Last Updated on 22 August 2020 by Herman Tan Manado
Seperti yang sudah dibahas dalam seri artikel Tradisi Pernikahan Tionghoa kami, pernikahan yang dilangsungkan masyarakat Tionghoa merupakan serangkaian acara yang sangat mewah dan esensial. Rangkaian dalam prosesi pernikahan dalam masyarakat Tionghoa pun nyatanya memiliki beberapa tahapan yang sangat panjang dan melelahkan untuk dijalankan, yakni :
1. Tingjing (定亲; Dingqin); Prosesi Lamaran (Wedding Proposal)
Rangkaian prosesi pernikahan akan dimulai dengan prosesi sebelum menikah. Prosesi lamaran atau Tingjing ini adalah permulaan dari serangkaian prosesi pernikahan ala Tionghoa. Pada saat Tingjing, keluarga mempelai pria akan mendatangi rumah mempelai wanita untuk melamar dan membawa berbagai macam barang sebagai ‘seserahan awal’.
Aturan dari jumlah dan barang2 apa saja yang dibawa perlu diperhatikan, karena dipercaya sejak dari sinilah kebahagiaan pasangan itu dimulai. Dalam prosesi Tingjing inilah momen untuk menentukan kapan tanggal pernikahan akan digelar.
Baca juga : Tingjing (Dingqin), Prosesi Lamaran ala Tradisi Tionghoa (Wedding Proposal)
2. Tinghun (订婚; Dinghun), Prosesi Tunangan (Wedding Engagement)
Nah, kalau Tingjing adalah acara LAMARAN, maka Tinghun inilah yang dinamakan acara PERTUNANGAN versi Tionghoa (lebih tepatnya orang2 Hokkian).
Dalam prosesi Tingjing, calon mempelai wanita akan dipakaikan kalung oleh Ibu dari calon mempelai pria. Sementara dalam prosesi Tinghun, sama seperti layaknya acara2 pertunangan pada umumnya, calon mempelai wanita dan pria akan saling bertukar cincin (sebagai tanda pra-nikah).
Baca juga : Dinghun (Tinghun), Prosesi Tunangan ala Tradisi Tionghoa (Wedding Engagement)
3. Sangjit (Seserahan Pernikahan)
Sangjit merupakan proses seserahan atau lamaran dari pihak keluarga mempelai pria (diwakili perwakilan pihak keluarga, seperti saudara2 kandung dan jika kurang orang, bisa diambil dari teman2 terdekatnya yang masih single) dengan membawa “seserahan” ke kediaman pihak keluarga mempelai wanita.
Acara Sangjit biasanya dilakukan sebelum pertunangan (Tinghun), tapi ada juga yang tidak lagi melakukan acara pertunangan, dan menggabungkannya ke acara sangjit. Sangjit biasanya dilakukan sebulan s/d 3 bulan sebelum acara pernikahan.
Baca juga : Tradisi SANGJIT Dalam Budaya Tionghoa
4. Liauw Tiaa (Pesta Bujang)
Acara bachelor night atau malam bujang, dimana calon mempelai pria dan wanita akan berpesta bersama dengan teman2nya, mengingat mereka sebentar lagi akan melepas masa lajangnya. Tradisi ini disebut dengan liauw tiaa. Biasanya akan ada permainan/games2 menarik, serta makanan dan minuman untuk para tamu undangan.
Agak berbeda dari pesta bujang biasanya, pada acara liauw tiaa, teman dan kolega dari kedua mempelai biasanya berkumpul dalam satu tempat, namun biasanya di kediaman mempelai wanita.
5. Tea Pai (Permohonan Restu)
Pada pagi hari Pernikahan, akan diadakan acara Tea Pai (Morning Ceremony), yang dihadiri orang tua dan seluruh keluarga besar yang “dituakan”. Selain memberikan restu dan doa pernikahan, mereka juga akan memberikan cinderamata, biasanya berupa perhiasan atau angpau sebagai bentuk bekal dan tanda restu mereka bagi kedua pasangan mempelai.
Pada acara ini juga, kedua mempelai akan memberikan suguhan teh dan soja (bisa dengan kui atau berlutut) kepada orang tua, sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih karena sudah membesarkan dan menghantarkan mereka ke dalam pernikahan.
Baca juga : Tradisi Tea Pai Dalam Rangkaian Pernikahan Adat Tionghoa
6. Pemberkatan Pernikahan
Ini merupakan momen puncak acara pernikahan! Acara upacara pemberkatan pernikahan ini biasanya dilangsungkan pada (pagi menjelang) siang hari, yang dilangsungkan dalam tempat ibadah, berdasarkan agama dan kepercayaan kedua mempelai. Jika ada pasangan yang berbeda kepercayaan, biasanya yang satu “ngalah” dulu, karena di Negara ini tidak diizinkan untuk menikah beda Agama.
7. Resepsi Pernikahan
Setelah pemberkatan nikah, kedua mempelai dapat mempersiapkan diri dalam beberapa jam, untuk menjamu para tamu undangan di acara resepsi pernikahan. Resepsi pernikahan masa kini umumnya dilangsungkan di gedung2 pertemuan atau hotel yang menyediakan ballroom yang besar untuk menampung para tamu undangan.
Dalam resepsi biasanya diselingi sesi pemotongan kue pernikahan, menuangkan botol anggur bersama kedua mempelai, tarian/dansa, dan lagu2 romantis yang akan mengiringi selama acara.
Nah, itulah serangkaian prosesi pernikahan ala Tionghoa diatas. Urutan prosesi dan kebiasaan2 yang ditulis diatas (beserta link2 artikel yang terhubung) bisa jadi berbeda antara satu suku dengan suku yang lain, karena etnis Tionghoa di Indonesia sendiri berasal dari beberapa suku, yakni Hokkian (mayoritas), Kanton, Hakka, Hainan, dan suku lainnya.
Bagi kamu masyarakat non Tionghoa yang ingin meminang gadis Tionghoa sebagai istri, tentu harus siap2 melewati setiap prosesi diatas; karena pernikahan dalam budaya Tionghoa, sejatinya bukanlah sekedar pernikahan antar 2 insan, melainkan bersatunya 2 keluarga besar.
Adat dan tradisi yang baik, asal tidak merugikan siapapun, tidak ada salahnya untuk terus dijalankan dan diwariskan kepada anak cucu.