Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan Manado

Pada jaman dulu, arak (, jiu) yang biasa digunakan untuk acara pernikahan adalah Arak Nu Er Hong (女兒紅), yang secara harafiah bisa berarti “arak gadis perawan”. Arak tersohor ini berasal dari Shaoxing, Propinsi Zhejiang, Tiongkok. Menurut kebiasaan disana, seorang ayah akan mengubur guci arak saat menunggu kelahiran anaknya.

Nantinya saat si anak menikah, arak itu akan dikeduk & disajikan pada handai taulannya. Awalnya yang dikenal hanya Nu Er Hong (Arak Perempuan Merah) saja. Disebut demikian karena disajikan pada pernikahan anak perempuan yang berpakaian serba merah.

Tapi belakangan muncul juga Arak Zhuangyuan Hong (状元) atau ‘Arak Sarjana Merah’ untuk anak laki-laki.

Menurut legendanya, pada jaman dulu ada seorang penjahit yang tengah bersukacita menunggu kelahiran anak pertamanya. Menjelang hari kelahirannya, calon ayah itu memborong berguci-guci arak kuning kualitas nomor satu untuk menjamu para tamunya. Tapi betapa kecewanya Dia ketika mengetahui bahwa bayinya ternyata perempuan.

”Untuk apa punya anak perempuan! Masih kecil jadi tanggungan orang tuanya & setelah besar nanti merantau mengikuti suaminya.” keluhnya sedih. Dia kemudian mengubur arak yang sudah dibelinya kedalam tanah.

Baca juga : Inilah 5 Hal Tentang Arak Tradisional Tiongkok Yang Perlu Anda Ketahui

Belasan tahun kemudian, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, berbakti & pandai. Berkat tangan dinginnya juga usaha jahitan ayahnya semakin maju. Singkatnya, Dia adalah teladan bagi semua perempuan muda di desanya. Bahkan anak laki-laki saja mungkin tidak ada yang secemerlang dia.

Salah satu seserahan yang biasa digunakan untuk acara Sangjit adalah 2 botol sampanye berisi anggur merah, yang melambangkan arak pernikahan. Sebagai timbal baliknya, sang keluarga wanita juga menyiapkan dua botol sirup berwarna merah, yang nantinya akan ditukarkan dengan 2 botol sampanye ini.

Baca juga : Inilah 10 Macam Seserahan Wajib Dalam Sangjit; Seserahan ala Tionghoa

Pada hari perkawinan putrinya, rumah si penjahit kebanjiran tamu, sampai-sampai dia kehabisan stok arak. Saat itulah dia teringat arak yang dipendamnya dulu & langsung dikeduknya. Setelah dicicipi oleh para tamunya, rasa arak ini ternyata enak dan wangi, benar-benar arak berkualitas tinggi.

Sejak saat itu, masyarakat di Shaoxing dan sekitarnya ikut-ikutan memendam arak saat istrinya hamil, agar dapat digunakan untuk pernikahan sang anak kelak. Belakangan, kepopuleran arak ini mulai berkembang dan akhirnya diperjualbelikan.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?