Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Guo Fang (過房; Hokkian : Kwee Pang, Kwepang) atau upacara Guo Fang Yi Shi adalah istilah yang sering kita dengar di kalangan Tionghoa.
Tradisi Kwee Pang sebetulnya juga dikenal oleh budaya/agama lain (dengan istilah lain), karena pada prinsipnya Kwee Pang adalah “merawat anak orang lain dan diperlakukan bagaikan anak kandung”.
Anak yang sakit-sakitan, atau mempunyai nasib yang kurang baik, atau dianggap memiliki ciong terhadap orang tuanya (berdasarkan perhitungan buku Thongsu 通书), biasanya disiasati dengan melakukan ritual Kwee Pang (diangkat anakkan kepada orang lain).
Pada jaman dulu, anak-anak biasanya di kwee pang kan pada Asuk/Apeknya (阿伯; Paman), atau kepada orang tua angkat. Nah yang menjadi masalah, misalnya ketika kita meng kweepang kan anak kepada Asuk/Apeknya, dimana pada waktu itu mereka lagi jaya-jayanya.
Tapi setelah beberapa waktu, mereka jatuh sakit, atau bisnis/usahanya jatuh. Anak ini bisa dianggap sebagai pembawa sial, padahal si anak ini tidak tahu menahu.
Karena itulah, menurut Agama Tao (Taoisme), anak-anak sebaiknya di Kwee Pang-kan kepada Shenxian (神仙) atau Dewa-Dewi. Kenapa bisa ada permohonan perlindungan kepada para Dewa-Dewi? Karena Dewa-Dewi akan lebih bisa melindungi dan menjaga anak tersebut daripada manusia.
Pada umumnya, sistem mengangkat anak kepada Dewa-Dewi ini hanya berlaku hingga anak berumur 16 atau 17 tahun, atau ketika memasuki usia 21 tahun. Selewat itu, si anak dianggap berhasil melewati kondisi bahayanya, dan berhasil dengan selamat memasuki usia kedewasaannya; dan hubungan itu terputus seketika.
Umumnya Kwee Pang dilaksanakan pada saat umur anak masih dibawah 12 tahun. Ada juga konsep Guo Fang yang tidak mengenal batasan umur; dimana hubungan anak angkat Dewa akan selamanya terjalin.
Kwee pang (過房) atau mengangkat anak, atau meminta anak kita untuk diangkat anak oleh orang lain, dalam khasanah bahasa Tionghoa amat banyak penyebutannya (istilah). Beberapa diantaranya adalah : Jibai (寄拜), Guoji (過繼), Baiqie (拜契), Shouyang (收養), Qiyang (乞養), Jifang (寄房), Baoyang (抱養), dan Jisi (繼嗣).
Tradisi mengangkat anak atau menyerahkan anak untuk “diasuh” orang lain memiliki beberapa alasan, diantaranya :
1. Anak sakit-sakitan atau mempunyai nasib yang kurang baik.
2. Anak sulit di ajar/di didik.
3. Mengharapkan agar anak yang dipelihara oleh orang lain (terutama oleh mereka yang mampu, berkharisma atau terpelajar) agar bisa mewarisi kemampuan orang tua angkatnya.
4. Membantu mereka yang kesulitan (terutama secara ekonomi) agar anaknya bisa menuntut ilmu/belajar.
Dengan adanya 4 poin diatas, maka makna dari penyebutan di atas bisa tidak sama satu sama lainnya. Pada umumnya anak yang diangkat apabila diangkat/diasuh oleh marga yang berbeda, ada yang berganti marga dan ada yang tidak berganti marga.
Untuk Guofang dan Guoji tidak berganti marga; tetapi jibai, baiqie, shouyang, dan qiyang bisa berganti marga (ikut marga orang tua asuh).
Masyarakat di pesisir Fujian dan Guangdong banyak yang mempercayai bahwa Chen Jinggu (陳靖姑) atau dikenal juga dengan Lin Shui Fu Ren (臨水夫人) adalah Dewi pelindung anak hingga anak memasuki usia dewasa. Selain itu ada juga Zhusheng Niang-Niang (註生娘娘) sebagai Dewi kelahiran dan penjaga anak.
Baca juga : Chen Jinggu (Linshui Furen), Dewi Pelindung Wanita Hamil dan Anak-Anak
Karena itu banyak dihormati (terutama di Taiwan) oleh para orang tua serta banyak anak-anak yang sejak kecil meminta perlindungan yang ritualnya memiliki kemiripan dengan Kwee Pang Dewa-Dewi lainnya.
Contoh misalnya jika anak memiliki sifat/jiwa penakut, maka di Kwee Pang kepada Dewa Kwan Kong biar memiliki sifat keberanian dan sifat tanggung jawab.
Jika anak sakit-sakitan, maka biasanya di Kwee Pang kan kepada Dewa panjang umur (Shou Xing). Kalau mau anaknya pintar, lantas mencari Dewa Wenchang Dijun, dan lain sebagainya.
Jadi, tujuan utama dari Kwee Pang yang sebenarnya adalah pengharapan, agar anaknya kelak tumbuh menjadi orang yang baik dan sehat.
Tradsi Guofang atau Kweepang di masyarakat Tionghoa Indonesia sering digunakan untuk mereka yang diangkat anak oleh manusia maupun Dewa-Dewi.
Pengangkatan anak kepada Dewa-Dewi tidaklah selalu harus dilakukan jika anak sakit-sakitan; karena pada umumnya jika anak sakit maka pihak keluarga akan mencari tabib/dokter (poin 1).
Jarang terjadi kasus sang anak kemudian harus tinggal bersama orang tua angkatnya, kecuali sang anak berasal dari keluarga miskin dan kemudian dititipkan pada keluarga yang lebih kaya (poin 4).
Catatan : Tampak pada foto, orang tua dan anak serta pemimpin sembahyang pada upacara Kwee Pang di Manado.
Itu ritualnya mirip2 ya dengan orang Jawa.
DI Jawa ada juga tuh kayak gitu, jadi kayak pura2 diangkat jadi anaknya orang lain.
Biar gak sakit2an lagi.
Tumben teman lama berkunjung :). Ya, agak mirip memang dengan beberapa tradisi dan kebudayaan lain (lokal). Hanya berbeda di penamaan, makna dan ritualnya saja.