Last Updated on 14 July 2020 by Herman Tan Manado
Film ini dibuat berdasarkan cerita terkenal rakyat China. Dimana film ini bercerita tentang keluarga jendral Yang Ye semasa dinasti Song, yang merupakan klan kerajaan militer dinasti Song terbesar dan menjaga bagian utara dari serangan bangsa Qidan yang menguasai Dinasti Liao.
Jendral Yang Ye merupakan jendral yang hebat dan tak terkalahkan dalam Perang. Istrinya memberikan 7 orang putra yang gagah berani dan sangat mencintai ayah dan ibunya.
Awal kejadian terjadi ketika Jendral Pan Mei (jendral dari kerajaan dinasti Song) memerintahkan jendral Yang Ye untuk menyerang dinasti Liao, walaupun keberatan yang diajukan Jenderal Yang Ye dikarenakan kekuatan militer yang lebih besar dari dinasti Liao. Pada waktu pertempuran, jendral Yang Ye terkepung musuh.
Jendral Pan Mei yang pada waktu itu bertindak sebagai Panglima perang, tidak mau menolong jendral Yang Ye, karena mempunyai misi pribadi, yakni ingin membalaskan dendam anaknya yang mati saat berkelahi dengan anak jendral Yang Ye.
Akhirnya ke 7 anak jendral Yang Ye pergi menyelamatkan ayahnya yang terkepung yang berlindung di sebuah gunung. Sebelum mereka pergi, Ibu mereka memanggil anak tertua dan menitipkan pesan agar menjaga ke 6 adiknya.
Ibunya juga menyerahkan sehelai kain yang bertuliskan ramalan seorang guru Tao yang kira-kira berbunyi “7 anak pergi, 6 yang kembali”. Ibunya menduga, akan ada 1 anaknya yang akan menjadi “tumbal” dari misi penyelamatan ini.
Setelah mereka berhasil menemukan ayahnya yang sudah terkena panah racun berlindung di balik gunung, mereka mencoba untuk mencari jalan keluar. Ayahnya sebenarnya sudah menduga ini hanya jebakan pihak musuh saja, untuk menghabisi seluruh klan (keluarga) Yang. Mereka akhirnya berhasil lolos dari kepungan musuh dan beristirahat di sebuah tempat.
Ayahnya mendapat mimpi bertemu dengan guru Tao tersebut, dan menyampaikan sebuah petunjuk lagi yang berbunyi “Jika kambing tua tetap hidup, kambing muda tidak dapat berkembang”. Maksud disini sudah jelas, bahwa dia harus mati agar tidak menjadi beban bagi anak-anaknya yang ingin selamat dalam pengejaran musuh.
Setelah jendral Yang Ye meninggal, anak-anaknya bermaksud untuk segera menguburkannya di tempat itu juga agar mempermudah dalam pelarian dari pengejaran musuh. Tapi anak ke 6 bersikeras ingin membawa pulang jasad ayahnya tersebut, karena titipan/pesan dari ibu mereka. Akhirnya korban pun mulai berjatuhan.
Musuh berhasil mengejar dan akhirnya satu per satu anak jendral Yang pun mati, hingga tersisa anak ke 6 yang selamat sambil membopong jasad ayahnya kembali menemui ibunya.
Intinya ada pada ramalan dari guru Tao pada istri jendral Yang, mungkin disalahartikan. Mungkin maksud dari guru Tao tersebut adalah dari 7 anak, hanya anak ke 6 yang kembali.
Bisa juga Ramalannya batal, karena jasad ayahnya tetap dibawa pulang oleh anak-anak jendral Yang, yang seharusnya ditinggalkan agar mempermudah pelarian dari pengejaran musuh. Semua kemungkinan yang disediakan oleh sutradara tersebut adalah tinggal imajinasi dari para penonton saja.
Dalam sebuah film seri (40 episode) keluaran tahun 2001 yang pernah saya tonton sebelumnya (Legendary Fighter Yang’s Heoine), yang bercerita tentang aksi heroik para menantu (istri dari anak-anak jendral Yang) dari jendral Yang ini, mereka menyalahkan Yang Liu Lang (anak ke 6 jendral Yang) karena secara tidak langsung telah membunuh para suami mereka.
Hanya demi mayat ayah mereka, anak-anak (suami) mereka akhirnya turut menjadi korban. Ya, inti dari film ini adalah mewakili arti dari loyalitas, pengabdian, kebajikan dan kebenaran.