Tian Chuan Jie (天穿节), atau Tian Chuan Ri (天穿日), atau Thian-chon (dialek Hakka), adalah suatu perayaan yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 1 Imlek. Festival Tianchuan adalah untuk memperingati Dewi Nuwa (女娲) memperbaiki langit dan menyelamatkan umat manusia.

Kata Tian Chuan terdiri atas 2 kata, yakni “Tian” (天) yang artinya “Langit”, dan “Chuan” (穿) yang artinya “bolong, tembus, atau bocor”.

Ungkapan ini menyiratkan makna Langit, dimana pada perayaan yang jatuh pada tanggal 20 bulan yang pertama Imlek akan turun hujan, dan dalam kenyataannya memang sering begitu.

Karena orang2 Tiongkok sejak dahulu telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, beda daerah, beda hari dan variasinya. Ada yang dilaksanakan tanggal 7, 9, 10, 19, 20, 21, 23, atau 25, tergantung komunitas masing2. Namun setelah masa Dinasti Song, hampir selalu dilaksanakan pada tanggal 20.

Perayaan Tian Chuan sama sekali bukan merupakan rangkaian dari Tahun Baru Imlek (春节). Perayaan ini memiliki arti tersendiri. Di Taiwan, perayaan Tian Chuan Ri ditetapkan sebagai Hari Hakka Nasional (全國客家日).

A. Makna dan Legenda Perayaan Tian Chuan

Menurut legenda, perayaan ini adalah untuk mengenang hari dimana Dewi Nu Wa (女娲) menambal langit yang bocor untuk menyelamatkan umat manusia.

Festival Tianchuan adalah untuk memperingati Dewi Nuwa memperbaiki langit dan menyelamatkan umat manusia (tanggal 20 bulan lunar pertama).

Baca juga : Legenda Pan Gu (PanGu), Pencipta Alam Semesta, Langit dan Bumi

Menurut catatan, legenda ini tercantum dalam kitab Huai Nan Zi (淮南子) bab Lan Ming Xun (览冥训), diceritakan bahwa pada hari tersebut (tanggal 20 bulan 1) Dewi Nuwa dari Gunung Kunlun (昆仑山) menciptakan batu 5 Warna (五色石; wu se shi), untuk menambal langit yang bocor karena hujan yang turun tanpa henti.

Setelah ditambal Nuwa, hujan lebat akhirnya berhenti, dan umat manusia selamat dari banjir besar.

Masyarakat bangsa Tiongkok jaman dahulu umumnya adalah petani, yang senantiasa bergantung kepada alam, sehingga perayaan ini kemudian menjadi simbol pengharapan agar hasil pertanian semakin baik, dan mereka diberkati kesehatan, kesejahteraan, serta alam semesta senantiasa tetap harmonis.

Catatan mengenai perayaan Tianchuan semakin sedikit sejak jaman Dinasti Song (960-1279). Namun sejak Dinasti Ming (1368-1644) dan Qing (1636-1912). Di daerah Shanxi, Shaanxi, Henan, dan di wilayah2 utara lainnya, ditemukan catatan2 mengenai perayaan ini yang telah banyak dilakukan pada masa lalu.

Catatan paling awal dari Festival Tianchuan berasal dari kitab Shi Yi Ji (拾遗记) yang ditulis oleh Wang Jia (王嘉; ~390 M) dari Dinasti Jin Timur, yang mengatakan “Jiangdong umumnya dikenal sebagai hari ke-20 dari bulan lunar pertama sebagai hari menambal langit, dan kue dadar yang diikat dengan benang merah ditempatkan di rumah, sebagai simbol memperbaiki langit.

Menurut legenda, keluarga Nuwa menggunakan matahari untuk menambal langit. Festival Tianchuan juga tercatat di buku Yuanjian Leihan (渊鉴类函) bab 13, yang tercatat kata Bu tian chuan (补天穿), yang berarti “memperbaiki kebocoran langit”.

B. Tradisi2 di Daerah

Di samping daerah lain, daerah2 yang ada komunitas Hakka-nya, termasuk Taiwan, masih banyak yang merayakan tradisi ini. Ada yang membuat kue 5 warna dari bahan ketan yang lengket, sebagai simbol batu 5 warna yang digunakan Dewi Nuwa untuk menambal langit yang bocor.

Pada hari ini, sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Tiongkok dan Taiwan untuk menyajikan kue dadar di rumah.

Kue keranjang, a.k.a dodol cina.

Baca juga : Resep Membuat Kue Keranjang (Nian Gao) Khas Imlek

Orang Hakka merayakan Tianchuan (Thian-chon) setiap tanggal 20 bulan 1 Imlek, dengan menggoreng Tian ban (甜粄), atau Nian gao (年糕), alias kue keranjang yang disimpan sejak hari pertama tahun baru Imlek sampai hari ke-20.

Pada hari Tianchuan, Tian ban (Thiam-pan) pun dikeluarkan dan digoreng, sebagai simbol menambal langit. Ada yang digoreng dengan campuran telur yang sudah dikocok, ada pula yang digoreng dengan adonan tepung.

Orang2 kemudian menempelkan kue yang digoreng itu diatas atap genteng rumah. Ada juga tradisi orang Hakka yang menusukkan jarum2 diatas Thiam-pan yang digoreng. semua ini hanya sebagai simbol menambal langit bocor, atau Pu-Thian-Chon.

Kebiasaan lainnya adalah menaruh sedikit kue manis di celah2 dinding rumah, dan kemudian berdoa untuk tahun baru yang bahagia dan cuaca yang baik.

Pada jaman dulu, masyarakat yang merayakannya akan libur, atau tidak melakukan pekerjaan rutin, seperti membajak sawah, dan menenun bagi yang perempuan. Sebagai gantinya, mereka menyanyikan lagu2 daerah bersama2.

Di satu sisi, itu memungkinkan mereka yang telah bekerja keras untuk beristirahat sejenak, serta membiarkan bumi pulih. Ini perspektif dari konsep perlindungan lingkungan modern, dimana manusia perlu memberi waktu kepada alam untuk memperbaiki.

Festival Tianchuan adalah untuk memperingati Dewi Nuwa memperbaiki langit dan menyelamatkan umat manusia.

Baca juga : Asal Usul Kelompok Orang Hokkian, Hakka, Kanton, Tiociu, dan Lainnya di Asia Tenggara (Termasuk Indonesia) —

Di Meizhou, Huizhou, dan kota2 lain di propinsi Guangdong dan Fujian, setiap keluarga, baik pria maupun  wanita, tua atau muda, semuanya meninggalkan pekerjaan bertani mereka hari ini, untuk beristirahat dari jadwal sibuk mereka, dan menikmati sepenuhnya festival rekreasi di hari Tianchuan.

Hari Tianchuan adalah hari libur Tidak peduli apakah keluarga kaya atau miskin, Anda harus mengambil hari libur pada Hari Tianchuan.

Jika ada anak muda jahil yang tetap bekerja pada hari ini, mereka akan dimarahi oleh orang tua mereka, dan mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak akan cukup untuk menambal langit, dan mereka akan menghadapi kekeringan setelah kembali ke ladang.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Perayaan Tian Chuan (天穿节); Dewi Nuwa Menambal Langit”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?