Last Updated on 8 September 2020 by Herman Tan Manado
Tidak seperti dunia barat yang meng-agungkan teori BIG BANG nya, masyarakat Tiongkok juga mempunyai versi lain soal teori asal mula alam semesta, yakni Pan Gu (盘古), atau Panku, Pencipta alam semesta, langit dan bumi, beserta segala isinya.
Adapun versi umum dari legenda Pan Gu adalah sebagai berikut :
Pada mulanya (jutaan tahun yang lalu), langit dan bumi masih kacau balau tanpa bentuk, yang ada hanya kegelapan. Belum ada patokan mana arah barat, mana arah timur, mana kiri, dan mana kanan. Pangu lahir pada waktu langit dan bumi kacau tanpa bentuk tersebut.
Setelah 18.000 tahun, Pangu yang mulai memiliki perasaan memakai sebuah kapak (yang mata kapaknya adalah giginya sendiri), untuk membelah langit dan bumi. Yang ringan dan terang terangkat naik ke atas menjadi langit; sementara yang berat dan suram turun ke bawah menjadi bumi.
Pangu takut langit dan bumi akan bergabung kembali, karena itu, DIA berdiri untuk menahan langit, sementara kakinya menginjak bumi. Demikianlah Pangu tumbuh diantara ruang langit dan bumi.
Langit setiap hari naik 10 mistar (1 kaki, ±30 cm), sementara Pangu juga setiap hari bertambah tinggi 10 mistar. 18.000 tahun kemudian, ketika langit sudah sangat tinggi, dan bumi sudah sangat tebal, Pangu pun akhirnya meninggal. Organ2 tubuhnya berubah menjadi isi dari alam semesta ini.
Badannya berubah menjadi pegunungan, darahnya mengalir membentuk aliran sungai, ototnya berubah menjadi tanah yang subur, sumsum tulang dan giginya berubah menjadi bebatuan mineral, giginya berubah menjadi batu permata, nafasnya berubah menjadi angin dan awan, sementara kulit dan bulu badannya berubah menjadi padang rumput dan berbagai tanaman.
Lalu, mata kiri Pangu menjadi dewa matahari, sedangkan mata kanannya menjadi dewi bulan. Nah, adat istiadat “laki-laki di kiri, dan wanita di kanan” awalnya berasal dari cerita itu. Lantas siapa Dewa dan Dewi yang masing-masing mewakili matahari dan bulan itu?
Mereka adalah Dewa Fu Xi (伏羲) dan Dewi Nüwa (女娲). Keduanya dihormati sebagai leluhur dari peradaban manusia, dan merupakan titisan langsung dari Pan Gu (盘古), Pencipta bumi dan segala isinya.
Fu Xi dan Nuwa divisualisasikan berwajah manusia, namun berbadan ular. Dalam legenda, diceritakan bahwa Fuxi mengajari manusia membuat jala, menangkap ikan, berternak hewan, dan menciptakan 8 Trigram (Bagua).
Dari sinilah, kemudian cerita berlanjut ke bumi dan segala isinya, termasuk bagaimana golongan manusia yang pertama terbentuk. Dalam Kitab Suci Thay Shang Lao Jun (太上老君) halaman 5 baris 5, ada tertulis :
Kera besar (Antropoid Apes) kuno kebetulan ada yang pandai luar biasa,
Lama mencari jalan dapat petunjuk Dewa-Dewa,
Muncullah manusia pertama menjalani TAO sesama,
Berevolusi terus hingga jaman terakhir mengikuti langkah-langkah.
“Kera Besar” (Antropoid Apes) kuno, yang kebetulan diantara mereka terdapat yang pandai luar biasa, lama mencari jalan hingga kemudian mendapat petunjuk Dewa”. Hal ini menyangkut awal mula dari (penguasa) semua makluk yang ada di dunia.
Konon di jagat raya ini, banyak terdapat bintang2. Bumi ini hanyalah salah satu dari bintang2 tersebut. Pada saat dunia ini baru terbentuk, keadaannya sunyi senyap sekali, karena tidak ada suatu apapun yang bernyawa.
Entah sudah lewat beberapa ribu tahun, pada suatu waktu Dewa-Dewi di Langit datang turun untuk melihat2 isi dunia ini. Diantara mereka, terdapat satu Dewa yang agak senang bergurau. Sewaktu Ia melihat air bah yang keruh, Ia menjelma menjadi sesosok raksasa, dan dengan tangan raksasanya pula Ia mengaduk2 air tersebut sehingga menimbulkan riak2, lalu pergi.
Tak disangka, karena mengaduk2 inilah menimbulkan peristiwa. Karena Ia kurang hati2, sehingga meninggalkan sedikit rontokan kulit di dalam air tersebut.
Setelah lewat beberapa ribu tahun, rontokan2 itu kemudian berubah menjadi sel-sel hidup yang pertama, dan mulai bervolusi pecah menjadi 2 bagian besar, yaitu golongan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Yang hewan, dari air ke amfibi, terus naik ke darat, dan seterusnya terus berevolusi.
Entah sudah lewat beberapa ribu tahun lagi, barulah muncul golongan KERA BESAR. Ini adalah makluk tertinggi derajatnya, dan sudah mempunyai sedikit kepandaian.
Waktu itu, kebetulan Dewa-Dewi datang turun lagi ke bumi. Mereka berjalan2 dengan tubuh yang nampak (kasat mata), hingga kera2 tersebut terheran2 dan senang sekali melihat wajah2 para Dewa tersebut, dan membuntuti mereka.
Diantara Dewa-Dewi tersebut, terdapat satu Dewa kecil. Ia merasa agak jengkel, hingga menggunakan kekuatan magic-Nya untuk menyadarkan mereka, “bahwa harus Siu Lian barulah dapat merubah wajah2 menjadi tampan”, lantas kemudian pergi. Beberapa dari kera2 itu pun sangat gembira, dan mencoba Siu Lian dengan menggunakan otaknya.
Lalu lewat beberapa ribu tahun lagi lamanya, hingga meninggal dan menitis lagi, meninggal dan menitis lagi berulang2, terus berputar dalam kelompok kera yang pandai tersebut, lama kelamaan kelompok tersebut menjadi sangat menonjol, hingga muncullah Yen Se Ren.
Yen Se Ren inilah yang merupakan kelompok manusia pertama, dan sudah agak berbeda dengan kelompok kera2 lainnya.
Daya pikir mereka pun sudah agak menonjol, dan perlahan2 sudah dapat menggunakan tangan, kaki, dan pikiran untuk bekerja, hingga jadilah Cen Ren (manusia).
Kelompok yang cerdas ini sudah berevolusi menjadi manusia seutuhnya, sedangkan kelompok yang lainnya tetap menjadi kera, karena mereka masih bodoh, sementara jaman sudah menginjak pada persaingan.
Menurut kodrat alam, yang cerdas akan naik, dan yang bodoh akan tenggelam. Semua menurut hukum alam, dan berkembang biak menurut arahnya masing2.