Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan Manado
Bǎi shàn xiào wéi xiān
百善孝为先
Dari ratusan perbuatan bijak, Xiao (berbakti kepada orang tua) lah yang harus diutamakan.
Ungkapan ini merupakan ungkapan yang sangat populer dikalangan etnis Tionghoa. Karena itu kita bisa melihat bahwa hampir sebagian besar etnis Tionghoa sangat berbakti kepada orang tuanya, kecuali yang telah dipengaruhi tradisi barat, mereka tega sampai menyuruh orang tuanya membayar bonnya sendiri ketika makan bareng di rumah makan.
Itu akibat pengaruhi tradisi barat yang egois dan tidak tahu berbakti kepada orang tua. Pada etnis Tionghoa, mereka berbakti kepada orang tuanya dengan cara antara lain : Ketika orang tuanya masih hidup, mereka berusaha untuk bisa membantu merawat dan melayani kepentingan orang tuanya, berusaha supaya orang tuanya bahagia.
Ketika orang tuanya sudah meninggal, mereka berusaha selalu mengingat jasa-jasa orang tuanya dengan mengadakan upacara-upacara pada hari-hari tertentu, seperti sembahyang Ceng Beng, sembahyang leluhur menjelang Imlek, dsb.
Selain itu mereka juga akan selalu mengekang diri untuk tidak berbuat sesuatu hal yang hina yang mungkin bisa mencemarkan nama baik orang tuanya, sehingga mereka selalu berbuat hal yang baik, supaya orang lain menilai bahwa itu adalah berkat ajaran dari orang tuanya.
Huā yán qiǎo yǔ
花言巧语
Ungkapan ini untuk menunjukkan kata-kata manis yang penuh kepalsuan dan sangat merdu ditelinga, yang dipakai untuk membohongi orang lain. Hal ini sering digunakan seperti ‘topeng’ bagi pembohongnya.
Hài qún zhī mǎ
害群之马
Kuda yang mencelakakan kelompoknya.
Ungkapan ini dipakai untuk memperingatkan kepada orang yang selalu berbuat sesuatu yang merugikan kelompok masyarakatnya sendiri. Contohnya seperti Kristoforus Sindhunata.
Shí nián shù mù, bǎi nián shù rén
十年树木, 百年树人
Sepuluh tahun menanam pohon, seratus tahun membina manusia.
Ungkapan ini menyadarkan kita bahwa menanam pangan hanya perlu beberapa bulan, menanam pohon perlu sepuluh tahun baru ada hasilnya, namun untuk membina Sumber Daya Manusia memerlukan seratus tahun.
Dengan demikian maka mestinya kita semua sadar bahwa TERNYATA UNTUK MEMBINA SDM YANG BERKUALITAS, MASIH SANGAT PANJANG JALAN YANG HARUS DILALUI. Karena itu yang penting adalah tingkah laku kita harus bisa dilihat langsung oleh masyarakat lainnya, bukan hanya berupa omongan-omongan yang manis saja.
Yī yán jì chū, sì mǎ nán zhuī
一言既出, 驷马难追
Sebuah kalimat yang telah dikeluarkan, maka biarpun dikejar dengan memakai 4 ekor kuda, tidak akan terkejar kembali.
Ini merupakan ungkapan yang menasehati kita, bahwa jadi orang harus bisa dipercaya. Jangan plintat-plintut apalagi suka memfitnah orang lain! Karena itu etnis Tionghoa dalam berdagang biasanya kalau sudah ngomong pasti tidak akan ditarik kembali (seperti menjilat ludah sendiri), dan dapat dipercaya omongannya itu.
人怕出名, 猪怕壮
Rén pà chūmíng, zhū pà zhuàng
Manusia takut punya nama (terkenal), babi takut jadi gemuk.
Pepatah ini menunjukkan pada kita bahwa kita selalu dianjurkan untuk tidak sampai menjadi orang yang terkenal (punya nama besar), karena begitu seseorang menjadi terkenal biasanya akan diikuti dengan datangnya masalah-masalah yang memusingkan kepala. Ya seperti babi begitulah, setelah gemuk biasanya ya langsung dipotong dan dijual.
Huò xī fú suǒ yǐ, fú xī huò suǒ fú
祸兮福所倚, 福兮祸所伏
Ini sebuah ungkapan yang berintikan Yin Yang, dimana menasehati kita untuk selalu waspada dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita terlalu senang ketika mendapat keberuntungan besar.
Begitu sebaliknya ketika ketiban sebuah malapetaka, harus tetap tabah menghadapinya dengan tenang, karena dibalik sebuah malapetaka biasanya bersembunyi sebuah tunas keberuntungan.
Lù yáo zhī mǎ lì, rì jiǔ jiàn rén xīn
路遥知马力, 日久见人心
Perjalanan yang panjang/jauh baru bisa mengetahui kekuatan kuda yang kita tumpangi, bersama lewatnya waktu yang panjang baru kita bisa mengetahui hati seseorang itu baik atau jahat.
Pepatah ini menasehati kita bahwa dalam pergaulan sangat susah mengenali sifat sesungguhnya seseorang, kecuali kita bisa selalu mengamatinya dalam jangka waktu yang cukup panjang, melalui berbagai ujian tentunya.
Xiān lǐ hòu bīng
先礼后兵
Dahulukan diplomasi, kalau macet baru gunakan militer.
Ungkapan ini menganjurkan kepada kita, untuk baik-baik dulu dalam menghadapi seseorang. Kalau cara baik sudah tidak mempan (alias ketemu si bebal!), maka ya gunakan saja kekerasan. Yang penting jangan mendahului menggunakan kekasaran.
Shào zhuàng bù nǔlì, lǎodà tú shāng bēi
少壮不努力, 老大徒伤悲
Waktu muda tidak giat belajar, tuanya akan sengsara.
Ungkapan ini menganjurkan kita untuk selalu giat belajar dan bekerja selagi masih muda, supaya bisa bahagia setelah tua nanti. Biasanya setelah giat bekerja dan belajar, maka tentulah sedikit banyak akan meraih kesuksesan!
Nah setelah sukses, kita harus tetap waspada dan sadar, bahwa di dunia ini kita tidak bisa membuat semua orang senang terhadap diri kita, apapun yang telah anda lakukan.
Dibuat oleh : Shanmao @siutao.com (中国熟语 – 第一册)
Diedit oleh : Mirianto
Dipublikasi oleh : Tionghoa.INFO