Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Sejarah Pertambangan di Indonesia dimulai oleh orang-orang Tionghoa, yakni oleh orang-orang Tionghoa suku Hakka (Khek). Menurut jenis hasil tambang, sejarah itu terbagi ke dalam dua kategori pertambangan, yakni tambang emas dan tambang timah.

Menurut area tambang, sejarah itu terbagi ke dalam dua pulau, Pulau Bangka dan Pulau Kalimantan.

Namun, baik di kedua sejarah pertambangan itu, semua diawali oleh orang Tionghoa, khususnya Thong Ngin, Orang Tionghoa suku Hakka atau suku Khek.

Sejarah pertambangan oleh orang Hakka di Indonesia sudah ada jauh sebelum orang-orang bekulit putih datang. Bahkan jauh sebelum masa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda.

Artikel ini difokuskan pada sejarah orang Tionghoa dalam sejarah pertambangan Indonesia di Bangka Belitung. Teknik pertambangan timah tidak dikenal oleh pribumi pada waktu itu, malahan pemanfaatan hasil tambang sangatlah minim, hampir tidak ada.

Hal itu terjadi karena masyarakat lokal Bangka Belitung pada waktu itu masih dominan memanfaatkan kayu sebagai penunjang hidup sehari-hari. Hingga akhirnya, pada abad ke-18 orang-orang Tionghoa suku Hakka (suku Khek), memperoleh hak kelola dari Sultan Palembang.

Saat itulah dimulai pertambangan timah sacara masal dan profesional. Di dalam proses pertambangan itu orang Tionghoa membawa masuk Teknik dan Teknologi Pertambangan Timah pertama kali di Indonesia. Teknik Pertambangan yang dibawa oleh mereka membuat cara kerja, alokasi waktu, alokasi tenaga kerja dan menjadi lebih efisien.

Teknologi Pertambangan yang dibawa oleh suku Khek itu, membuat pemanfaatan luas area, Ketepatan dan kecepatan galian menjadi lebih efektif. Ditambah dengan kerja keras para penambang timah, hasil galian bisa mencapai ribuan kilogram per hari. Teknologi pertambangan apakah yang dibawah oleh suku Hakka (suku Khek) ke Indonesia waktu itu?

Chiam, orang Belanda menyebutnya “Chinezen Stokje” artinya tongkat orang Tionghoa, sedangkan orang Melayu menyebutnya Ciam. Chiam berasal dari bahasa Thongboi, bahasa orang Hakka (Khek). Kebanyakan orang salah menerjemahkan Chiam ini.

Jika diterjemahkan dengan lebih persis pada fungsinya, yakni Chiam artinya penghujam. Chiam atau penghujam inilah dipergunakan untuk mengambil lapisan tanah dan melihat kandungan timah didalamnya.

Chiam berujung runcing dan terbuat dari tembaga. Diakui oleh Belanda sebagai teknologi canggih awal abad ke-18 untuk pemboran dan kemudian disempurnakan oleh mereka.

Cangkul, Thong Ngin yang membawa cangkul ke pulau Bangka Belitung. Dalam bahasa Thongboi Orang Hakka (Khek) menyebutnya “Kiok Chow”. Kiok Chow para penambang timah itu memiliki gagang yang panjang, berbeda dengan cangkul yang ada sekarang.

Hal ini dilakukan untuk menggali lahan tambang secara luas dan masif, yang kemudian dikenal sebagai kolong. Cangkul atau Kiok Chow itu dibawa pada awal abad ke-18. Menyebabkan terciptanya pertambangan timah meluas dengan cepat. Hal ini tercatat dalam Sejarah Pertambangan Indonesia.

Selain Chiam dan Cangkul, masih banyak terdapat teknik dan teknologi yang dibawa oleh orang Hakka (Khek) ke Indonesia. Dengan melihat fakta sejarah maka jelaslah bahwa orang Tionghoa-lah yang mengawali pertambangan di Indonesia.

Khususnya orang Tionghoa suku Hakka (Khek) dengan membawa teknik dan teknologi yang canggih pada zamannya di Bangka Belitung. (Dikutip dari : bukjam.wordpress.com dengan pengeditan & penyesuaian seperlunya)

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Orang Tionghoa dalam Sejarah Pertambangan Indonesia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?