Last Updated on 26 July 2022 by Herman Tan Manado
Pertambahan jumlah penduduk Tiongkok diprediksi akan melambat secara signifikan, dan populasinya diperkirakan akan mulai menyusut sebelum 2025.
Dari data yang di publikasikan harian Global Times pada Minggu, 24 Juli 2022, menunjukkan bahwa jumlah kelahiran di sepanjang tahun 2021 merupakan yang terendah di sejumlah provinsi dalam beberapa dekade.
Baca juga : Kebijakan Dua Anak Tiongkok (Two Child Policy) : Beban Ekonomi atau Kebahagiaan?
Angka kelahiran di provinsi Hunan, Tiongkok tengah, anjlok di bawah 50o ribu untuk pertama kalinya dalam hampir 60 tahun. Hanya provinsi Guangdong di selatan yang mencatat kelahiran baru di atas 1 juta, kata koran berhaluan pemerintah tersebut.
Belakangan Tiongkok memang sedang berjuang mengatasi penyusutan pesat pada populasinya.
Kondisi itu terjadi saat banyak penduduk muda memilih untuk tidak memiliki anak karena berbagai alasan, terutama karena tingginya biaya hidup dan tekanan pekerjaan (durasi kerja yang panjang sangat menguras tenaga dan waktu).
Populasi Tiongkok diperkirakan mulai menyusut pada kurun waktu 2021-2025, kata Yang Wenzhuang, kepala urusan populasi dan keluarga di Komisi Kesehatan Nasional.
Perubahan undang-undang Tiongkok tahun lalu, yang membolehkan perempuan memiliki 3 anak, ternyata tidak efektif dalam membantu mengurangi penyusutan jumlah penduduknya.
Tiongkok diprediksi akan mengikuti negara Jepang yang telah lebih dulu mengalami degradasi jumlah penduduk pasca tahun 1990-an. Saat ini, mayoritas penduduk Jepang adalah usia tua (40+).
Baca juga : Tiongkok Kini Izinkan Warganya Miliki 3 Anak
Banyak wanita muda Tiongkok mengatakan, perubahan itu datang terlambat, dan mereka tidak cukup memberikan jaminan pekerjaan dan kesetaraan gender dalam pekerjaan.