Last Updated on 11 June 2020 by Herman Tan Manado

Atas tantangan Tiongkok, Trump minggu lalu membuat keputusan kontroversi awal. Sebenarnya kurang menarik juga keputusan presiden Amerika tersebut. Se rambo2 nya Trump, ternyata masih Hollywood juga. Inilah keputusannya : Akan mencabut status Hongkong sebagai partner dagang istimewa!

Apa arti pencabutan status Hongkong dari partner dagang istimewa US itu?

1. Tidak lagi memiliki keistimewaan tarif, untuk barang2 yang keluar masuk Amerika dari Hongkong.
2. Orang yang berpaspor Hongkong tidak bisa bebas lagi masuk Amerika. Orang Hongkong wajib mengurus visa masuk Amerika.
3. Tidak lagi mempunyai keistimewaan Dwi-kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda) Hongkong – Amerika.

Pokoknya hubungan AS dengan Hongkong MENJADI SAMA dengan hubungan AS dengan Tiongkok.

Kalau hanya itu sih, lantas apa pedulinya Tiongkok? Yang akan paling menderita justru orang2 Hongkong sendiri. Terutama pada lapisan bisnisnya, demikian pula pada kelompok profesionalnya.

Tapi Tiongkok pasti tidak peduli dengan itu. Tiongkok bisa bersikap, itu salah warga Hongkong sendiri, mengapa demo besar-besaran di sepanjang tahun 2019 kemarin, bahkan terus berlanjut hingga tahun ini (total sudah 450 hari hingga saat ini) yang tujuan akhirnya, unjung-ujungnya meminta Hongkong agar merdeka.

Tujuan mereka melakukan demo setiap hari di jalalan, di mall, di bandara, dan di tempat2 strategis, tak lain adalah untuk mengadu menarik perhatian internasional, pada masalah dalam negeri mereka. Mereka sadar, mereka tidak memiliki kekuatan militer atau apapun, jadi cara satu2nya adalah meminta negara2 barat/sekutu untuk menekan bapaknya Tiongkok lewat politik, agar “memerdekakan” mereka.

Adapun pemicu awal dari kerusuhan Hongkong sebenarnya sepele saja, namun itu di blow-up media lokal dan barat, sampai ada bukti foto orang bule yang turut memprovokasi massa di lapangan untuk bergerak. Namun sebagai bapak, Tiongkok tidak bergeming, juga tidak sampai hati menggerakkan kekuatan militernya, yang sebenarnya sudah standby, hanya berjarak 20 km di Shenzhen.

Tuduhan Tiongkok bahwa orang asing juga turut berperan dalam kerusuhan, tampaknya bukan isapan jempol belaka. Tampak seorang pria yang diduga menjadi koordinator aksi demonstrasi, dengan memprovokasi massa melawan polisi.

Baca juga : Awal Mula Kerusuhan Hong Kong : Bagaimana Itu Bisa Terjadi?

Keputusan kontroversi Trump lainnya : Akan memberi sanksi langsung kepada pejabat2 tinggi Tiongkok serta Hongkong! Ini mungkin mirip  dengan sanksi yang dijatuhkan kepada pejabat2 tinggi Iran, dimana mereka tidak bisa bepergian ke Amerika. Termasuk kemungkinan tidak bisa ke markas besar PBB yang ada di New York.

Keputusan Trump diatas sudah pasti akan membuat heboh warga Hongkong. Saya jadi ingat seorang teman saya yang orang Surabaya. Ketika dia memilih untuk menjadi warga negara Hongkong, katanya fleksibelnya bukan main! Ia bisa pergi ke Amerika, Inggris, Kanada, Austalia, dan Eropa kapan saja. Semaunya juga!

Kini, status mereka akan menjadi sama seperti Warga Negara Tiongkok. Yang untuk ke Negara2 maju tersebut kelak harus mengurus visa, dan tentu saja berarti harus keluar uang ekstra.

Pengusaha2 di Hongkong benar2 pusing. Demikian pula dengan mahasiswa/i Hongkong yang sementara studi pun pusing 7 keliling, karena dulu mereka bisa bebas masuk keluar Negara2 tersebut, walaupun hanya sekadar untuk berbelanja semalam A

Apalagi aktor dan artis Hongkong yang punya dwi-kewarganegaraan. Awalnya mereka bisa kerja (syuting) di Hongkong, lantas pulang ke Negara keduanya, ketika pekerjaannya selesai. Kelak, bisa jadi mereka dipaksa harus melepas salah satu kewarganegaraannya, sama halnya dengan yang terjadi dengan masyarakat Tionghoa di Indonesia tahun 1960-an hingga awal 1970-an.

Tapi apa peduli Tiongkok? Hongkong, di mata Tiongkok, tidak lagi sepenting 30 tahun lalu. Dulu pelabuhan Hongkong menjadi andalan transportasi (sebagai port). Baik untuk ekspor maupun impor, pelabuhan Hongkong merupakan salah satu yang paling efisien di dunia!

Kini peranan pelabuhan Hongkong bagi Tiongkok kurang dari 5% saja. Pelabuhan Shenzhen juga sudah tidak kalah bersaing. Apalagi pelabuhan Shanghai, atau Tianjin, atau Dalian, serta masih banyak lagi pelabuhan2 baru yang sudah & sementara dibangun Tiongkok.

Dulu Hongkong jadi pintu utama investasi asing ke Tiongkok. Kini tidak lagi. Peranan Hongkong saat ini hanya sebagai pusat keuangan saja yang masih penting. Tapi itu juga sudah tidak seperti era kejayaan tahun 80-90 an dulu. Apalagi mata uang Renminbi  (RMB) sudah lebih kuat dari dolar Hongkong (HKD).

Sekarang 1 RMB sekitar 2000 s/d 2200 rupiah. Bandingkan dengan 1  HKD yang hanya 1700 s/d 1800 rupiah.

Kalau sanksi Amerika ”hanya” itu, baiknya Tiongkok tidak usah membalas. Agar tidak lebih panas. Tetaplah beli hasil2 bumi Amerika seperti yang dijanjikan. hehe.

Lantas apa yang akan dilakukan orang2 Hongkong saat ini?

Bagi pemegang paspor BNO (warga Inggris di perantauan) bisa pindah ke Inggris. Mereka dulunya adalah mantan pegawai pemerintahan kolonial Inggris di Hongkong. Bagi warga Hongkong berduit, bisa pindah ke Kanada. Pilihan lainnya yang lebih realistis, ke Singapura (yang dianggap masih 1 ras).

Bagi yang lain, bisa saja bermigrasi ke Taiwan. Tsai Ing-wen, Presiden Taiwan saat ini, yang juga sudah memberi jaminan, meski kenyataannya akan ruwet juga. Ingat, hingga detik ini wilayah Taiwan masih di klaim Tiongkok sebagai propinsi ke 23 mereka!

Yang pasti, mereka tidak akan pindah ke Konawe atau Morowali 🙂

Sumber referensi : Disway – Catatan Harian Dahlan Iskan

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?