Maka itu sebelum pergi, ia membuka kedoknya pada istri kepala sekolahnya, dan meminta agar ia memberikan sebuah kalung kepada Shanbo sebagai hadiah pertunangan.

Akhirnya Shanbo pun mengantar Yingtai pulang sejauh 18 mil. Dalam perjalanan, Yingtai mendapat ide untuk menjodohkan Shanbo dengan adik perempuannya (dengan maksud agar dia tidak menjadi patah hati). Ia meminta Shanbo untuk datang ke rumahnya agar ia dapat diperkenalkan dengan adik tersebut.

Ketika Shanbo tiba di rumah Yingtai, ia akhirnya mengetahui rahasianya. Namun orangtua Yingtai memaksanya untuk menikahi orang lain. Mereka tidak dapat hidup bersama, karena hubungan yang ditentang oleh orang tua Yingtai.

Shanbo sakit hati dan akhirnya meninggal dunia. Pada hari pernikahan Yingtai, mereka tidak dapat pergi ke rumah mempelai laki-laki yang dijodohkan ayahnya karena terhadang badai di dekat perkuburan Shanbo.

Zhu Yingtai pun pergi ke kuburan tersebut, dan meminta agar kuburan tersebut terbuka. Ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di depan kubur sang kekasih.

Tiba-tiba hal ini terjadi, dan Yingtai pun meloncat ke dalam kuburan dan bergabung dengan jasad Shanbo di dalamnya. Jiwa mereka pun dilahirkan kembali sebagai sepasang kupu-kupu yang terbang bersama.

Baca juga : Festival Qi Xi, Kisah Gembala Sapi Niu Lang dan Gadis Penenun Zhi Nu

Cerita Liang Shanbo dan Zhu Yingtai diatas merupakan 1 dari 4 “The China’s Four Great Folktales” yang sudah terkenal seantero dunia!

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?