Last Updated on 14 August 2021 by Herman Tan Manado

Hari Valentine ‘versi’ Tiongkok merupakan sebuah perayaan tradisi untuk mengekspresikan kasih sayang diantara manusia. Di Tiongkok terdapat banyak kisah cinta yang disampaikan secara turun-temurun selama ribuan tahun.

Juga ada banyak lokasi tujuan wisata terkait legenda tersebut. Berikut 4 kisah legenda cinta paling romantis dari hari valentine versi Tiongkok :

1. Gunung Tianzhu : Bisikan di bawah Jembatan Magpie

Sebuah foto yang menggambarkan pertemuan Niulang dan Zhinu sekali setahun. So sweet 🙂

Berlokasi di Qianshan County, sebelah barat daya Provinsi Anhui, Gunung Tianzhu memperoleh nama tersebut karena puncak gunungnya yang tertinggi. Di atas Gunung Tianzhu, jejak dari 7 peri dapat terlihat di mana-mana.

Dikatakan bahwa Puncak Tianchi (天池峰) merupakan lokasi dimana untuk pertama kalinya para peri turun ke bumi. Ada pula Jembatan Duxian (渡仙桥) dan Tianchi (天池) dimana Ibu Ratu Kahyangan turun mandi.

Dari keseluruhan tempat tersebut, lokasi yang paling disoroti adalah Jembatan Magpie. Saat mencapai Datianmen (大天门), Jembatan Magpie akan terpampang jelas tepat di depan mata. Berdiri tegak bagaikan jalan layang yang membentang hingga ke seberang tebing.

Wisatawan dapat berjalan turun menyusuri batu setapak yang melingkar di bawah jembatan. Jembatan ini melambangkan legenda jembatan yang dibentuk oleh burung magpie, dimana si pemuda penggembala sapi bertemu dengan kekasihnya gadis penenun pada Festival Qixi atau Hari Valentine versi Tiongkok.

Legenda Cinta Pemuda Penggembala dan Gadis Penenun

Dahulu kala tersebutlah seorang pemuda penggembala sapi yang miskin tetapi baik hatinya, bernama Niulang. Dia hidup bersama dengan seekor sapi tua peliharaannya. Sesungguhnya sapi tersebut adalah Dewa Ternak yang dihukum turun ke bumi, karena telah melakukan pelanggaran hukum di surga.

Niulang pernah menyelamatkan nyawa sapi itu ketika si sapi jatuh sakit. Sebagai wujud rasa terima kasih dan balas budi, sapi tua itu membantu Niulang hingga dapat berkenalan dengan Zhinu (seorang peri, putri ke-7 dari Dewi dan Kaisar Giok).

Ketika sang putri merasa jenuh dengan kehidupannya di surga dan melarikan diri mencari kesenangan di bumi.

Niulang, seorang laki-laki yang polos seperti sapi yang dicokok hidungnya, merupakan tipe idaman para perempuan. Mooo..Betul engga? hehe.

Zhinu langsung jatuh hati pada Niulang dan mereka akhirnya menikah tanpa sepengetahuan para Dewa. Niulang dan Zhinu hidup bahagia bersama; Niulang bekerja di padang, sementara Zhinu menenun di rumah. Tahun demi tahun berlalu. Mereka pun dikaruniai sepasang anak, laki-laki dan perempuan.

Namun suatu ketika Dewi Kahyangan (ibunda dari Zhinu) akhirnya mengetahui juga akan hal ini, bahwa Zhinu telah dinikahi manusia biasa. Dewi Kahyangan pun sangat marah dan mengirim tentara langit untuk membawa pulang Zhinu kembali. Niulang merasa sangat kecewa, ketika mengetahui istrinya dibawa kembali ke surga.

Sang sapi peliharaannya meminta agar Niulang membunuhnya dan mengenakan kulitnya untuk menutupi penyamarannya, sehingga dapat menyusul dan bertemu dengan istrinya di surga. Sambil menangis sedih, Niulang pun membunuh si sapi, mengulitinya dan mengenakannya kulitnya. Dibawanya serta kedua anak mereka untuk mencari Zhinu di surga.

Tepat sebelum ia berhasil menyusul Zhinu, Dewi Kahyangan melepaskan jepit rambutnya dan terbentuklah sungai yang amat luas di antara keduanya, sehingga mereka terpisah selamanya. Sungai ini kemudian dikenal sebagai Bimasakti.

Niulang pun patah hatinya, dan hanya dapat meratap pilu bersama dengan kedua anaknya. Kisah cinta pasangan ini sangat meluluhkan hati siapapun yang mengetahuinya, sehingga membuat burung-burung Magpie menaruh rasa iba.

Mereka pun beramai-ramai terbang membentuk sebuah jembatan menyeberangi sungai, agar Niulang dan Zhinu dapat dipertemukan kembali di atas jembatan Magpie.

Hati Dewi Kahyangan, ibunya Zhinu pun akhirnya tersentuh akan betapa besarnya cinta pasangan kekasih ini, sehingga ia mengijinkan keduanya untuk bertemu di ‘jembatan Magpie’ pada hari itu setiap tahun, tepatnya pada tanggal ke 7 bulan ke 7 penanggalan lunar.

Baca juga5 Serba Serbi Festival Qixi (Malam ke 7 bulan 7) : Versi Hari Valentinenya Tiongkok

2. Tembok Raksasa : Kisah Pencarian Sang Istri hingga Ribuan Mil

Legenda ratapan Putri Mengjiang menggetarkan hati siapa saja yang membaca kisahnya.

Dengan riwayat sejarah selama ribuan tahun lamanya, Tembok Raksasa merupakan sebuah keajaiban yang dibangun oleh para pekerja purbakala. Tergerus oleh waktu, tembok agung tersebut masih tetap berdiri kokoh di atas pegunungan.

Legenda mengenai seorang wanita yang kehilangan suaminya dan meratap di Tembok Raksasa juga telah diceritakan secara turun-temurun melalui sejarah. Putri Meng Jiang dikabarkan pernah hidup pada 2.200 tahun yang lalu semasa dinasti Qin.

Dalam legenda ini, kegigihan cinta Putri Mengjiang dan ratapan pilunya telah mematahkan mitos bahwa Tembok Raksasa tidak mungkin runtuh.

Baca juga : Legenda Air Mata Putri Meng Jiang; 99,8% Kamu Pasti Menitikkan Air Mata!

3. Broken Bridge (Jembatan Putus) : Kisah Cinta di Danau Barat

Kisah legenda ular putih di Danau Xihu.

Dalam legenda Ular Putih, Jembatan Putus di Danau Barat (西湖; Xihu) merupakan tempat dimana kedua tokoh utama, seorang sastrawan Xu Xian (Hanwen) dan Bai Su Zhen bertemu dan dipersatukan kembali untuk pertama kalinya.

Legenda ini bermula dari Dinasti Song bagian selatan. Dikisahkan bahwa Ular Putih tinggal di gunung yang terpencil dan pada suatu hari berhasil ditangkap oleh seorang tukang daging.

Namun dia diselamatkan oleh seorang anak gembala. 1000 tahun kemudian, Ular Putih menjelma menjadi seorang gadis cantik, yang mencari kembali si anak gembala untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas kebaikan hatinya.

Jembatan Putus menjadi saksi kisah cinta keduanya dan memperoleh reputasinya terkait legenda ini. Jembatan ini terletak di bendungan Bai.

Jembatan batu dengan satu lengkungan ini memiliki panjang 8.8 meter, lebar 8.6 meter dan rentang busur 6.1 meter. Renovasi tahun lalu telah mempertahankan bentuknya yang sederhana dan elegan. Pada sisi timur berdiri Paviliun Raja (景碑亭) nama untuk Kaisar Kangxi, dan sebuah paviliun di tepi danau yang mengandung kata “dalam awan, air dan cahaya”

Bangunan paviliun dan jembatan melengkapi pemandangan klasik dari sisi timur laut Danau Barat, mengundang para pasangan kekasih tertarik untuk berkeliling menikmati keindahan legendanya.

Baca juga : Legenda Ular Putih (White Snake Legend), 88,7% Kamu Pasti Akan Terharu!

4. Perguruan Tinggi Wansong : Kemurnian Cinta Sepasang Remaja

Saking terkenalnya kisah ini, pada September 2008 dibuatkan sebuah momumen di Verona, Italia, sebuah kota kisah cinta yang tidak kalah terkenal, Romeo dan Juliet.

Perguruan Tinggi Wansong berlokasi di sisi utara punggung bukit Wangsong, di atas Pegunungan Phoenix.

Konon di perguruan tinggi inilah tempat dimana Liang Shanbo (梁山伯) dan Zhu Yingtai (祝英台), atau di Indonesia lebih dikenal dengan kisah Sampek dan Engtay, mengenal satu sama lain dan saling jatuh cinta.

Legenda ini diatur dalam suasana masa dinasti Jin Timur (265-420 M). Dikisahkan dalam legenda Butterfly Lovers (Sampek Engtay), bahwa Zhu Yingtai (Engtay) adalah seorang gadis muda dari Shangyu, Zhejiang.

Dia merupakan putri tunggal dari sebuah keluarga kaya, suka berpakaian ala pria, yang sedang belajar di Perguruan Tinggi Wansong bersama Liang Shanbo. Ketika itu ia menyamar sebagai seorang laki-laki dan pergi ke Hangzhou untuk belajar.

Dalam perjalanannya, ia berkenalan dengan Liang Shanbo (Sampek), yang berasal dari Kuaiji. Mereka memutuskan diri menjadi saudara angkat.

Di sekolah. Yingtai mulai jatuh cinta dengan Shanbo. Namun lambat laun Liang Shanbo pun mengetahui bahwa Zhu Yingtai ternyata adalah seorang gadis, dan akhirnya keduanya saling jatuh cinta.

3 tahun kemudian, Yingtai menerima surat dari ayahnya yang meminta ia agar pulang secepatnya. Yingtai yang sudah memiliki firasat bahwa ia pasti akan dijodohkan dengan lelaki lain pilihan ayahnya.

Maka itu sebelum pergi, ia membuka kedoknya pada istri kepala sekolahnya, dan meminta agar ia memberikan sebuah kalung kepada Shanbo sebagai hadiah pertunangan.

Akhirnya Shanbo pun mengantar Yingtai pulang sejauh 18 mil. Dalam perjalanan, Yingtai mendapat ide untuk menjodohkan Shanbo dengan adik perempuannya (dengan maksud agar dia tidak menjadi patah hati). Ia meminta Shanbo untuk datang ke rumahnya agar ia dapat diperkenalkan dengan adik tersebut.

Ketika Shanbo tiba di rumah Yingtai, ia akhirnya mengetahui rahasianya. Namun orangtua Yingtai memaksanya untuk menikahi orang lain. Mereka tidak dapat hidup bersama, karena hubungan yang ditentang oleh orang tua Yingtai.

Shanbo sakit hati dan akhirnya meninggal dunia. Pada hari pernikahan Yingtai, mereka tidak dapat pergi ke rumah mempelai laki-laki yang dijodohkan ayahnya karena terhadang badai di dekat perkuburan Shanbo.

Zhu Yingtai pun pergi ke kuburan tersebut, dan meminta agar kuburan tersebut terbuka. Ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di depan kubur sang kekasih.

Tiba-tiba hal ini terjadi, dan Yingtai pun meloncat ke dalam kuburan dan bergabung dengan jasad Shanbo di dalamnya. Jiwa mereka pun dilahirkan kembali sebagai sepasang kupu-kupu yang terbang bersama.

Baca juga : Festival Qi Xi, Kisah Gembala Sapi Niu Lang dan Gadis Penenun Zhi Nu

Demikian 4 Kisah diatas yang dijuluki “The China’s Four Great Folktales” yang sudah dikenal seantero dunia!

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?