Tiongkok atau negeri tirai bambu adalah negara superpower baru di dunia. Setelah era perang dingin berakhir dengan kekalahan Uni Soviet, maka praktis Amerika menjadi satu2 nya negara adikuasa di dunia ini. Namun dalam beberapa tahun belakangan, Zhong Guo (中国) mulai menyaingi Amerika di segala bidang, mulai dari ekonomi, teknologi, olahraga, hingga misi ke luar angkasa.
Tentunya hal ini akan membawa pengaruh positif, seperti mengalirnya arus modal dari Tiongkok ke banyak negara di dunia, termasuk ke Indonesia.
Sejalan dengan semakin meningkatnya hubungan baik antara Indonesia dengan Tiongkok, sudah pasti semakin banyak hubungan yang terjadi di antara penduduk kedua negara ini, baik itu dalam bidang seni, kebudayaan, pendidikan, dan pastinya ekonomi dan perdagangan.
Untuk itu, alangkah baiknya jika kita mulai belajar etika dan kebiasaan mereka dalam berinteraksi sosial.
Mungkin sudah cukup banyak yang kita ketahui tentang budaya dan kebiasaan orang2 Tiongkok. Yang paling umum biasanya adalah menghindari angka2 yang dianggap tabu seperti angka 4; atau kebiasaan memilih tanggal dan hari baik sebelum melakukan pekerjaan dan acara2 penting.
Baca juga : 8 Hal Seputar Angka Hoki Dan Angka Sial
Baca juga : Tong Shu, Buku Panduan Dalam Memilih Hari dan Tanggal Baik, Perhitungan Weton-nya Orang Tionghoa
Namun ada satu hal yang ingin saya sharing di sini. Ini mungkin bukan merupakan kebiasaan yang umum, sehingga jarang orang yang tahu tentang hal ini.
Kebiasaan atau etika ini dinamakan Kou Shou Li (叩手礼). Secara harfiah, Khou Shou Li artinya adalah “etika tangan mengetuk”.
Masih terasa membingungkan? Hehe … saya juga awalnya bingung dengan istilah ini. Mungkin lebih jelasnya jika saya sharing lewat contoh saja ya.
Contoh Kou shou Li ini adalah jika suatu saat kita sedang minum bersama dengan tamu kita yang kebetulan berasal dari Tiongkok, dimana budaya orang2 Tiongkok biasanya suka pergi ke restoran untuk makan, atau sekedar minum bersama di kedai untuk menjalin keakraban dengan teman atau relasi bisnisnya.
Dan saat kita menuangkan teh atau minuman lainnya ke gelas tamu kita, tiba2 kita melihat tamu kita melakukan gerakan aneh dengan jari2 tangannya, yaitu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk untuk mengetuk ringan di permukaan meja (biasanya 2 atau 3 kali ketukan).
Kita mungkin akan merasa heran atau bingung, menerka2 apa maksud dari tamu kita ini. Sebenarnya gerakan itu adalah cara mereka mengucapkan penghargaan dan terima kasih, atas keramahan dan sambutan orang yang menjamu mereka.
Tapi mengapa bisa muncul kebiasaan “gerakan aneh” seperti itu ? Kenapa tidak langsung saja bilang terima kasih, thank you, atau xie-xie? Lebih praktis kan?
Ternyata ada sejarah unik dibalik munculnya kebiasaan itu. Ini berkaitan erat dengan Kaisar Manchu yang paling terkenal, yaitu Qian Long (乾隆).
Baca juga : Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok
Baca juga : Suku Manchu; Cikal Bakal Dinasti Qing di Tiongkok
Seperti yang banyak diketahui, Kaisar Qianlong ini adalah Kaisar yang senang blusukan, sering turun membaur dengan rakyat jelata. Beliau selalu ingin melihat dan mendengar langsung kondisi rakyatnya.
Kaisar ini tidak pernah mau percaya begitu saja atas laporan para pembantunya, yang seringkali menutupi hal2 yang jelek, dan melebih2 kan prestasi dan jasa mereka.
Hmm … kok mirip presiden kita ya?
Bedanya adalah karena pada jaman dulu kedudukan Kaisar sangat dimuliakan, bahkan dianggap seperti “Dewa” atau “putra Langit”. Maka dari itu, Kaisar Qianlong harus menyamar seperti rakyat biasa ketika blusukan, agar tidak menarik perhatian.
Menurut cerita, pada suatu hari sang Kaisar menyamar sebagai rakyat biasa dan mengunjungi daerah Kanglam (江南; Jiangnan), tepatnya di kota Suzhou (苏州).
Baca juga : 7 Pendekar Aneh dari Kanglam; Tahukah Kalian Dimana Wilayah Kanglam Itu?
Karena merasa kehausan, Kaisar pun masuk ke sebuah kedai teh. Beliau memesan teh dan menyuruh para pembantu dan pengawalnya yang juga dalam penyamaran untuk duduk bersama di satu meja.
Setelah teh dihidangkan, Kaisar menuangkan teh ke cangkirnya sendiri, lalu menuangkan ke para pembantunya. Melihat Kaisarnya berbuat seperti itu, para pembantunya sangat ketakutan dan ingin berlutut.
Tetapi karena Kaisar sedang menyamar, pastilah orang2 di kedai teh akan curiga, sehingga bisa mengungkap identitas Kaisar.
Setelah berpikir keras, akhirnya seorang pembantu Kaisar menemukan satu ide. Dia segera menekuk jari2 tangannya, kemudian dengan lembut mengetuk2 ke permukaan meja sebagai simbol berlutut dan menyembah Pai Kui (拜跪; Bai Gui), untuk menyatakan penghormatan kepada sang Kaisar dan berterima kasih atas teh yang disuguhkan.
Cerita ini kemudian menyebar luas dan berkembang menjadi satu etika dalam kebudayaan masyarakat Tiongkok, untuk menyatakan penghormatan dan tanda terima kasih saat berkumpul makan dan minum bersama.
Sebagai catatan, kebiasaan ini lebih umum dipraktekkan oleh penduduk di provinsi Guangdong. Dalam perkembangannya, etika “mengetuk meja” ini mengalami beberapa variasi gerakan atau model.
Baca juga : Aturan Kebiasaan Lama Tiongkok (中国老规矩; Zhongguo Lao Guiju)
Misalnya gerakan untuk menghormati orang yang lebih tua, senior, atau yang lebih tinggi kedudukannya, dengan menekuk 5 jari tangan seperti setengah menggenggam, lalu mengetuk meja 2 kali.
Untuk menghormati orang yang sederajat kedudukannya atau yang sebaya usianya, menggunakan jari tengah dan telunjuk, lalu mengetuk pelan 2 kali.
Sedangkan apabila orang yang lebih senior berterima kasih kepada orang yang jauh lebih muda, cukup mengetuk 1 kali, dengan menggunakan 1 jari telunjuk saja.
Nah, suatu saat jika kita kebetulan melihat yang seperti ini, tidak usah bingung lagi ya. Apalagi sampai memandang dengan tatapan aneh kepada tamu kita, pasti tidak nyaman dan rasanya kurang sopan, hehehe …
Mungkin juga suatu saat ketika kita yang ditraktir minum oleh mereka, kita boleh mencoba menggunakan teknik ini untuk menyatakan rasa hormat dan terima kasih. Wow … bisa bisa makin lancar proyek2 kerja samanya 😄
Penulis : Tjahja Santoso @cuncun.sant0so