Last Updated on 23 February 2020 by Herman Tan Manado
Berparas mirip dengan bangsa Turk, berkulit putih, namun mereka menetap di Xinjiang, kawasan barat laut Tiongkok. Begitulah suku Uighur (hanzi 维吾尔族; pinyin : Weiwuer zu), salah satu suku minoritas di Tiongkok yang kebanyakan memeluk agama Islam, bercampur dengan ajaran sufisme.
Kasus diskriminasi terhadap suku ini memang sering diberitakan. Banyak faktor yang mempengaruhi tendensi (kecenderungan) ini. Ada beberapa bukti dan dokumen yang mendukung hipotesis bahwa suku Uighur adalah suku pemberontak yang ingin lepas dari Tiongkok.
Namun, tindakan represif pemerintah Tiongkok (Bersama militer) juga sering menuai kontroversi dan dianggap telah melanggar HAM.
Jadi, seperti apa suku Uighur ini? Faktor apa yang menjadikan mereka bagaikan ‘anak tiri’ Tiongkok? Berikut ulasannya.
A. Sejarah Muslim Uighur
Suku Uighur memiliki sejarah panjang di Xinjiang. Berdasarkan pengamatan Marco Polo, mereka adalah keturunan pedagang Sogdian Kuno. Kebanyakan penduduk suku ini berdiam di sepanjang Jalur Sutra, seperti di kota Kashgar, Khotan, dan Yarkhand.
Kota-kota yang didiami suku Uighur termasuk ke dalam wilayah Xinjiang. Wilayah ini masuk ke dalam kekuasaan penuh Tiongkok setelah kemenangan komunis di tahun 1949. Oleh Tiongkok, wilayah ini diberi otonomi daerah khusus, seperti halnya Tibet, selatan Uighur.
Xinjiang sendiri memang terkenal dengan percampuran budayanya. Wilayah ini memiliki banyak kuil yang terhitung paling tua di wilayah Tiongkok. Agama Islam masuk sekitar abad ke-10, dan menjadi dominan di abad berikutnya.
Meskipun berada di Tiongkok, suku Uighur menggunakan tulisan dengan abjad Arab, bukan aksara hanzi seperti wilayah Tiongkok yang lain.
Baca juga : 10 Fakta Dibalik Jalur Sutra Tiongkok
B. Awal Mula Kecurigaan Pemberontakan
Tahun 1933, pemimpin Uighur di Kashgar, Khoja Niyaz (1889-1941) sebuah kota kuno yang termasuk dalam Jalur Sutra, mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Republik Turkistan Timur (East Turkestan Republic). Namun “negara” ini hanya berumur pendek, setelah ditumpas pejuang2 bangsa Hui (orang2 asia timur), yang kala itu dekat dengan organisasi pemerintah Kuomintang (KMT).
Ditambah lagi, Sejak tragedi 9/11 (tahun 2001) di Amerika Serikat, Tiongkok telah mengatakan bahwa separatis Uighur merupakan bagian dari Al Qaeda, dan mengklaim mereka telah mendapatkan pelatihan di Afghanistan.
Bukti yang turut dihadirkan bersama klaim ini.memang tergolong minim. Namun, lebih dari 20 orang Uighur ditangkap tentara Amerika Serikat setelah invasi mereka ke Afghanistan. Mereka dipenjara selama bertahun-tahun di Guantanamo Bay tanpa pengadilan, dan sebagian besar dari mereka sekarang sudah dipindahkan ke tempat lain.
Dikutip dari xinhuanet, Tiongkok telah merilis sebuah dokumen berjudul “Historical Matters Concerning Xinjiang”. Dokumen tersebut menyatakan bahwa :
‘Gelombang ekstremisme agama di seluruh dunia telah menyebabkan peningkatan ekstremisme agama di Xinjiang, dan telah mengakibatkan peningkatan jumlah insiden teror dan kekerasan’
Tiongkok juga menyebut bahwa tindakan yang dilakukan di Xinjiang adalah pertarungan melawan kekuatan jahat dan melawan kebiadaban (terorisme dan ekstremisme). Karena itu, perjuangan ini layak mendapatkan dukungan, rasa hormat dan pengertian dari berbagai pihak.
Dampaknya, suku Uighur mulai dicurigai dan didiskriminasi. Kecurigaan ini telah mengakar sejak 2 abad lalu. Pemerintah Tiongkok memiliki beberapa alasan :
Baca juga : Dampak Positif dan Negatif Penerapan One Belt One Road (OBOR) Tiongkok pada Indonesia1.
1. Uighur Dicurigai Sebagai Pemberontak
Selain upaya mendeklarasikan kemerdekaan di tahun 1933 (ETR), Uighur juga pernah berusaha untuk masuk dan menjadi bagian dari Uni Soviet saat Perang Dunia 2. Tetapi, hal ini berhasil digagalkan oleh pasukan nasionalis Tiongkok.
Akibat tindakan-tindakan suku Uighur ini, mereka menarik banyak kecurigaan. Meskipun sama-sama menghuni wilayah Xinjiang, namun masyarakat yang dari suku Han lebih diutamakan ketimbang masyarakat lokalnya, Uighur.
2. Adanya Kecurigaan Bahwa Uighur Ingin Lepas Dari Tiongkok
Kecurigaan ini mengakibatkan suku Uighur tak bebas bepergian ke luar negeri. Selain dipersulit dalam pembuatan paspor, petugas imigrasi mewajibkan mereka menyerahkan belasan dokumen serta wawancara untuk memeriksa ideologi politik mereka.
3. Suku Uighur Mendapat Tuduhan Masuk Ke Jaringan Teroris
Perlakuan diskriminasi ini membuat suku Uighur (0,75%) menyimpan dendam terhadap suku Han, yang merupakan suku mayoritas di Tiongkok (91%). Suku Uighur menyerang balik bangsa Han. Yang menjadi sasaran mereka adalah aparat keamanan serta pejabat berasal dari etnis Han.
Serangan (reaksi perlawanan) paling keras terhadap pemerintah Tiongkok terjadi pada Januari 2007. Sayangnya, hal ini justru menjadi bumerang. Diperkirakan, 18 orang Uighur akhirnya ditangkap dan dieksekusi (ditembak mati), dengan tuduhan telah bergabung dengan jaringan teroris internasional.
Selain itu, sejumlah serangan teroris terhadap warga sipil juga sering terjadi selama 1 dekade terakhir, dan pemerintah Tiongkok sendiri menuding separatis yang berada di wilayah Xinjiang dan sekitarnya sebagai pelakunya.
Di sepanjang tahun 2009, tercatat sekitar 200 orang (sebagian besar dari mereka adalah warga suku Han) juga tewas dalam berbagai kerusuhan di Urumqi, ibukota Xinjiang.
Pada Februari 2017, terjadi serangan penikaman yang menewaskan 5 orang. Kasus ini ditindaklanjuti militer Tiongkok melalui tindakan represinya, dengan melakukan penggrebekan besar-besaran hingga ke rumah2 warga lokal, terhadap apa yang mereka sebut sebagai “bagian dari kaum ekstremis dan separatis”.
Baca juga : Inilah 9 Kelompok Etnis Selain Han di Tiongkok
C. Kehidupan Suku Uighur Sekarang
Menurut laporan kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia dan sebuah panel PBB, saat ini sekitar 1 juta orang Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas lain ditahan di kamp-kamp penampungan internir di bagian barat-jauh propinsi Xinjiang.
Menurut Human Rights Watch, suku Uighur khususnya, dipantau dengan sangat ketat. Mereka harus memberikan sampel biometrik dan DNA. Dilaporkan juga pernah terjadi penangkapan terhadap mereka yang memiliki kerabat di 26 Negara yang dianggap ‘sensitif’ (berhubungan dengan teroris).
Baca juga : Pemerintah Tiongkok Gelontorkan 10 Triliun Untuk Muslim Uighur
D. Reaksi Pemerintah Dunia dan Tanggapan Tiongkok
Berbagai kecaman terhadap tindakan Tiongkok pun bermunculan karena perlakuan terhadap Suku Uighur DIANGGAP BERLEBIHAN, dan telah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).
Sebuah dokumen yang bocor menyatakan adanya hukuman terhadap Wang Yongzhi, salah satu pejabat Tiongkok. Wang dikabarkan telah membebaskan 7.000 tahanan muslim Uighur dari kamp-kamp atas inisiatifnya sendiri. Pemerintah Tiongkok menganggap ini sebagai pembangkangan terhadap perintah pusat/partai.
Seorang pakar hubungan etnis di Tiongkok di Universitas La Trobe, Melbourne, Australia, Prof. James Leibold mengatakan bahwa penahanan2 tersebut dilakukan secara sadar dan sistematis. Ia juga mengatakan bahwa tindakan Tiongkok tersebut adalah tidak bijaksana.
Tiongkok sendiri awalnya menyangkal isu-isu penahanan tersebut. Namun, akhirnya mengakuinya dan menyebut bahwa tindakan ini sebagai ‘bentuk pendidikan’ dan ‘pelatihan kerja’ untuk meredam isu-isu terkait ekstrimisme.
Yan Shuai, seorang analis spesialis Anti-Terorisme dari Hubungan Internasional Kontemporer Institut Tiongkok mengatakan, Pemerintah Tiongkok mengupayakan banyak cara untuk melawan terorisme dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Yan juga mengatakan, Xinjiang adalah wilyah teraman di Tiongkok saat ini, dimana wilayah tersebut aman tanpa serangan teror selama 30 bulan terakhir (hingga 2019).
Baca juga : Inilah 6 Hal Muslim Tiongkok Yang Perlu Anda Ketahui; Yang Nomor 5 nya Mencengangkan!