Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Pada gambar ini adalah sebuah cuplikan adegan film layar lebar yang diperankan oleh Stephen Chow (tidak terlihat pada gambar) dan seorang anak laki-laki, yang mana film ini menceritakan sebuah dinamika pendidikan dan hubungan antara orang tua tunggal dan anak satu-satunya.
Ini adalah sekedar film hiburan namun juga memberikan sebuah pesan filosofi kehidupan keluarga dengan segala kekurangannya dan kelebihannya.
Dari film ini menginspirasikan saya berbagi sedikit tentang filsafat / *pendidikan Tiongkok kuno berikut di bawah ini :
I. Tema : Mempunyai orang tua kolot bahkan bodoh
Nasehat :
Orang tua mencintai kita….. Apa susahnya berbakti kepada mereka.
Bila ternyata beliau benci….. Kita harus tetap berbakti, inilah bakti yang paling tinggi.
Secangkir teh hangat :
Pada dasarnya, orang tua menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. Oleh karena itulah kita harus berbakti dan perbuatan berbakti itu sebenarnya tidaklah sulit jika kita mempunyai dasar dan paham arti sesungguhnya dari kata “berbakti”.
Yang sering terjadi adalah pada saat ada perbedaan pendapat maka akan terasa sakit hati kita, bahkan kadang susah disembuhkan. Semua disebabkan oleh orang tua yang terlalu strength, kolot, terutama bila kita menganggap beliau bodoh (pendidikan rendah) dll.
Maka disinilah dibutuhkan kepatuhan seorang anak, kita harus mempunyai hati yang lapang mengikuti “cara” beliau dan tetap berbakti. Kita harus berusaha memahami mengapa beliau seperti itu (empati).
Ada baiknya kita untuk intropeksi dan memperbaiki diri secara jujur, karena bagaimanapun juga beliau lebih banyak makan asam garam kehidupan daripada kita.
Kata kunci :
Adaptasi berbeda pendapat seperti ini sungguh sangat sulit, sehingga adaptasi ini adalah adaptasi terpuji yang harus dilatih bagi semua anak yang ingin berbakti.
II. Tema : Menghadapi orang tua yang bersalah
Nasehat :
Bila orang tua terlanjur salah….. Berilah himbauan agar berubah.
Dengan wajah ramah dan sikap tetap hormat….. Suara lembut, tetap khimat.
Bila beliau menolak nasehat….. Dengan santun terus diulang di lain waktu.
Mungkin sambil menangis agar beliau bertobat….. Walau dipukuli, jangan menaruh sakit hati.
Secangkir teh hangat :
Bagaimanapun hebatnya, orang tua adalah manusia biasa yang tidak luput dari berbuat kesalahan. Bila sekali waktu beliau terlanjur berbuat salah maka kita tetap harus hormat pada beliau, memahami beliau dan setahap demi setahap mengingatkan beliau.
Dalam hal mengingatkan, ini harus dilakukan dengan santun dan berdasarkan kasih sayang, bukan dengan memberikan hukuman atau diperlakukan bagaikan penjahat.
Bila pada tahap awal beliau belum sadar diri dan tidak mau menerima pendapat kita, maka kita harus sabar dan terus berusaha memberikan pengertian kepada beliau.
Walau beliau marah kepada kita, memukul kita, bahkan kita sudah meneteskan air mata sekalipun, tetaplah terus berusaha, jangan menyesal di kemudian hari dan jangan putus asa.
Kata kunci :
Berilah contoh teladan kehidupan yang baik pada orang sekeliling kita.
Catatan kaki : Disunting dari kitab “Di Zi Gui”, Li Yu Xiu.
*Pendidikan kuno itu sebenarnya apa? Yaitu mengajar kita untuk mengerti dan mengikuti kodrat alam.
Rotasi pergerakan harmonis antar individu bintang dan planet yang bertaburan di alam semesta ini, meskipun telah melewati dimensi ruang dan waktu, tapi mereka bisa bergerak sangat harmonis dan teratur, sehingga tidak terjadi pergesekan. Dalam bahasa Tionghoa ini dinamakan TAO.