Last Updated on 20 February 2023 by Herman Tan Manado
Bagian 2 : Arwah Gentayangan
Yang di maksud dengan arwah gentayangan adalah arwah manusia yang masih berada di alam transisi, yakni alam yang berada di antara alam kehidupan (dunia) dan alam arwah. Dalam hal ini, arwah belum dapat memasuki alam arwah.
Yang di maksud dengan arwah adalah roh manusia yang masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup. Misalnya anda mempunyai teman si A. Begitu si A meninggal, maka anda masih dapat mengenali arwah si A, sebab dia masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup.
Berikut beberapa hal yang dapat menjadikan si arwah masih bergentayangan di dunia :
1. Meninggal “Belum Waktunya”
Banyak pendapat bahwa kalau seseorang meninggal, maka dia memang sudah waktunya meninggal, atau memang dia umurnya ditakdirkan pendek. Jadi meninggal karena memang sudah waktunya. Waktu yang sudah ditetapkan lebih dahulu dari “Yang Diatas”.
Apakah benar seperti itu? Apakah benar setiap orang meninggal memang sudah waktunya? Saya kira tidak. Perbandingan antara yang meninggal “sudah waktunya” dengan yang meninggal “belum waktunya” adalah 50 : 50.
Apakah mungkin seseorang meninggal sebelum waktunya? Kalau anda berpikir mengunakan “kebenaran materi”, jawabannya adalah TIDAK MUNGKIN. Kalau anda berpikir menggunakan “kebenaran spiritual”, jawabnya adalah MUNGKIN.
Katakanlah misalnya si A, “dari atas” ditentukan berumur panjang sampai umur 80 tahun. Namun si A diam2 diberitahu oleh peramal terkenal mengenai usianya.
Maka karena mengira dan percaya bahwa dia bisa berumur panjang, maka dia menjalani hidupnya dengan sembarangan, seenaknya, baik dalam makanan, berkendara, atau berperilaku yang menyerempet2 bahaya.
Maka penyakit atau kecelakaan dapat membuat si A meninggal muda, dan tidak mencapai usia 80 tahun. Dia meninggal sebelum waktunya, seperti yang ditentukan dari “Yang Diatas” tadi.
Banyak penyebab orang meninggal sebelum waktunya, seperti disebabkan oleh kecelakaan, bencana alam, wabah penyakit, peperangan, dan juga oleh gangguan mahluk2 jahat, dsb.
Orang yang meninggal belum waktunya, maka arwahnya belum dapat diterima atau belum dapat masuk ke alam arwah. Dia masih bertahan di alam transisi, yang juga disebut “alam arwah gentayangan”.
Karena memang dia masih dapat bergentayangan kemana saja yang dia mau. Ke keluarganya, ke sanak saudaranya, atau ke tempat2 yang semasa hidupnya dia sering atau ingin kunjungi, dll. Sampai suatu ketika, setelah tiba waktunya, maka arwah gentayangan itu akan dijemput, untuk masuk ke alam arwah dan mulai perjalanan arwahnya.
2. Arwah Orang yang Baru Meninggal
Bagi orang yang baru meninggal, umumnya dia belum tahu dan belum sadar kalau ybs sudah meninggal. Biasanya apa yang dia alami, apa yang dia lihat, dan apa yang dia rasakan dikira sebagai sebuah mimpi yang panjang saja. Baru setelah itu, beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, barulah dia tahu dan sadar kalau ternyata sudah meninggal.
Setelah sadar bahwa dia telah meninggal, dia menjadi panik dan resah, merasa belum siap untuk secepat itu meninggal. Ada yang merasa masih banyak yang perlu dilakukan di alam manusia, sampai merasa belum sempat pamitan ke orang2 terdekat, dll.
Belum lagi dia juga resah dan bingung menghadapi kondisi dan suasana yang serba asing. Dia tidak tahu harus bagaimana, dan harus kemana. Semua sapaan (usaha berinteraksi) kepada keluarga nya tidak mendapat respon atau tanggapan, seperti dicueki saja. Ini semua membuat dia makin panik, resah dan bingung harus berbuat apa.
Untuk sementara waktu, arwah orang yang baru meninggal akan tetap berada di rumahnya. Baru kemudian perlahan2 mulai berkunjung ke tempat sanak keluarganya, ke teman2 nya, dan juga keluyuran ke tempat2 yang semasa hidupnya sering dikunjungi, atau yang ingin dikunjunginya.
Banyak pendapat bahwa arwah baru akan “naik” pada hari ke-7 setelah meninggal. Ada juga yang bilang nanti setelah 30 hari, 49 hari, 100 hari,dll.
Namun sebenarnya tidak ada ketentuan pasti, berapa hari arwah orang yang meninggal akan “naik”, atau masuk ke alam arwah untuk memulai perjalanan arwahnya.
Ada yang kurang dari 24 jam sudah dapat naik. Ada juga yang sampai berbulan2 belum dapat naik. Ada juga yang sampai bertahun2 belum dapat naik. Bahkan ada yang sudah ratusan tahun tidak dapat naik untuk memulai perjalanan arwahnya. Semuanya masih berupa misteri.
3. Terikat Oleh Keduniawian
Bagi orang2 yang semasa hidupnya mempunyai materi berlimpah, mempunyai nama besar, mempunyai kekuasaan, dan yang sangat mendambakan keagungan keluarga dan keturunannya, setelah meninggal umumnya masih belum siap meninggalkan semua hal yang duniawi itu.
Belum rela untuk kehilangan semua yang telah didapatkannya, yang dicapai dengan susah payah semasa hidupnya. Dia ingin mempertahankan keberadaannya, di dalam semua keduniawian yang telah dia capai dengan kerja keras semasa hidupnya.
Kemelekatan terhadap materi, atau keterikatan terhadap keduniawian seperti ini akan membuat arwah orang tersebut penasaran, dan rasa penasaran seperti ini akan menjadikan dia sebagai arwah penasaran yang masih bergentayangan di dunia.
Oleh karena itu, seseorang semasa hidupnya haruslah sudah mulai melatih setahap demi setahap, untuk dapat melepaskan kemelekatan terhadap hal2 keduniawian, agar perjalanan arwahnya ketika meninggal nanti menjadi lebih ringan dan lancar.
4. Mati Penasaran, Mati Karena Janji, atau Hutang
Arwah penasaran bukan hanya disebabkan oleh keterikatan terhadap hal2 duniawi, tapi juga dapat disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti :
• Keadaan keluarga yang ditinggalkan sering cekcok atau bertengkar untuk berebut warisan, atau hal lainnya.
• Meninggal karena dibunuh, atau dihianati, atau karena bunuh diri.
• Karena janji yang belum dipenuhi.
• Karena hutang piutang, dsb.
Kesemuanya ini dapat membuat arwah menjadi resah dan tidak tenang. Maka jadilah dia arwah gentayangan, sebab belum dapat meninggalkan segala hal yang duniawi diatas.
5. Ilmu “non Ilahi”
Banyak orang belajar “ilmu” untuk tujuan mengejar keduniawian, seperti agar rezekinya lancar, usahanya maju, jabatan/kekuasaan untuk keluarga dan keturunannya, atau untuk mendapatkan kesaktian dsb, sehingga dia dapat senang sepanjang hidupnya.
Kesemua “ilmu” ini umumnya adalah ilmu non Ilahi. Ilmu yang tidak dapat membawa pemiliknya lebih dekat dengan sang Pencipta, apalagi untuk dapat kembali ke Penciptanya.
Ada ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka ilmu tersebut dapat kembali “ke asal” nya secara otomatis. Tetapi ada juga ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka makhluk gaib yang menyertai ilmu itu tidak dapat “pulang sendiri”.
Makhluk itu dapat terus mengikuti arwah pemilik ilmu yang telah meninggal. Arwah yang ditempel terus oleh si gaib ini seperti terikat, ditahan, dan tidak akan pernah dapat memasuki alam arwah. Maka jadilah dia arwah gentayangan.
Kalau sudah begini, makin susah bagi si arwah untuk reinkarnasi. Energinya perlahan memudar, tinggal inti kesadarannya saja yang tertinggal …
6. Terikat di Meja Abu Sembahyang
Banyak umat Konghucu yang masih mempertahankan nilai2 tradisional, seperti berbakti kepada orangtuanya, dengan membuat altar abu meja leluhur untuk menyembahyangi para arwah leluhurnya.
Saya sering mengunjungi rumah keluarga yang memiliki abu sembahyang seperti itu; dan sering menemukan bahwa arwah leluhur keluarga itu yang masih “duduk” atau “terikat” di meja abu sembahyang tersebut.
Mengapa “dia” masih ada di meja abu sembahyang itu? Dan tidak naik dan masuk ke alam arwah, untuk segera menjalani perjalanan arwahnya?
Sebagian besar arwah tersebut mengatakan bahwa dia masih ada dan “terikat” di meja abu sembahyang, karena diminta oleh keluarganya, oleh suami atau istrinya, atau oleh anak2 nya dan sebagainya, agar bisa selalu dekat dengan keluarganya, dan juga dapat membantu usaha keluarganya.
Umumnya permintaan atau permohonan seperti ini diucapkan oleh keluarga mendiang pada saat arwah tersebut masih ada di rumah atau masih dekat dengan keluarga, yaitu pada upacara2 ritual duka, seperti ritual tutup peti jenazah, ritual chao tu, ritual pemakaman, ritual 3 hari, ritual 7 hari, ritual 49 hari, ritual 100 hari, ritual 1 tahun, dsb.
Pada waktu2 seperti itu, kebanyakan arwah masih berada di dekat keluarganya, dan masih belum tahu apa2 tentang alam arwah dan perjalanan arwah; sehingga dia begitu mudahnya untuk menerima atau mengiyakan permintaan dan permohonan keluarganya, untuk tetap tinggal di dekat anak2 dan istri atau suaminya.
Nah, begitu arwah itu mengiyakan atau mengabulkan permintaan tersebut, maka arwah itu menjadi terikat pada meja abu sembahyang maupun tanpa meja abu sembahyang (di rumahnya).
Jadi janganlah meminta atau memohon seperti itu kepada arwah mendiang, sebab semua itu sama saja menghukum arwah tersebut untuk “terikat ” pada hal2 keduniawian atau keluarga, sehingga beliau tidak dapat memulai perjalanan arwahnya.
Jadilah dia arwah gentanyangan, sebab masih berada di alam transisi, atau alam gentayangan.
7. Arwah Bayi yang Keguguran
Arwah bayi akibat keguguran maupun akibat digugurkan (aborsi), kebanyakan dalam waktu singkat sudah naik kembali ke alam arwah untuk di reinkarnasikan kembali.
Namun ada juga yang harus menjalani kehidupan dulu di alam transisi. Ada yang masih terus mengikuti orangtuanya, juga ada yang masih bergentayangan kemana2, bahkan tidak sedikit yang ditangkap oleh orang2 pintar atau paranormal, untuk dimanfaatkan atau dijadikan budak, seperti dijual sebagai tuyul.
Arwah2 bayi keguguran ini dapat tumbuh besar dan menjadi dewasa mengikuti orangtuanya. Sementara yang menjadi tuyul, wajahnya menjadi tua, namun badannya tetap kerdil seperti anak2.
Arwah bayi keguguran atau arwah anak2 yang dijadikan tuyul perlu mendapat pertolongan, atau perlu ditolong. Jangan malah ditangkap dan disiksa. Roh mereka perlu disempurnakan dan segera diseberangkan.
8. Arwah yang Perlu Ditolong
Semua arwah yang masih “terikat” di alam arwah gentayangan, dan sudah waktunya untuk naik memasuki alam arwah perlu ditolong untuk menemukan jalannya agar dapat masuk ke alam arwah. Dalam istilah Taoisme, dikenal sebagai “diseberangkan”, atau “menyeberangkan” arwah.
Untuk “menyeberangkan” arwah perlu bantuan orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut. Untuk mengetahui apa arwah mendiang sudah “naik” atau “belum”, anda dapat meminta petunjuk dari para Dewa-Dewi.
Bersambung ke bagian III : Kisah Perjalanan Arwah; Bagaimana “Kehidupan” Mereka Disana? Upacara Sembahyang Arwah (Bagian III)