Last Updated on 20 February 2023 by Herman Tan Manado
Pemakaman Langit (天葬; Tianzang) atau Sky Burial, adalah sebuah ritual pemakaman di Tibet, yang membiarkan mayat di tempat terbuka, untuk dimakan oleh burung pemakan bangkai (burung hering, burung nasar).
A. Cara-Cara Pemakaman di Dunia
Pada umumnya, pemakaman dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Menguburkan Jasad di dalam tanah. Ini adalah bentuk pemakaman yang paling umum, serta paling baik menurut Fengshui.
2. Mengkremasi Jasad, Lalu abunya dilarungkan ke laut, atau disimpan dalam sebuah kendi untuk kemudian ditaruh di rumah abu. Ingat, jangan pernah menyimpan abu kremasi dalam rumah, karena sama saja menyimpan sebuah peti mati, yang akan membuat seisi rumah terus dirudung duka.
3. Penguburan Air. dengan menghanyutkan jasad ke laut/danau. Metode penguburan ini tidak lagi direkomendasikan di jaman modern, kecuali bagi angkatan laut atau pelaku pelayaran. Pada 2008 silam, seorang pria di Fujian memilih penguburan air untuk menguburkan ibunya karena tidak memiliki uang. Dia kemudian ditahan oleh polisi karena dianggap mencemari lingkungan dan menghina jenazah.
4. Penguburan Es, dimana ubuh manusia dimasukkan ke dalam nitrogen cair pada suhu minus 200 derajat Celcius. Dalam beberapa menit, 70% air dalam tubuh akan hilang, sehingga tubuh akan menjadi kering dan rapuh. Sisanya dapat dikubur dalam peti kecil, atau untuk kasus yang ekstrim, sisa tulang dapat ditumbuk halus dan dijadikan pupuk organik.
5. Penguburan Goa : Memasukkan jasad ke dalam goa, lalu menyegelnya dengan batu besar. Ini model penguburan di jaman Yesus.
6. Penguburan Pohon : Memasukkan jasad ke dalam batang pohon yang berlubang). Ini model penguburan bangsa Kaukasus Asia.
7. Penguburan Tebing (meletakkan peti mati di pinggir tebing). Penguburan ini adalah misteri tak terpecahkan, karena bagaimana cara orang2 kuno dulu memasukkan peti mati yang berat ke tebing2 yang tinggi hingga kini belum diketahui. Jika Anda berlayar menyusuri Sungai Yangtze (揚子江) melewati Tiga Ngarai, Anda dapat melihat banyak peti yang tergantung di pinggir tebing Ngarai Qutang (瞿塘峽).
Selain cara2 pemakaman diatas, ada pula cara2 pemakaman di dunia yang mengikuti kepercayaan dan adat istiadat lokal. Misalnya memumifikasi (mengawetkan) jasad di Mesir dan di tanah Toraja (Sulawesi Selatan). Atau di Bali dengan pemakaman ala Trunyan.
Trunyan sendiri adalah pemakaman tradisi masyarakat desa Trunyan, dimana jasad diletakkan begitu saja diatas permukaan tanah (tanpa peti mati) hingga mengalami proses pembusukan sendiri. Selain itu, bagian wajah dibiarkan terbuka, sementara bagian tubuh hanya ditutupi daun2 pisang.
Uniknya, tidak tercium bau menyengat sama sekali. Yang ada malah bau harum dari pepohonan disekitar! Yang terakhir, ada “Pemakaman Langit” dari Tibet. Apa itu pemakaman langit dari Tibet? Bagaimana prosesnya?
Baca juga : Daftar Propinsi Tiongkok (4 Kota Setingkat Propinsi, 2 Daerah Administrasi Khusus, dan 22+1 Propinsi)
B. Apa itu Pemakaman Langit?
Propinsi Tibet (西藏; Xizang) terletak di barat Tiongkok, dengan Lhasa sebagai ibukotanya, dan merupakan salah satu dari 5 Daerah Otonomi Khusus. Tibet memiliki luas wilayah ±1,2 juta km², dengan jumlah penduduk sebanyak ±3,2 juta jiwa (per 2014) yang mayoritasnya beragama Tibetan Buddhism (78,5%).
Mereka dipimpin oleh seorang Dalai Lama, terlepas dari kontroversi yang selama ini terjadi disana.
Masyarakat Tibet memiliki sebuah cara pemakaman yang terbilang sangat unik, yaitu dengan membiarkan jasad dimakan oleh burung pemakan bangkai (burung nasar/hering). Cara pemakaman seperti ini dikenal dengan nama Pemakaman Langit (天葬; Tianzang) atau Sky Burial. Warga lokal menyebutnya dengan sebutan “Jhator”.
Pada dasarnya, cara pemakaman ini dilakukan dengan cara memotong tubuh jasad terlebih dahulu, dan menaruhnya di ketinggian gunung, yang nantinya akan dibiarkan begitu saja untuk dimakan oleh burung2.
Pemakaman langit ini terbentuk dikarenakan 3 hal :
1. Kondisi geografis dataran Tibet yang memiliki kontor pebukitan dan jenis tanah berbatu, dimana ketebalan tanah di Tibet umumnya hanya berkisar 2 cm hingga 20 cm, sehingga sulit untuk mencari lahan tanah perkuburan untuk menguburkan jasad.
2. Selain itu, karena pada dataran tinggi terkadang cuaca sangat dingin (hingga dibawah 0 derajat), sehingga membuat jasad sulit membusuk bahkan sampai bertahun2.
3. Terakhir, disana juga cukup sulit untuk mencari kayu bakar yang kering, yang akan digunakan untuk membakar (mengkremasi) jasad. Oleh karena itu, cara pemakaman langit dianggap lebih praktis.
Baca juga : Inilah 18 Aturan Hidup Sehari-Hari Menurut Dalai Lama
C. Apa Makna Dibalik Ritual Pemakaman Langit?
Salah satu alasan yang mendasari pemakaman langit adalah dasar dari agama yang mereka peluk. Kebanyakan dari penduduk di Tibet memeluk agama Buddha Vajrayana, yang percaya akan adanya reinkarnasi setelah kematian.
Agama Buddha percaya bahwa setelah kematian, jasad dari manusia yang meninggal tidak ada artinya lagi, dan pada akhirnya akan kembali ke alam juga, baik melalui burung pemakan bangkai ataupun diuraikan oleh tanah.
Oleh karena itu, memberikan tubuh adalah tindakan kemurahan hati terakhir kepada makhluk hidup lain, dan juga merupakan salah satu tingkat keenam dalam ajaran Buddha.
Hal inilah yang membuat penduduk Tibet melihat bahwa dengan “menghancurkan cangkang fana”, yang tak adalah tubuh mereka sendiri, dimana hal itu dapat membantu roh mereka untuk dapat mencapai nirwana (keabadian).
Hal ini berkaitan erat dengan penempatan jasad yang ditaruh diatas gunung, dengan kepercayaan bahwa tempat tersebut adalah tempat terdekat untuk mencapai nirwana.
Selain itu, penduduk Tibet juga percaya bahwa burung pemakan bangkai adalah hewan suci. Maka dari itu, ketika burung2 mulai berkumpul di dekat jasad, maka dipercaya bahwa para roh suci telah datang untuk menjemput roh orang yang meninggal itu.
Penduduk Tibet percaya bahwa dengan memberikan tubuh/jasadnya ke burung, mereka telah berbuat KARMA BAIK kepada alam. Karena dengan demikian, burung2 pemakan bangkai tidak lagi memangsa burung2 yang lebih kecil (memberi kehidupan).
Tidak hanya itu, tulang2 yang tersisa pun dihancurkan dan dicampur dengan tsampa (tepung barley kering), untuk diberikan kepada burung2 lain yang lebih kecil agar tidak kelaparan.
Hal ini laiknya mencontoh tindakan seorang calon Buddha di masa lampau, yang memberi makan harimau yang lapar dengan memotong bagian tubuhnya.
Baca juga : Istana Potala di Tibet; 7 Keajaiban Masa Lalu China
D. Bagaimana Proses Pemakaman Langit-nya?
Proses pemakaman langit ini tidak hanya sebatas membawa jasad orang yang telah meninggal diatas gunung dan meninggalkannya begitu saja. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk dapat menjalani ritual ini.
Pertama2, ketika seseorang telah meninggal dunia, jasadnya akan dibungkus menggunakan kain putih dan diletakan di sudut rumah selama 3 sampai 5 hari. Selama proses ini, juga seluruh anggota keluarga tidak akan beraktivitas. Hal ini dilakukan agar tercipta suasana yang tenang dan damai.
Di waktu2 ini para Biksu, atau pemuka agama di Tibet (biasa dipanggil dengan sebutan “Lama”) akan melantunkan doa dan ayat kitab suci, sembari membakar dupa kemenyan di dekat mendiang. Hal ini bertujuan agar rohnya dapat segera terlepas dari ikatan duniawi dan dosa2 nya, dan dapat segera pergi menuju nirwana.
Selama periode ini, anggota keluarga akan memilih hari baik untuk melakukan pelepasan jenazah.
Selanjutnya, jasad akan dimandikan dan dibungkus menggunakan kain putih, dengan posisi menelungkup seperti janin dalam perut. Kemudian sebelum fajar, jasad dibawa ke puncak gunung, ke tempat prosesi pemakaman.
Sesampainya di puncak gunung, kain yang membungkus jasad akan dibuka dan dibaringkan. Seorang Rogyapas yang bertugas akan mulai menyayat (membelah) tubuh dari jasad tersebut.
Pemotongan tubuh tersebut dimulai dari bagian punggung, lalu dilanjutkan ke bagia2n tubuh lainnya. Proses pemotongan ini harus dilakukan dengan benar, karena apabila tidak, maka dipercaya bahwa roh jahat akan mengambil roh yang meninggal tersebut.
Rogyapas akan memisahkan antara tulang dan daging dari jasad, dimana nantinya dagingnya akan diberikan kepada burung pemakan bangkai. Daging yang tersisa akan dibakar, dan tulang2 akan dihancurkan, untuk nantinya dicampurkan dengan tsampa (tepung barley panggang), yang kemudian akan diberikan kepada burung gagak atau burung2 yang lebih kecil.
Selama prosesi berlangsung, ayat2 sutra suci terus dibacakan. Selain itu, terkadang pemimpin upacara / Lama Tibet juga akan membantu memanggil burung2 pemakan bangkai dengan membuat asap, dan memakan tubuh dari orang yang meninggal tersebut.
Baca juga : Tradisi Pemakaman Tiongkok : Budaya Tentang Kematian!
E. Adakah Ketentuan atau Larangan Dalam Ritual Tersebut?
Sekalipun demikian, tidak sembarang jenazah dapat mengikuti model cara pemakaman langit ini. Yang berusia kurang dari 18 tahun, wanita hamil, dan mereka2 yang meninggal karena kecelakaan atau penyakit yang menular, TIDAK DIPERBOLEHKAN untuk mengikuti prosesi ini.
Selain itu, selama prosesi berlangsung ada pula larangan2 yang harus dipatuhi, yaitu :
1. Orang asing tidak diperbolehkan mengikuti prosesi pemakaman langit ini.
2. Anggota keluarga juga tidak diperbolehkan mengikuti prosesi ini. Hanya Rogyapas (pemecah tubuh) dan Lama (pemuka spiritual Tibet) saja. Para anggota keluarga hanya dapat menyaksikan prosesi tersebut dari kejauhan, seperti dari puncak bukit terdekat.
3. Tidak boleh mendokumentasikan (dalam bentuk foto maupun video) dari prosesi dari tersebut dengan alasan kesakralan (meski kenyataannya sudah banyak tersebar di mesin2 pencari Baidu, Google, hingga Youtube).
Penduduk lokal percaya, apabila larangan tersebut dilanggar akan membawa nasib buruk kepada mereka, dan menghambat roh mendiang untuk naik ke nirwana (atau ber-reinkarnasi).
Di Tibet, terdapat 2 tempat yang umumnya dipakai untuk melaksanakan ritual “pemakanan langit” ini, yakni di Biara Drigung Til (terletak di daerah Maizhokunggar dan menghadap ke Lembah Mum Pa) dan di Akademi Buddha Larung Gar (merupakan akademi Buddha terbesar di dunia, yang terletak di sebelah tenggara propinsi Sichuan).
Baca juga : Fengshui Kuburan : Dikremasi vs Dikubur; Mana Yang Lebih Baik?
Meski sebagian orang menganggap hal ini tidak manusiawi, namun pemakaman ini bisa dikatakan sebagai suatu warisan budaya dan kepercayaan bagi penduduk lokal Tibet. Selain itu, ritual pemakaman langit ini juga memiliki makna religius yang mendalam bagi roh yang telah meninggal.